Selamat pagi, siang, dan malam bagi para pembaca semuanya, kali ini saya akan menceritakan trip report dengan menggunakan transportasi umum berupa bus dari Denpasar menuju Solo. Kali ini saya mencoba armada bus Wisata Komodo yang memiliki jurusan Denpasar Solo Yogya Purwokerto. Bus ini menggunakan body Super High Deck SHD, dengan mesin Hino RK8, dan sudah suspensi udara. Cerita selengkapnya silahkan dibaca artikel di bawah ya.
Pemesanan tiket
Untuk memesan tiket bus wisata komodo ini memang tidak menyediakan tiket online jadi kita harus mencari sendiri agennya, bisa dengan langsung datang ke Terminal Mengwi, atau mencari sendiri di google, youtube maupun facebook. Saya sendiri mencarinya melalui grup facebook manianya dan langsung saja menemukan agen Bapak Gede 081916171984, dimana Bapak ini ternyata juga menjual tiket bus lainnya yang biasa disebut agen dunia, seperti Tami Jaya, Gunung Harta, M Trans, Restu Mulia, Mansion, dan lain sebagainya, hal ini terlihat dari profil facebook, profil WA, bahkan profil youtubenya yang sempat saya intip, memang untuk meyakinkan, kadang harus menganalisis profil profil tersebut ya, memang cara ini bisa kita lakukan ya, namun jika pengen lebih yakin, bisa langsung mendatangi agennya.
Setelah yakin 90%, saya beranikan diri menghubungi beliau melalui WA dan memesan tiket dan langsung transfer Bank, pembelian tiket yang cukup mudah. Saat itu Harga Tiket Denpasar Solo dipatok dengan harga Rp.190.000,-. Pemesanan seminggu sebelum keberangkatan masih menyisakan kursi depan yang kosong, langsung saya pesan saat itu juga.
Hari Keberangkatan
11.30 WITA
Sampai di Lokasi Garasi
Sebelumnya saya konfirmasi akan naik dari garasi Pidada X Nomor 2, belakang Terminal Ubung, karena saya belum hafal dimana letaknya, saya sampai nanya orang di sana, dan ternyata garasinya memang tersembunyi, orang tidak akan mengira kalau disitu bakal ada garasi bus, karena bentuknya seperti perumahan biasa.
disitu ternyata sudah terparkir beberapa bus, satu bus singe glas, dan dua doble glass, sekilas bus single glas memang terlihat sudah usang, namun saya masih berharap semoga armada yang berangkat adalah yang single glas, namun harapan itu ternyata sia-sia karena kernet langsung mengkonfirmasi yang berangkat adalah yang double glass yang sudah terlihat siap diberangkatkan, terlihat di dalamnya sudah ada pak sopir yang siap di belakang stir, dan beberapa orang penumpang di belakang, saat itu okupansi penumpang sekitar 20%.
Profil Armada
Armada yang akan saya naiki ini adalah Wisata Komodo dengan kode WK 010 bermesin Hino RK8 yang sudah ada air suspension, entah ini air suspension hasil modifikasi atau bawaan karoseri, bagi saya sama saja nyamannya.
Profil Garasi
Sedikit bercerita mengenai garasi ini, disini memang tidak ada ruang tunggu penumpang, sehingga calon penumpang yang baru saja masuk langsung dipersilahkan kernet menuju kursi bus. Disini terlihat ibu2 penumpang yang duduk dengan membawa koper dengan ukuran cukup besar di depannya, mungkin saja kernet tadi lupa menawari ibu tersebut apakah ada bagasi, karena seperti kata saya tadi, semua penumpang langsung ditanya namanya dan langsung dipersilahkan naik ke atas bus saja.
12.05 WITA
Setelah penumpang sudah sesuai, bus mulai diberangkatkan dari Garasi Pidada, sebenarnya jika penumpang sudah sesuai dari awal bus bisa langsung diberangkatkan, namun kali ini harus menunggu penumpang, jadi agak lebih lama. Bus keluar dari garasi menuju jalan Cargo.
