Sunday, December 27, 2015

Kata Ust. Syafiq (tadi di kajian rekaman) : "Seseorang itu kalau sudah merasa 'baik'... SULIT DIPERBAIKI"

(copast dari fb lagi y gan) silahkan dibaca-baca
Ricky Zulkifli Bokings
16 hrs ·
# sulit diperbaiki

Kata Ust. Syafiq (tadi di kajian rekaman) : "Seseorang itu kalau sudah merasa 'baik'... SULIT DIPERBAIKI"

-----

[1] Perkataan singkat yang menusuk...

Hal ini sebagaimana yang dikatakan Ummul Mu`miniin 'Aa`isyah radhiyallaahu 'anha ketika beliau ditanya:

مَتَى يَكُوْنُ الرَّجُلُ مُسِيْأً

Kapan seseorang itu dikatakan buruk?

Beliau menjawab:

إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ مُحْسِنٌ

Ketika dia menyangka dirinya seorang yang baik.

[2] Demikian pula, seorang itu sulit mendapatkan ilmu, ketika sudah merasa berilmu.

Fudhayl bin 'Iyyaadh ditanyakan tentang tawadhu', maka beliau menjawab:

أَنْ تَخْضَعَ لِلْحَقِّ وَتَنْقَادَ لَهُ وَلَوْ سَمِعْتَهُ مِنْ صَبِيٍّ قَبِلْتَهُ مِنْهُ، وَلَوْ سَمِعْتَهُ مِنْ أَجْهَلِ النَّاسِ قَبِلْتَهُ مِنْهُ

Engkau tunduk dan patuh pada kebenaran, meskipun engkau mendengarnya dari seorang anak kecil; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya. Meskipun engkau mendengarnya dari manusia yang paling bodoh; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya.

(Hilyatul Auliyaa' 8/91; kutip dari web ust. firanda)

[3] Demikian pula, seseorang itu sulit mengakui dan menghadirkan kekurangan amal dirinya, apabila dia telah menyangka amalnya sudah sempurna (apalagi menyangka amalnya sudah diterima).

Berkata salah seorang ulamaa ketika melihat orang yang mengagumi amalnya:

لاَ يَغُرَنَّكَ مَا رَأَيْتَ مِنِّي فَإِنَّ إِبْلِيْسَ تَعَبَّدَ آلاَفَ سِنِيْنَ ثُمَّ صَارَ إِلَى مَا صَارَ إِلَيْهِ

"Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang kau lihat dariku, sesungguhnya Iblis beribadah kepada Allah ribuan tahun, kemudian dia menjadi kafir kepada Allah"

(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami' as-Shoghiir 2/606; kutip dari web ust. firanda)

Kita berlindung kepada Allaah dari ketertipuan, seraya kita memohon padaNya husnul khaatimah.. aamiin.

Semoga bermanfaat...
Read More...

Thursday, December 24, 2015

Ustad Felix Siaw Bila Ibu Habiskan 8 jam di kantor, 3 jam bersama anak, lebih layak disebut ibu apa karyawan?

ada yang nanggepin serius, la jelas2 pernyataan ini sebenarnya candaan saja, tidak bermaksud memojokkan ya hehe, tapi bagi yang serius ni ada tanggapannya juga, copas lagi copas lagi.

Hasanudin Abdurakhman
Follow
22 December at 10:31 ·

Sebenarnya sih saya rada malas meladeni manusia pelik yang satu ini. Tapi mungkin akan ada yang galau dengan tweet beginian. Jadi saya kasih obat saja, biar nggak galau.

Mari tanya balik sama si Pelik: Kalau seorang ayah menghabiskan 3 jam di rumah, sedangkan ia habiskan 8-10 jam sehari di kantor, ia seorang ayah atau karyawan?

Mengapa seorang ibu saja yang direcokin? Karena Pelik beranggapan tugas mengasuh anak itu tugas seorang ibu? Pelik pakai dalil apa?

Tugas mengasuh dan mendidik anak itu ada pada ayah dan ibu. Bahkan, firman-firman Allah soal mendidik anak, ditujukan kepada pria. Perhatikan contoh-contohnya di surat Luqman.

Dengan pola pikir yang dipakai Pelik, bagaimana seorang ayah bisa mendidik anak-anaknya kalau ia lebih sering di luar? Pelik akan bingung menjawabnya.

Lebih lucu lagi, kenapa si Pelik ribut benar dengan perempuan kantoran? Apakah Pelik tidak sadar, ada jutaan perempuan bekerja, di sawah, ladang, pasar, bahkan di tengah hutan dan tengah laut. Emak saya dulu bekerja. Ia bekerja bersama ayah di ladang dan kebun kami. Ia juga berdagang. Apakah Pelik juga akan mengejek perempuan-perempuan mulia seperti ini sebagai bukan seorang ibu? Tidak, Pelik. Emakku adalah ibu sejati, karena dari tangan dan tetesan keringatnya ia bisa memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.

Lalu bagaimana kita mendidik anak-anak, sementara kita harus bekerja? Itu biarlah dijawab oleh setiap pasangan ayah ibu, tak perlu kita lapor kepada si Pelik. Kita toh juga tidak pernah rewel mengurusi urusan anak bini si Pelik. Tidak mempertanyakan bagaimana bininya mengurus anak lakinya, sementara dia sibuk berjualan jilbab. Iya toh?

Sekalian aja kita suruh Pelik tanya sama bininya, itu jilbab yang dijual ama bini Pelik, dijahit oleh laki-laki atau perempuan? Itu perempuan ibu atau karyawan?

Pelik ini seorang dai bukan? Seorang dai sejatinya memberi solusi. Atau setidaknya memberi semangat. Tapi tweet ini tak lebih dari sebuah tweet nyinyir tanpa solusi. Jadi, ini tweet keluar dari seorang dai atau seekor monyet?

(Keterangan tambahan saja. Istri saya tidak menekuni profesi di luar rumah. Ini pilihan yang kami buat. Tapi dengan pilihan itu kami tetap menghormati pilihan setiap keluarga untuk bekerja di luar rumah atau tidak, sesuai kebutuhan mereka. Tentu saja dengan harapan agar mereka tidak mengabaikan pengasuhan dan pendidikan untuk anak-anak mereka.)

Read More...

Walisongo

copast lagi ya gan, silahkan dibaca baca lagi
Sofian J. Anom
19 December 2014 ·

Bertemu Walisongo di Candi Prambanan dan Borobudur*)

Jika memakai ilmu perbandingan, bisa dibilang Candi Prambanan dan Candi Borobudur sebanding dengan Masjidil Haram. Hal itulah yang membuat saya makin kagum pada Walisongo.

Maksudnya begini, kalau ada "Masjidil Haram", berarti logikanya ada puluhan "masjid agung" kan? Kalau ada tempat ibadah Hindu-Buddha selevel "Masjidil Haram", berarti bukan tidak mungkin Indonesia zaman dahulu sudah dipenuhi ribuan "mushola" umat Hindu-Buddha.

Orang tidak mungkin bisa membuat sesuatu berskala besar tanpa bisa membuat sesuatu yang berskala kecil-kecil dulu.

Tentu kita jadi bisa membayangkan kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu adalah golongan mayoritas. Kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu sangat mendominasi, bagaimana bisa Walisongo membalik kondisi tersebut?

***

Kalau Anda belajar sejarah, Anda pasti makin heran dengan Walisongo. Silakan Anda baca dengan teliti isi buku Atlas Walisongo karya sejarawan Agus Sunyoto.

Menurut catatan Dinasti Tang China, pada waktu itu (abad ke-6 M), jumlah orang Islam di nusantara (Indonesia) hanya kisaran ribuan orang. Dengan klasifikasi yang beragama Islam hanya orang Arab, Persia, dan China. Para penduduk pribumi tidak ada yang mau memeluk agama Islam.

Bukti sejarah kedua, catatan Marco Polo singgah ke Indonesia pada tahun 1200-an M. Dalam catatannya, komposisi umat beragama di nusantara masih sama persis dengan catatan Dinasti Tang; penduduk lokal nusantara tetap tidak ada yang memeluk agama Islam.

Bukti sejarah ketiga, dalam catatan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1433 M, tetap tercatat hanya orang asing yang memeluk agama Islam. Jadi, kalau kita kalkulasi ketiga catatan tersebut, sudah lebih dari 8 abad agama Islam tidak diterima penduduk pribumi. Agama Islam hanya dipeluk oleh orang asing.

Selang beberapa tahun setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho, rombongan Sunan Ampel datang dari daerah Champa (Vietnam).

Beberapa dekade sejak hari kedatangan Sunan Ampel, terutamanya setelah dua anaknya tumbuh dewasa (Sunan Bonang dan Sunan Drajat) dan beberapa muridnya juga sudah tumbuh dewasa (misalnya Sunan Giri), maka dibentuklah suatu dewan yang bernama Walisongo. Misi utamanya adalah mengenalkan agama Islam ke penduduk pribumi.

Anehnya, sekali lagi anehnya, pada dua catatan para penjelajah dari Benua Eropa yang ditulis pada tahun 1515 M dan 1522 M, disebutkan bahwa bangsa nusantara adalah sebuah bangsa yang mayoritas memeluk agama Islam.

Para sejarawan dunia hingga kini masih bingung, kenapa dalam tempo tak sampai 50 tahun, Walisongo berhasil mengislamkan banyak sekali manusia nusantara.

Harap diingat zaman dahulu belum ada pesawat terbang dan telepon genggam. Jalanan kala itu pun tidak ada yang diaspal, apalagi ada motor atau mobil. Dari segi ruang maupun dari segi waktu, derajat kesukarannya luar biasa berat. Tantangan dakwah Walisongo luar biasa berat.

Para sejarawan dunia angkat tangan saat disuruh menerangkan bagaimana bisa Walisongo melakukan mission impossible: Membalikkan keadaan dalam waktu kurang dari 50 tahun, padahal sudah terbukti 800 tahun lebih bangsa nusantara selalu menolak agama Islam.

Para sejarawan dunia akhirnya bersepakat bahwa cara pendekatan dakwah melalui kebudayaanlah yang membuat Walisongo sukses besar.

Menurut saya pribadi, jawaban para sejarawan dunia memang betul, tapi masih kurang lengkap. Menurut saya pribadi, yang tentu masih bisa salah, pendekatan dakwah dengan kebudayaan cuma "bungkusnya", yang benar-benar bikin beda adalah "isi" dakwah Walisongo.

***
Walisongo menyebarkan agama Islam meniru persis "bungkus" dan "isi" yang dahulu dilakukan Rasulullah SAW. Benar-benar menjiplak mutlak metode dakwahnya kanjeng nabi. Pasalnya, kondisinya hampir serupa, Walisongo kala itu ibaratnya "satu-satunya".

Dahulu Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya orang yang berada di jalan yang benar. Istrinya sendiri, sahabat Abu Bakar r.a., sahabat Umar r.a., sahabat Utsman r.a., calon mantunya Ali r.a., dan semua orang di muka Bumi waktu itu tersesat semua. Kanjeng nabi benar-benar the only one yang tidak sesat.

Tetapi, berkat ruh dakwah yang penuh kasih sayang, banyak orang akhirnya mau mengikuti agama baru yang dibawa kanjeng nabi. Dengan dilandasi perasaan yang tulus, Nabi Muhammad SAW amat sangat sabar menerangi orang-orang yang tersesat.

Meski kepala beliau dilumuri kotoran, meski wajah beliau diludahi, bahkan berkali-kali hendak dibunuh, kanjeng nabi selalu tersenyum memaafkan. Walisongo pun mencontoh akhlak kanjeng nabi sama persis. Walisongo berdakwah dengan penuh kasih sayang.

Pernah suatu hari ada penduduk desa bertanya hukumnya menaruh sesajen di suatu sudut rumah. Tanpa terkesan menggurui dan menunjukkan kesalahan, sunan tersebut berkata, "Boleh, malah sebaiknya jumlahnya 20 piring, tapi dimakan bersama para tetangga terdekat ya."

Pernah juga ada murid salah satu anggota Walisongo yang ragu pada konsep tauhid bertanya, "Tuhan kok jumlahnya satu? Apa nanti tidak kerepotan dan ada yang terlewat tidak diurus?"

Sunan yang ditanyai hal tersebut hanya tersenyum sejuk mendengarnya. Justru beliau minta ditemani murid tersebut menonton pagelaran wayang kulit.

Singkat cerita, sunan tersebut berkata pada muridnya, "Bagus ya cerita wayangnya..." Si murid pun menjawab penuh semangat tentang keseruan lakon wayang malam itu. "Oh iya, bagaimana menurutmu kalau dalangnya ada dua atau empat orang?" tanya sunan tersebut. Si murid langsung menjawab, "Justru lakon wayangnya bisa bubar. Dalang satu ambil wayang ini, dalang lain ambil wayang yang lain, bisa-bisa tabrakan."

Sang guru hanya tersenyum dan mengangguk-angguk mendengar jawaban polos tersebut. Seketika itu pula si murid beristighfar dan mengaku sudah paham konsep tauhid. Begitulah "isi" dakwah Walisongo; menjaga perasaan orang lain.