Bus ini cukup nyaman karena sudah bersuspensi udara, walaupun hanya memakai mesin non premium yaitu Hino RK8, menurut saya, jenis mesin apapun tidak terlalu berpengaruh, yang terpenting adalah suspensi udara karena berkaitan dengan kualitas istirahat seseorang. Kekurangan bus ini menurut saya adalah posisi topi di depan yang menghalangi pandangan, seharusnya topi diatur lebih tinggi sehingga tidak menutupi garis horisontal penglihatan mata penumpang. Hal lain yang membuat kurang nyaman adalah belum ada footrest, apalagi jika orang yang bertinggi 160cm, posisi kaki akan menggantung yang membuat kurang nyaman, beberapa penumpang mengakalinya dengan meletakkan barang di bawah kakinya. Pemakaian leg rest pun juga tidak cukup membantu.
Dan terakhir yang menurut saya bisa membuat penumpang tidak nyaman adalah kru yang merokok, karena berbahaya bagi paru-paru. Padahal di dalam bus tersebut sudah ada stiker bus ini dilengkapi dengan penyaring udara humidifier kalau tidak salah namanya, namun karena kru merokok, stiker tersebut rasanya tidak ada gunanya.
12.30 WITA
Bus Ngepom di Pom Bensin samping Rumah Sakit Mangunsada, bus berhenti disini sekitar 10 menit.
12.45 WITA
Bus sampai di Terminal Mengwi.
di sini bus menunggu sekitar 45 menit entah menunggu penumpang atau menunggu jam keberangkatan. Saya turun untuk Sholat di Mushola yang berada di dalam Terminal ini. Terminal ini terlihat cukup rapi, dan lengkap, ada kios agen bus, warung, toilet, mushola, dan dilengkapi dengan AC sehingga cukup nyaman.
Siang ini terlihat beberapa bus singgah di terminal ini seperti Pahala Kencana jurusan Jakarta, Wisata Komodo SR2 entah jurusan mana, ada juga Gunung Harta Tronton jurusan Semarang. Bedanya Bus Gunung Harta ini tidak menunggu lama seperti bus yang saya naiki ini, dia berhenti singkat saja menaikkan penumpang dan langsung berangkat.
Kebetulan pula melintas belasan unit bus Arema Malang yang siap mendukung timnya bertanding.
Di Terminal ini, terlihat kru menaikkan nasi dalam wadah stereafoam.
13.20 WITA
Bus diberangkakan dari Terminal Mengwi
dari sini kru mulai membagikan akua 800 ml dan nasi tadi, ternyata setelah dibuka terdapat lauk berupa mie, telur rebus, kering tempe. Pilihan yang tepat untuk keberangkatan jam makan siang.
Perjalanan antara Denpasar sampai Pelabuhan Gilimanuk terbilang cukup lancar, bus hanya berhenti di Pom Bensin tadi serta berhenti sebentar keperluan kru. Di daerah Negara sempat papasan dengan Bus Pahala Kencana jurusan Jakarta Bali yang biasanya menempuh waktu 24 jam, bisa dibayangkan kalau sampai sini siang, berarti tadi berangkat dari Jakarta juga siang.
SSADFA WITA
Bus sampai di Pelabuhan Gilimanuk, saat itu tidak terlalu ada antrian kendaraan seperti di waktu petang, sehingga bus bisa langsung masuk kapal tanpa menunggu, jika tiba saya tadi lebih sore, mungkin ceritanya akan lain, karena biasanya kendaraan mulai padat saat menjelang petang.
Bus pun perlahan berjalan memasuki kapal Feri. Selesai parkir, kali ini ada himbauan dari kru kapal, agar penumpang bus turun dari bus dan menunggu di ruang tunggu kapal karena alasan keselamatan, sebagai informasi, biasanya siang hari ombak cenderung lebih besar.
Sebelum turun ini ternyata ada pembagian snack dari kru bus kepada penumpang, snack ini terdiri dari roti dan akua gelas.
gambar snack Bus Wisata Komodo
Untuk menuju ruang tunggu kapal feri ini harus naik tangga besi menuju lantai 2, di lantai 2 ini, fasilitasnya ada mushola, toilet, warung, saya sendiri membeli popmie yang dijual seharga Rp.15.000,- sudah tinggal makan, diberi air panas oleh penjualnya. disitu juga dijual keripik singkong, kopi, snack, ciki, dan lain sebagainya.