Pernah suatu hari ada salah satu anggota lain dari Walisongo mengumpulkan masyarakat. Sunan tersebut dengan sangat bijaksana menghimbau para muridnya untuk tidak menyembelih hewan sapi saat Idul Adha. Walaupun syariat Islam jelas menghalalkan, menjaga perasaan orang lain lebih diutamakan.

Di atas ilmu fikih, masih ada ilmu ushul fikih, dan di atasnya lagi masih ada ilmu tasawuf. Maksudnya, menghargai perasaan orang lain lebih diutamakan, daripada sekadar halal-haram. Kebaikan lebih utama daripada kebenaran.

Dengan bercanda, beliau berkomentar bahwa daging kerbau dan sapi sama saja, makan daging kerbau saja juga enak. Tidak perlu cari gara-gara dan cari benarnya sendiri, jika ada barang halal lain tapi lebih kecil mudharatnya.

Kemudian, ketika berbicara di depan khalayak umum, beliau menyampaikan bahwa agama Islam juga memuliakan hewan sapi. Sunan tersebut kemudian memberikan bukti bahwa kitab suci umat Islam ada yang namanya Surat Al-Baqarah (Sapi Betina).

Dengan nuansa kekeluargaan, sunan tersebut memetikkan beberapa ilmu hikmah dari surat tersebut, untuk dijadikan pegangan hidup siapapun yang mendengarnya.

Perlu diketahui, prilaku Walisongo seperti Nabi Muhammad SAW zaman dahulu, Walisongo tidak hanya menjadi guru orang-orang yang beragama Islam. Walisongo berakhlak baik pada siapa saja dan apapun agamanya.

Justru karena kelembutan dakwah sunan tersebut, masyarakat yang saat itu belum masuk Islam, justru gotong-royong membantu para murid beliau melaksanakan ibadah qurban.

***

Kalau Anda sekalian amati, betapa gaya berdakwah para anggota Walisongo sangat mirip gaya dakwah kanjeng nabi. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana bisa? Hal tersebut bisa terjadi karena ada manual book cara berdakwah, yaitu Surat An-Nahl ayat ke-125.

Ud'u ilaa sabiili Rabbika bilhikmati walmau'izhatil hasanati wajaadilhum billatii hiya ahsan. Inna Rabbaka Huwa a'lamu biman dhalla 'an sabiilihi wa Huwa a'alamu bilmuhtadiin. Terjemahannya kira-kira; Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui mereka yang mendapat petunjuk.

Menurut ulama Ahlussunnah wal Jama'ah, tafsir ayat dakwah tersebut adalah seperti berikut: Potongan kalimat awal, ud'u ilaa sabiili Rabbika, yang terjemahannya adalah "Ajaklah ke jalan Tuhanmu", tidak memiliki objek. Hal tersebut karena Gusti Allah berfirman menggunakan pola kalimat sastra.

Siapa yang diajak? Tentunya orang-orang yang belum di jalan Tuhan. Misalnya, ajaklah ke Jakarta, ya berarti yang diajak adalah orang-orang yang belum di Jakarta.

Dakwah artinya adalah "mengajak", bukan perintah. Jadi cara berdakwah yang betul adalah dengan hikmah dan nasehat yang baik. Apabila harus berdebat, pendakwah harus menggunakan cara membantah yang lebih baik. Sifat "lebih baik" di sini bisa diartikan lebih sopan, lebih lembut, dan dengan kasih sayang. Sekali lagi, apabila harus berdebat, harap diperhatikan.

Para pendakwah justru seharusnya menghindari perdebatan. Bukannya tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba ada ustadz yang mengajak debat para pendeta, biksu, orang atheis, dan sebagainya.

Berdakwah tidak boleh berlandaskan hawa nafsu. Harus ditikari ilmu, diselimuti rasa kasih sayang, dan berangkat niat yang tulus.

Apalagi ayat dakwah ditutup dengan kalimat penegasan bahwa hanya Tuhan yang mengetahui kebenaran sejati. Hanya Allah SWT yang tahu hambaNya yang masih tersesat dan hambaNya yang sudah mendapat petunjuk.

Firman dari Allah SWT tersebut sudah merupakan warning untuk para pendakwah jangan pernah merasa sudah suci, apalagi menganggap objek dakwah sebagai orang-orang yang tersesat. Anggaplah objek dakwah sebagai sesama manusia yang sama-sama berusaha menuju jalanNya.

Ayat dakwah itulah yang dipegang Nabi Muhammad SAW dan para pewarisnya saat berdakwah. Maka dari itu, kita jangan kagetan seperti para sejarawan dunia, karena kesuksesan dakwah Walisongo sebenarnya bukanlah hal yang aneh.

***

Kanjeng nabi saja bisa mengubah Jazirah Arab hanya dalam waktu 23 tahun, apalagi Walisongo yang “hanya” ditugaskan Allah SWT untuk mengislamkan sebuah bangsa.

Dakwah bisa sukses pada dasarnya dikarenakan dua faktor saja. Pertama, karena niat yang tulus. Walisongo menyayangi bangsa Indonesia, maka dari itu bangsa nusantara dirayu-rayu dengan penuh kelembutan untuk mau masuk agama Islam. Bila ada kalangan yang menolak, tetap sangat disayangi.

Sekalipun orang tersebut enggan masuk agama Islam, tapi bila ada yang sedang sakit, ia tetap dijenguk dan dicarikan obat. Kalau orang tersebut sedang membangun rumah, maka Walisongo mengerahkan para santrinya untuk menyumbang tenaga. Bahkan, kepada pihak-pihak yang tidak hanya menolak agama Islam, tapi juga mencela sekalipun, Walisongo tetap bersikap ramah.

Kedua, karena “satu kata satu perbuatan”. Walisongo membawa ajaran agama Islam ke nusantara, tentu kesembilan alim ulama tersebut harus menjadi pihak pertama yang mempraktekkan.

Agama Islam adalah agama anugerah untuk umat manusia, maka para wali tersebut selalu berusaha praktek menjadi anugerah bagi umat manusia di sekitarnya.

Semuanya dimanusiakan, karena Walisongo mempraktekkan inti ajaran agama Islam; rahmatan lil ‘alamin. Islam tidak mengenal konsep rahmatan lil muslimin.

Begitulah... Jadi, saya sangat senang kalau bisa berwisata ke Candi Prambanan atau Candi Borobudur, karena di kedua tempat tersebut saya jadi bisa bertemu Walisongo. Pertemuan secara batin.

Tulisan ini bukan untuk menjawab orang-orang yang sering meremehkan Walisongo. Tulisan ini hanyalah tulisan rindu seseorang yang penuh dosa.
Di tengah ketidakberdayaan menatap gaya dakwah yang terlalu mudah memvonis orang lain masuk neraka, saya seringkali jadi merindukan Walisongo.

*) Tulisan asli oleh Doni Febriando, dari buku "Kembali Menjadi Manusia" yang bisa didapatkan di jaringan toko buku GRAMEDIA atau TOGAMAS. Foto adalah ilustrasi.

Yang ingin membagikan sudah saya izinkan sejak saya belum meposting tulisan ini.
Read More...

Memilih Pemimpin

ini ada catatan lagi dari fb, silahkan dibaca-baca ya, semoga bermanfaat
Andi Pratama Dharma
26 September ·

PENDAPAT SAYA TENTANG MEMILIH PEMIMPIN NON-MUSLIM

Bukan untuk diperdebatkan yah. Kalo setuju silakan like atau share, kalo nggak setuju, mangga punya pendapat sendiri. Soalnya nggak ada tombol dislike atau unshare sih.

Penting untuk dicermati, tidak ada niat setitikpun tuk membuat konflik dengan saudara kami yang berbeda agama, hanya mencoba sesantun mungkin menyampaikan pemahaman saya mengenai salah satu kaidah penting memilih pemimpin dalam ajaran Islam.

Belakangan banyak terjadi perbedaan pendapat soal dukung mendukung pemimpin non-muslim, yaitu sejak Ahok menggantikan Jokowi sebagai Gubernur di Jakarta, dan terutama lagi sejak Ahok berencana untuk melanjutkan jabatan Gubernurnya untuk periode kedua, di tengah munculnya calon-calon pemimpin muslim sebagai calon Gubernur Jakarta.

Ini pendapat saya pribadi soal masalah ini, sekali lagi pemahaman pribadi lho. Bukan cuma tentang Ahok aja, tapi di setiap tempat dan segala masa saat bagaimana seorang muslim bersikap ketika calon-calon pemimpinnya ada yang beragama Islam, tapi ada juga yang non-muslim. Kalo mau tau silakan terus baca, kalo nggak mau tau, ya ngapain buka-buka wall saya yah. Jadi bingung eke.

PRINSIP DASAR:
Seorang muslim dalam lingkungan yang mayoritas muslim (beda yah kalo ia tinggal di Amerika misalnya) tidak boleh memilih, mendukung, atau memberikan loyalitasnya kepada calon pemimpin non-muslim. Dasarnya jelas kok, bukan pendapat saya lho, tapi yang nyuruh langsung Yang Maha Tahu kok, jadi jangan ngerasa sok lebih tahu deh. Trus kalo baca ayat-ayat di bawah, jangan ngerasa cuma baca Qur’an aja, tapi bacanya kayak lagi baca Surat Keputusan (SK) dari Bos Besar soal masalah yang super penting. Oke?

Allah SWT memberikan instruksi kepada hamba-hambanya yang mengaku beriman melalui Al-Qur’an yang terjaga dari kesalahan sampai akhir jaman:

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali/pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Ali-Imran 28)

(Oh iya. Kalo dipakai istilah kafir di dalam Quran, jangan terlalu sensi yah, atau merasa istilahnya terlalu vulgar, nggak toleran, dsb. Yang dimaksud orang Kafir di sini adalah orang-orang yang mengingkari, artinya menolak nilai-nilai yang dibawa Islam, Quran, dan Rasulullah; as simple as that. Dia bisa aja berakhlak mulia, mungkin jauh lebih banyak berbuat baik dibanding teman-teman muslimnya. So, sekali lagi, jangan sensi yah. Cuma sekedar diferensiasi kok. Yang mukmin artinya percaya, yang kafir artinya nggak percaya).

Nggak cuma di satu ayat aja lho. Di ayat lain Allah SWT juga memberi instruksi serupa dengan redaksi yang sedikit berbeda:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin bagimu; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al Maidah 51)

Dua ayat masih kurang? Nih satu lagi yah. Kalo masih kurang juga kebangetan dah.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali/pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (An Nisa 144)

Faktanya, masih banyak ayat-ayat lain yang senada, misalnya Al Maidah 57, At-Taubah 23, dan An-Nisa 139; yang menunjukkan betapa pentingnya masalah yang diangkat ini.

Syaikh Yusuf Qardhawi, "Kita selayaknya mengetahui apa yang sangat dipedulikan oleh al-Qur’an dan sering diulang-ulang di dalam surat dan ayat-ayatnya, dan apa pula yang ditegaskan dalam perintah dan larangannya. Itulah yang harus diprioritaskan, didahulukan, dan diberi perhatian oleh pemikiran, tingkah laku, penilaian, dan penghargaan kita."

Buat prinsip dasar, tiga ayat cukup kayaknya yah.

Jadi prinsip dasarnya jelas; sebagai seorang muslim, Allah SWT jelas-jelas melarang kita memilih pemimpin non-muslim. Larangannya bukan sekedar larangan biasa; buat yang masih ngotot Allah memberikan ancaman yang nggak kepalang tanggung:
1. Nggak akan dapat pertolongan Allah
2. Nggak akan dapat petunjuk Allah
3. Termasuk golongan yang zalim
4. Memberi alasan yang nyata buat mendapat siksa Allah.

Oke, prinsip dasar udah jelas. Tinggal masalah yang timbul sama kontroversinya.

KONTROVERSI KE-1:
Gimana kalo pemimpin yang non-muslim lebih jujur, lebih kompeten, pokoknya lebih segala-galanya dibandingkan pemimpin yang muslim? Mendingan pemimpin non-muslim tapi jujur daripada pemimpin muslim tapi korup kan?

Jawaban saya:
Pertama. Kalo setuju pendapat di atas, berarti mustinya Allah SWT ngasih pengecualian dalam perintah di atas. Misalnya jadi begini: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Kecuali bila pemimpin dari golongan yang non-muslim itu lebih OKE dibandingkan pemimpin dari orang-orang mukmin.”

Tapi Allah Yang Maha Tahu nggak ngasih kekecualian kan?

Atau Allah Yang Maha Kuasa lupa kali yah bahwa mungkin aja ada para calon pemimpin non-muslim yang lebih berkualitas dibanding para kompetitor muslimnya, dan berarti Allah mengabaikan prinsip kompetensi dalam memilih pemimpin? Atau kita menganggap Allah Yang Maha Bijaksana sebenarnya kurang bijak dalam masalah ini, dalam masalah memilih pemimpin non-muslim? Jangan ah, kayaknya malah jadi sok bijak dan sok tahu deh.

Perlu diingat juga, kita cuma bisa mengkaji hikmah larangan Allah sebatas otak kita aja. Sebenarnya, di balik setiap perintah dan di balik setiap larangan-Nya, ada hikmah yang jauh lebih luas di luar jangkauan ilmu kita.