Perjalanan Kapal menghabiskan waktu sekitar 1 jam dimulai dari kapal feri berangkat sampai berlabuh, jika waktunya ditambah waktu parkir persiapan menunggu penuh dan sebaginya maka total waktu penyeberangan kali ini adalah 1,5 jam. Waktu 1,5 ini bisa terbilang waktu yang cukup normal karena memang kondisi saat itu tidak terlalu padat jumlah kendaraan yang menyeberang.
Cuaca sepanjang penyeberangan Alhamduliah juga cukup bersahabat, hanya saja nahkoda kapal terpantau beberapa kali menyenggol galangan kapal yang membuat suara gemblodak keras dan sempat membuat body bus cukup bergoyang kiri dan kanan, apalagi bus yang naik saat itu adalah bus dengan bersuspensi udara, maka terlihat bergoyang sekali ke kiri dan ke kanan.
Sesaat sebelum sampai Pelabuhan Ketapang, nahkoda kapal mengumumkan melalui pengeras suara agar penumpang kembali menuju bus/kendaraan masing-masing, selain kendaraan roda 4, terlihat pula kendaraan bermotor plat P yang ikut menyeberang.
Keluar dari Pelabuhan bus langsung menuju jalan raya, oiya disini tidak ada pemeriksaan rapid lagi ya, jadi bus bisa langsung melintas tanpa perlu direpotkan dengan antigen, sebenarnya kalau mau ribet, jika sudah vaksin 3 kali boleh melakukan perjalanan, jika vaksin baru 2 kali, harus disertai rapid antigen, jika baru vaksin 1 kali, harus memakai rapid PCR, jika belum vaksin harus menunjukan surat keterangan dokter serta rapid PCR, namun pengalaman beberapa bulan memang tidak ada penyekatan yang cukup merepotkan.
Perjalanan dari Pelabuhan Gilimanuk sampai tempat istirahat Rumah Makan Puritama memakan waktu sekitar 2,5 jam. Kali ini kita memakai waktu WIB
19.00 WITA atau 20.00 WIB s.d. 20.30 WIB
Istirahat di Rumah Makan Puritama
Sampai di Rumah Makan Puritama Pasir Putih, Lokasinya setelah Melewati Kota Situbondo, disini kita beristirahat kurang lebih 30 menit, begitu turun dari bus kita mendapatkan kupon makan dari petugas rumah makannya, Di rumah makan ini ternyata yang parkir hanya bus saya saja, jadi cukup sepi. Fasilitas yang ada di rumah makan ini ada warung makanan kecil, mushola yang letaknya di depan, toilet, tempat cuci tangan. Kondisi rumah makan cukup bersih.
Menu makanan yang disediakan antara lain ada urap, sayur nangka yang waktu itu sudah habis, yang menurut saya istimewa disini adalah ayam gorengmya yang menurut saya paling enak. Untuk porsinya bisa kita sesuaikan sesuai kebutuhan kita karena kita ambil sendiri nasi dan sayurnya, namun untuk ayam gorengnya dijatah satu saja. Untuk rasa ayam goreng ini menurut saya sudah pas sekali dilihat dari keempukannya dan resapan bumbu di dalamnya, karena rata-rata rumah makan bus malam selama ini ayamnya selalu dimasak model kering dan minim bumbu, Kalau di Rumah Makan Puritama ini, saat saya kesana, rasa ayam gorengnya memang benar-benar pas.
Minuman yang tersedia ada teh hangat, tidak ada air mineral/akua, jadi bila kalian pengen minum air mineral, silahkan membawa air mineral yang dibagikan di bus tadi.