“Ketahuilah! Sesungguhnya Allah jualah yang menguasai segala yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada padanya dan pada hari umat manusia kembali kepadaNya, maka Dia akan menerangkan kepada mereka segala yang mereka kerjakan, kerana sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap tiap sesuatu.” (An-Nuur 64)

Kedua. Tahu dari mana bahwa calon pemimpin yang non-muslim lebih segala-galanya dibandingkan calon pemimpin yang muslim? Wake up Bro, wake up Sis, di era super pencitraan hari gini masih percaya sama media main-stream. Nggak belajar apa sama kejadian kemaren? Kejadian kemaren yang mana? Ah, pura-pura nggak tahu lagi. Intinya: kadang yang kita tahu soal kelebihan dan kekurangan para calon pemimpin cuma superfisial aja kok, banyak dipoles atau dijatuhkan sama media karena berbagai konflik kepentingan.

Tapi kan susah juga buat tahu sebenar-benarnya soal kualitas calon-calon pemimpin. Namanya juga manusia milih pemimpin manusia, pasti banyak kekurangan lah. Harap dimaklum.

Eh, tapi sebenernya ada lho yang tau banget soal kualitas masing-masing pemimpin. Siapa tuh? Ya, itu Dia yang bikin ayat-ayat di atas. Makanya nurut!

Ketiga. Oke deh, anggap aja ente tahu segala-galanya soal calon-calon pemimpin ente, yang muslim maupun yang muslim. Anggap aja bahwa calon pemimpin non-muslim yang ada sekarang lebih segala-galanya dibandingkan calon pemimpin yang muslim. Terus gimana dong? Pendapat saya sih gini. Kekuatan dan kelebihan yang ada di sisi manusia itu sumbernya dari Allah juga. Soal pemimpin dan kelebihan dan kekuatan yang dimilikinya, Allah SWT mengingatkan:

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” (An Nisa: 139)

Dalam tafsir Fi-Zhilalil Quran, mengenai ayat ini ada ungkapan yang lumayan pas. Saya kutip yah, “Allah Azza wa Jalla bertanya dengan nada ingkar, “Mengapa mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dan pelindung? Mengapa mereka menempatkan diri mereka dalam posisi seperti ini dan bersikap seperti ini? Apakah mereka mencari kemuliaan dan kekuatan di sisi orang-orang kafir itu?” Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla yang memonopoli semua kekuatan itu. Karena itu, tidak akan mendapatkan kekuatan tersebut kecuali orang yang setia kepada-Nya, mencari kekuatan itu di sisi-Nya, dan berlindung di bawah naungan-Nya.”

Jadi, kelebihan yang dimiliki seorang pemimpin tidaklah akan ada artinya bila orang tersebut tidak setia kepada-Nya dan berlindung di bawah naungan-Nya. Gimana mau setia, gimana mau minta perlindungan, wong percaya aja kagak.

KONTROVERSI KE-2:
Udah deh Ndi, jangan suka shuudzan. Hati orang siapa tahu sih? Mungkin aja dalam hatinya Ahok ternyata lebih mulia, punya niat memajukan syiar Islam di ibukota, malah mungkin lebih menyayangi kaum muslim di Jakarta dibanding para calon pemimpin yang ngaku-ngaku muslim, yang niatnya mungkin cuma memperkaya diri. Jangan sok tahu hati orang ah!

Jawaban saya:
Hati orang siapa yang tahu sih? Nggak ada yang tahu emang. Yang tahu cuma yang Maha Tahu sih, yang jauh dari kebetulan ngasih petunjuk tentang hati para pemimpin non-muslim lewat firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan kebencian yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali ‘Imran 118)

KONTROVERSI KE-3:
Itu kan cuma teori doang. Dalam prakteknya, mana ada pemimpin besar Islam yang membeda-bedakan jabatan berdasarkan agamanya. Yang penting kan kompetensinya? Iya nggak?

Jawaban saya:
Nggak juga sih. Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari agar pencatatan pengeluaran dan pemasukan Pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘Pecatlah dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim‘” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/132).

Heran yah Umar bin Khattab. Nggak toleran banget gitu loh!

KONTROVERSI KE-4:
Ya ampun Ndi, hari gini, masih ngebedain pemimpin berdasarkan agama yang dianutnya. Toleransi dikit napa?

Jawaban saya:
Kayaknya wajar yah, semua penganut agama yang sholeh dan taat pasti lebih suka memilih pemimpin yang seiman dan seagama. Jadi wajar kalo saudara kita yang beragama Kristen lebih memilih Ahok dibanding Sandiaga Uno atau Adhyaksa Daut misalnya. Saya mengerti 200%. Dan saya nggak menuduh mereka nggak toleran karena memilih calon pemimpin yang seiman. Yang saya nggak ngerti tuh kalo Facebook Friend saya yang seiman dan seislam mati-matian mendukung dan mengkampanyekan Ahok di atas para calon pemimpin lainnya yang beragama Islam. Padahal kurang jelas apa coba instruksi dari Yang Maha Tahu dalam berbagai ayat di atas. Kagak ngarti gw mah. Jadi masalah milih pemimpin sih bukan masalah toleransi yah.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Al-An'am 116)

KONTROVERSI KE-5:
Dari tadi argumentasinya dari Quran melulu. Sekarang kan jaman demokrasi, internet, era globalisasi, nggak ada argumentasi yang lebih luas dan bisa diterima sama semua orang apa? Emang semua orang setuju sama ayat-ayat Quran?

Jawaban saya:
Makanya, di awal juga saya udah bilang, ini kan pendapat saya, boleh setuju, boleh nggak. Dan buat saya, dalam masalah yang maha penting seperti ini, masalah calon pemimpin yang bakal menentukan hayat hidup orang banyak, masalah yang bakal menentukan apakah syiar Islam bisa berkembang atau direpresi, kayaknya Quran udah lebih dari cukup yah.

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl 89)

Malahan cuma Quran yang bisa ngasih panduan biar saya nggak akan menyesali pilihan saya, di dunia maupun di akhirat.

“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya. Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu akan ditanya tentang apa yang dilakukannya.” (Al-Israa 36)

Masa kalo dalam masalah sholat, qurban, puasa, dan lainnya kita berpedoman sama Quran, tapi kalo masalah politik, memilih pemimpin, ekonomi dan masalah lainnya kita nggak mau pake pedoman yang sama.

“Adakah kamu beriman dengan sebahagian Kitab dan ingkar dengan sebahagian yang lain? (Al-Baqarah 85)

KONTROVERSI KE-6:
Ngapain juga sih Ndi, ngebahas masalah yang sensitif kayak gini. Mendingan kan posting yang lucu-lucu, yang damai-damai, yang nggak kontroversial. Apa udah ngerasa paling ngerti soal tafsir Quran? Tujuannya apaan sih?

Jawaban saya:
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Huud 88)

KONTROVERSI KE-7:
Terserah lah. Pokoknya apapun yang elo tulis, nggak akan ngerubah pendapat gua soal masalah ini. Apapun yang terjadi, gua tetep dukung Ahok, karena pastinya lebih kompeten...

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (taufiq) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah 272)

KESIMPULAN SINGKAT:
Jadi, kalo di lingkungan yang mayoritas muslim, wajar kok kalo kita lebih mengutamakan calon pemimpin yang beragama Islam di atas calon pemimpin non-muslim. Bukannya karena sang pemimpin non-muslim itu tidak kompeten, tidak berkualitas, atau tidak jujur dsb. It’s absolutely had nothing to do with it. Sederhana aja kok, kenapa kita tidak memilih pemimpin non-muslim? Kenapa kok sholat Shubuh harus dua rakaat? Kenapa Zakat Fitrah kok 2,5 liter? Kenapa kok harus naik Haji segala? Karena Allah menginstruksikan hal itu. Period.

"Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa’ 65)

Dan soal prinsip yang utama seperti ini, nggak perlu lah sampai menimbulkan friksi sama temen-temen yang berbeda agama, apalagi sama temen-temen yang seiman dan seislam. Tinggal dipelajari aja. Kalo setuju, tinggal dilaksanakan. Kalo nggak setuju, ya silakan juga.

Tapi gimana dong Ndi, gua udah kepalang ngefans sama Ahok nih?

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(Al Baqarah 216)

Udah ah. Alhamdulillah, sekarang udah plong. Terima kasih Facebook…
Read More...