20.30 WIB
Bus melanjutkan perjalanan, disini music malah dinyalakan oleh krunya, padahal saya pengen istirahat, ternyata music tadi dinyalakan selama 30 menit saja sampai jam 9 malam, jadi saya bisa nyaman tidur, sebelum tidur ini walaupun terhalang topi, sempat melihat bus-bus melahap pantura dua lajur ini, di jalan ini sempat mosak masik bersama dua bus di depan, posisi pertama adalah bus Mansion entah Purwokerto apa Jepara, di belakangnya bus Tami Jaya Sleeper jurusan Denpasar Yogyakarta dengan harga tiket Rp.500.000,- yang kapan-kapan akan saya coba.
Permainan sein Mansion saat mengovertake truk seakan memberi aba-aba Tami Jaya di belakangnya, sedangkan Wiskom yang saya naiki kadang ikut kadang tidak ikut, meliha situasi dan kondisi.
Setelah sampai di lampu merah, Tami Jaya melihat space kosong sebelah kiri Mansion, dan dengan laju pelan tapi pasti, Tami Jaya menyalip Mansion dari kiri saat di lampu merah. Ternyata memang Tami Jaya ini masih menjadi pelari seperti yang terlihat pada beberapa trip report catper saya sebelumnya.
Setelah masuk Kraksaan ini saya melanjutkan dengan tidur dan istirahat, suhu udara yang dingin karena AC memaksa saya memakai kaus kaki dan menutup kepala dengan slayer, dan ini ternyata cukup efektif untuk menghalau hawa dingin, ditambah lagi dengan jenis selimut model bedcover, dan posisi recleaning seat yang direbahkan, membuat cukup nyaman untuk tidur, hanya saja masih ada yang kurang yaitu belum dilengkapinya dengan footrest, jadinya kaki cukup menggantung.
Sayup sayup bus masuk Terminal Bungurasih, namun saya enggan melihat ini jam berapa karena saya memilih untuk tetap tidur saja, sedikit melirik di luar saat Wiskom ini terhalang bus Harapan Jaya di pintu keluar Bungurasih.
02.15 WIB
Sampai di Terminal Tirtonadi
Kelebihan
+Bus sudah air suspension jadi cukup nyenyak untuk istirahat, (walaupun ini hanya memakai sasis Hino RK 8)
+Ada Makan siang berupa nasi kotak
Kekurangan
- Kru masih merokok di dalam bus
- Tidak ada ruang tunggu, Mushola, di garasi Pidada
- Menunggu cukup lama di Terminal Mengwi sampai hampir 1 jam, harusnya cukup 15 menit cukup untuk Sholat dan pergi ke toilet
Fasilias Lain-Lain
Palayanan
+Pembelian tiket mudah, bisa WA dan transfer
-Tiket belum online
-Daftar agen resmi cukup sulit dicari di internet, harus mencari sendiri atau harus datang ke agen
-Keberangkatan lebih awal waktu jam makan siang, tapi ada kompensasi berupa nasi kotak
-Belum ada tag bagasi
-Kru tidak menanyakan satu2 penumpang turun dimana
-Lokasi rumah makan cukup jauh dari Ketapang sehingga makan malam relatif lebih malam
-Musik dimatikan saat waktu istirahat
-Kru merapikan selimut sewaktu penumpang istirahat di rumah makan dan saat naik dek kapal
+Sampai Solo cenderung lebih awal karena titik nyesernya biasanya setelah Solo
Fasilitas
-Tidak ada kopi, padahal ada stiker fasilitas kopi tertera di kaca dengan ukuran cukup besar
+Air Panas dan dingin
+Ada wifi, namun saya belum sempat mencobanya
-Ada stiker penyaring udara, namun kru merokok, jadinya sama saja
Tempat duduk/Kursi
+Ada colokan USB, namun tidak sempat saya coba
+Kursi lebar dari Hai Rimba Kencana
+Recleaning seat
+Ada leg rest, Arm Rest
+Selimut sejenis bed cover jadi cukup hangat dan relatif lebih tebal
-belum ada foot rest
-ada bantal yang menurut saya tidak perlu
Kondisi bus
+Bagasi bawah luas
+Bus ber AC, ada Toilet
-Ada topi penghalang pandangan
-Ada suara menggerung saat jalan, namun hilang saat bus belok ke kanan
-Belum ada gps tracking