Tetap Istiqomah, Rahasia Jalan Allah

copas dari facebook juga nih, bagus

Eddy Mandiri with Eddy Mandiri.
1 December at 13:50 ·

Kisah nyata yg diceritakan oleh Ustadz Yusuf Mansur di Kampus UI beberapa bulan lalu.
Dengan gaya khas beliau bercerita :
“Ada kawan saya yang pengen banget anaknya jadi 'Pengusaha Tambang'. Lantas sejak anak itu masuk SMA, kawan saya ini udah giatin ibadah.
. Tahajud oke,
. Dzikir oke,
. dan Wirit oke,
. Sedekah pun oke juga...
Beliau pengen anaknya bisa kuliah di ITS atau ITB, jadi 'Ahli Tambang'.
Hingga pada saat anak ini kelas 12 (SMU kelas 3), Bapaknya jual motor satu-satunya yang beliau miliki untuk disedekahkan, berharap Rahmat dan kelancaran dari Allah untuk test anaknya.
Anaknya ikut seleksi SBMPTN ambil di ITB dan ITS, ambil mandiri juga.
Ambil jurusannya gak jauh-jauh dari 'Pertambangan & Metalurgi' sebab udah jadi cita-citanya dari dulu.
Singkat cerita, ini anak kagak lolos SBMPTN. Masih lega sebab masih ada cadangan yang lewat mandiri.
Mandiri ITB pun gak lolos.
Si bapak bingung "kok Allah gak ngabulin impiannya sih?"
Dia kepengen anaknya jadi 'Ahli Tambang' biar punya manfaat buat ummat di kemudian hari.
Bapaknya pun sudah kehabisan biaya untuk ikut test dan bimbel karena untuk ini & itu pasti perlu banyak biaya.
Akhirnya pasrah, si anak memutuskan untuk kerja.
Gak jadi tukang tambang tapi 'Jadi Supir Pribadi'...
Jauh sekali dari yang diharapkan Bapaknya.
Si anak Tawakkal kepada Allah...
Pasrah sepasrah-pasrahnya sama Allah.
Sambil yakin “Pasti Allah baek ama gue, ini semua pasti ada Hikmahnya ”.
Nah… Kebetulan si anak ini jadi 'Supir Boss Besi' di Surabaya.
Tiap hari ini anak anterin boss nya ke tempat-tempat pengumpul 'Besi Bekas' di daerah Jawa.
Dari Banten sampe ke Jatim udah di datengin semua buat ketemu klien.
Si Boss ngajarin ini anak :
» gimana memilih Besi yg Bagus,
» dimana beli Besi Bagus,
» dan kemana harus dijual.
Singkat cerita...
2 tahun sudah ini anak kerja jadi 'Supir si Boss Besi'.
Si Boss Besi gak punya anak lelaki, akhirnya si boss putuskan dgn istrinya:
“Bu, anak ini amanah, cukup cerdas, biar dia aja yg pegang usaha kita, jadi kita tinggal ngawasin dia aja!”.
Hati anak ini bergetar.
Betapa Allah mengabulkan permintaan ayahnya.
Ia sekarang jadi 'Pengusaha Tambang Besi! Subhanallah.....
Bahkan ketika temen-temennya yang lolos di pertambangan ITS dan ITB masih kuliah, dia yg kemarin gak lolos 'Udah Jadi Pengusaha'.
Lucunya...
Ketika si anak ini menginterview calon karyawan nya lalu melihat CV nya, ternyata si calon karyawan ini lulusan ITB yg seangkatan dengannya, gumamnya dalam hati : “ehmmm saingan gue dulu nih.”.
Yang lolos masih jadi karyawan tapi yg gak lolos malah jadi boss.
Heran kan?
Gak usah heran!
Inilah cara Allah yang kita tidak dapat bocorannya saat itu
Ente bisa punya mimpi jadi dokter... Lalu Allah beri ente penghalang menuju mimpi itu, tapi kalo ente jernih memandang Allah, maka :
~~~~~~~~~~~~~~~~~
'Kegagalan'
bukanlah Penghalang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Itu justru jalan tol ente semua menuju kesuksesan yg telah Allah rencanakan.
Yusuf Mansur 3 kali ditolak di IAIN Jakarta (sekarang UIN), berkali-kali ditolak di UI, tapi sekarang…
Alhamdulillah....
Yusuf Mansur diundang jadi tamu kehormatan di UI...
yang waktu itu lolos? Belum tentu.”
Yuk terus doakan anak2 qt. Semoga memotivasi kita semua!
Semangat menginspirasi!”
Insya Allah..

Read More...

Wednesday, December 23, 2015

Lucu dan Imutnya Binatang yang diajak berfoto Selfie sama Allan Dixion

gimana? lucu kan? ini bukan photoshop atau gambar editan, ini adalah gambar asli lho. Dikutip dari situs mymodernmet.com, seorang yang mengaku sebagai "pemberi harapan" para binatang dari Australia bisa berfoto selfie seperti gambar di atas. lihat saja hasil-hasil fotonya, Mengaku sebagai "Animal Whisperer" alias pemberi harapan sah sah saja ya, seolah-olah para binatang itu memang sengaja ingin berfoto selfie ala abg masa kini, dan Allan Dixon lah yang bisa memberi mereka "harapan" tersebut, haha ada ada saja ya.

Berbagai macam binatang diajaknya berfoto, seperti burung kakak, tua, unta, kanguru, dan lain-lain, mungkin kalau orang biasa, yang ada malah para binatang itu pada takut ya, atau sebaliknya malah menyerang kita, nah gimana ceritanay bisa dapet foto foto seperti itu ya? si Allan Dixon ini mengaku yang dilakukannya adalah adalah tetap menunduk, mencoba mendekat perlahan-lahan, cari tau kondisi dimana si binatang tidak bereaksi takut atau menyerang, posisikan kamera di tangan sehingga binatang itu mengira itu adalah termasuk bagian dari tubuh kita, matikan flash, matikan suara klik kamera yang mengganggu, begitu dekat, perlahan-lahan arahakan kamera, pencet tombol rana perlahan, dapatkan banyak foto, jangan cuma sekali, mungkin ada yang pernah mencoba y? gallery lainnya silahkan liat liat dibawah y.
gallery lebih banyak lihat di https://www.instagram.com/daxon/


Read More...

Mari Ambilkan Baiknya, tinggalkan yang buruk

ngambil dari artikel facebook ya,
Nur Edy with NiLa MagFira Hapusah.
30 July 2014 • Weende, Germany •
Bagaimana mereka membentuk karakter anak jika gurunya begitu?
Guru taman kanak-kanak (TK) di Jerman tidak seperti di Indonesia, mereka tidak harus berpakaian rapi. Mereka bahkan terkesan berpenampilan urakan bagi orang-orang Indonesia. Ada yang pake anting di hidung dan bibir, rambut gimbal, bertato, bahkan punk. Tapi saya salut! Saya salut dgn cara guru-guru TK di sini membentuk karakter anak-anak. Terutama tentang "kemandirian". Satu hal yang mudah dianjurkan tetapi sulit dipraktekkan. Anak-anak saya, Nicky (6 thn) dan Lyo (4 thn) selalu menolak makan disuapi, mereka malu dipakaikan sepatu (meskipun Lyo masih sering pakai sepatu terbalik), dan mereka selalu bilang "Ich weiß schon" (saya tau/saya bisa sendiri). Hal lainnya, anak-anak selalu bertanya ke orang tuanya untuk minta izin sebelum melakukan sesuatu yang memerlukan persetujuan.
"Ayah, apakah ini jam nonton anak-anak?"
“Ayah, apakah film ini boleh saya nonton?”
“Ibu, boleh makan ice cream?”
“Ibu, boleh makan coklat?”
Saya senang karena anak-anak malu jika mereka harus dibantu orang tuanya untuk hal-hal yang mereka bisa kerjakan sendiri. Mereka juga tidak semaunya menyalakan TV untuk menonton, atau langsung memakan makanan yang ditawarkan orang lain. Ini bukan bentukan kami, ini didikan sekolah TK. Saya salut! Awalnya saya penasaran, bagaimana mereka mendidik anak-anak semandiri itu? Setelah saya perhatikan, rupanya si guru mengajari anak-anak dengan cara menjadi teman bermainnya. Sambil bermain si guru mempraktekkan bagaimana berperilaku mandiri dan selalu meminta persetujuan murid ketika dibutuhkan. Misalnya menanyakan, “bolehkah gambarnya disimpan di folder?”, “mau ngga hiking dan picnic besok?”. Hal-hal sederhana, tapi dipraktekkan, dan anak-anak juga menemukan kebiasaan-kebiasaan itu di luar sekolah. Cara si guru mengajak dan menghargai si anak sangat berbeda dengan cara mendidik yang bersifat instruksional dan menjadikan murid sebagai sub-ordinat guru. Coba bedakan dua kalimat berikut. Pertama, “anak-anak mau ngga hiking dan picnic besok? Kedua, “anak-anak besok kita akan hiking dan picnic ya”. Kalimat pertama lebih menghargai anak-anak. Guru memintai pendapat anak-anak dan memancing antusisasme mereka, padahal tanpa memintai pendapat mereka, kegiatan hiking dan piknik tersebut telah teragendakan oleh sekolah. Cara tersebut implikasinya besar bagi pembentukan karakter anak untuk berperilaku serupa. Sangat berbeda dengan kalimat kedua yang tidak mengajak anak berpendapat, isinya bukan bersifat ajakan, tapi perintah.
Saya kerap melihat orang tua (termasuk saya dan mungkin juga guru TK) di Indonesia yang menyepelekan hal kecil tapi sangat berarti seperti contoh di atas. Saya sering melihat gambar anak-anak di kertas yang hanya berupa coretan tak berarti, di buang begitu saja oleh orang tuanya. Mungkin mereka berpikir, “gambar apa sih ini?”. Padahal dari hal-hal sekecil itu, kita bisa belajar menghargai anak. Saya memperhatikan perilaku itu di sini. Ketika Si Lyo berumur hampir 3 tahun di awal fase TKnya, gambar dan lukisan Lyo yang hanya berupa coretan-coretan semrawut tetap disimpan oleh gurunya dalam sebuah folder. Suatu hari si guru ingin menunjukkan gambar-gambar tersebut ke kami. Sebelumnya si guru menanyakan ke Lyo, apakah si guru dan kami (orang tuanya) boleh melihat isi foldernya. Jika Lyo mengizinkan, baru kami boleh melihatnya. Begitu si guru mempraktekkan cara menghargai privasi anak-anak. Si Guru lalu menunjukkan kemajuan-kemajuan Lyo dari gambarnya. Dari yang hanya berupa coretan, lalu mulai berbentuk menjadi mobil, rumah, sepeda, dan super hero favoritnya.
Pada banyak hal, cara pandang terhadap sesuatu akan berbeda-beda. Itu dipengaruhi oleh pola pikir dan fakta-fakta di sekeliling objek yang diamati. Kekawatiran saya pada sifat anak kecil lekat dengan kebiasaan meniru, dikaitkan dengan penampilan gurunya yang “begitu” telah pupus. Guru-guru Lyo dan Nicky selalu menempatkan diri sebagai teman bermain anak-anak sekaligus mengajarkan "nilai-nilai kebaikan universal". Si guru mengajarkan kebaikan-kebaikan ke murid dan melarang berperilaku tidak baik. Mereka tidak mereferensikan agama, atau pilihan "genre hidup" (gaya berbusana, punk, bertato, beranting, dll.), itu wilayah privasi yang harus dihargai. Anak-anak juga selalu diberi pemahaman, bahwa mereka harus berperilaku sesuai umur. Misalnya gaya dan genre hidup seperti itu adalah gaya orang dewasa dan tidak boleh ditiru oleh anak-anak. Tentu saja akan sulit memahami semua itu jika cara berpikir seperti kebanyakan orang-orang di negeri kita yang dipakai untuk memahami penampilan si guru karena dia seorang pengajar sekaligus pendidik. Tapi rupanya tidak begitu pemahaman yang ada di sini. Satu hal yang harus dimenegerti, Jerman adalah negera sejahtera, berbeda dengan negara kita. Pola pikir mereka tidak lagi pada hal-hal yang tidak substansial. Mereka kebanyakan berpenampilan seadanya, HP dan busananya banyak yang tidak bermerk mahal karena mereka lebih memilih fungsi dan substansi. Itu salah satu ciri masyarakat di negara-negara sejahtera . Pada konteks tersebut, penampilan beranting, punk ber tato tidak lagi menjadi masalah, sepanjang kompetensinya sebagai guru memenuhi syarat.
Rupanya penampilan guru yang "begitu" tidak akan ditiru oleh si anak TK karena mereka membentuk kemandirian dan pola pikir si anak, bukan mengajarkan gaya hidup. Mereka menanamkan kemandirian hingga pada suatu hari nanti si anak memilih akan jadi apa atas kemandiriannya berpikir. Ini nilai. Ini budaya. Kita tidak perlu ikut semua budaya barat, tapi yang baik wajib diambil, yang kurang cocok jangan dipakai.
Read More...

Naik Motor Jakarta Bandung dan Rute Tercepat menurut ane


Naik Motor Jakarta Bandung dan Rute Tercepat menurut ane
Dari Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya ada tiga pilihan yang bisa dilalui bila menggunakan sepeda motor, yaitu melalui puncak, kedua melalui Jonggol, ketiga melalui Purwakarta. Kalau saya hitung jarak ketiganya sama sama 150 kilometer jaraknya. Perbedaannya akan saya jelaskan satu persatu.


Melalui Puncak
Dari Jakarta Cawang lurus keselatan melewati Cililitan yang macet, kemudian sampai di Pasar Rebo, fly over naik ke atas. Lurus ke selatan ga usah belak belok pokoknya, di Jalan Raya Bogor ini sempet macet karena pas ada kegiatan penggusuran kios di pinggir jalan. Lurus sampai Bogor Baranangsiang, keselatan lagi, sampai mentok, kalau sudah mentok ketemu tol, baru belok kanan naik ke puncak, hawanya dingin disini, kadang ketemu juga sama kabut, jadi kendaraan sampai harus menyalakan lampu. Di puncak pemandangannya bagus, jalan menikung menanjak, motor bisa dimiring miringkan bak pembalak, apalagi sudah pake tubeless lebih enak buat miring-miring.
Setelah Puncsk, jalan mulai menurun lagi, dan ketemu jalan lurus berarti mau masuk cianjur yang mengingatkan saya dengan ikan bakarnya. Sampai di Cianjur sekitar pukul 2 siang, tadi berangkat dari Jakarta jam setengah 10, 4,5 jam baru sampai di Cianjur, sampai Bandung 6 jam, dengan istirahat sebanyak 2 kali.

Melalui Jonggol

Dari Jakarta menuju arah timur ke Bekasi, sampai Pekayon belok ke selatan mengikuti plang arah Bogor, lurus, disini relatif lebih sepi dibandingkan jalan raya bogor, dan kalaupun macet motor masih bisa melaluinya baik dari sisi kiri maupun kanan, kebanyakan yang lewat sini truk-truk besar. Lurus terus keselatan mentoknya nanti setelah sampai di Cileungsi Harvest city ya karena memang papan petunjuknya ditulis seperti itu. Sampai di Cileungsi, jalan layang belok ke kiri mengikuti papan petunjuk yang mengarah ke Jonggol, Cianjur. Jalur ke Jonggol sudah halus, cuman jalur Jonggol keselatannya yang kadang halus kadang engga, namun tidak terlalu parah jalannya, jalurnya juga lebar berkelok-kelok, melewati pemandangan juga saat melewati perbatasan Bogor Cianjur, kondisinya sudah beraspal, namun sebagianbesar belum dilengkapi marka jalan dan lampu penerangan jalan, sehingga kalau malam harus lebih hati-hati, tidak bisa sekencang siang hari.

Yang perlu diperhatikan disini menurut saya kalau mau mampir ke Cianjur ini jalannya semakin lama semakin menyempit, dan seperti melewati jalan kampung. Juga persimpangan yang menurut saya bisa mengecohkan yang dari Cianjur ke Jonggol, karena harusnya belok kiri, tapi jalannya lurus. Apalagi kalau tidak ada tulisannya, tapi disitu sudah ada tulisannya, jadi tinggal mengikuti saja walaupun keliatannya jalannya semakin lama semakin menyempit.
Cianjur ke Bandung jalurnya lurus lancar jaya, kecuali saat memasuki Padalarang, macetnya panjang banget, kirain ada peristiwa laka atau apa eh ternyata sampai ujung, ga ada kecelakaan, hanya saking padatnya memasuki lampu merah, macet 7 kiloan kira-kira.

Saya ga sempet ngitung berapa lamannya, tapi sempet ngitung jaraknya menggunakan google map jaraknya sekitar 150 kilometer Jakarta Bandung via Bekasi Jonggol Cileungsi. Karena tadi harus muter muter dulu, tapi saya perikirakan lebih dari 4,5 jam.

Melalui Purwakarta

Ini adalah jalur favorit ane, karena jalannya yang lebih sepi, lebih indah pemandangannya, lebih lurus juga. Kalau dari Jakarta arahnya ke timur Bekasi, Cikarang, terus ke timur seperti jalur mudik kalau dari Jakarta, lalu lewat ringroad Karawang, yang ternyata sekarang lebih rame dibandingkan tahun 2010 lalu saat masih baru-barunya. Ketimur sampai Cikampek, cari arah keselatan arah Purwakarta.

Dari Purwakarta ke selatan ini jalurnya enak buat cornering, kanan kiri pemandangannya bagus, kadang melewati atas tol, kadang melewati bawahnya, disini melewati juga rute kereta api Jakarta yang via selatan, total waktu Bandung Jakarta via Purwakarta naik motor, Cikampek Bekasi, 4,5 jam, termasuk waktu istirahat sekali di Cikarang karena mau isi bensin dan waktunya solat kurang lebih setengah jam.

Kesimpulan saya diantara ketiganya, jaraknya sama-sama150 kilometer, Jalan yang paling banyak macetnya adalah lewat Puncak, kedua Jonggol, peringkat tiga lewat Purwakarta. Kalau Paling rame warung-warung kiri-kanan jalan adalah jalur Puncak, kedua Purwakarta, ketiga Jonggol. Jalan paling lebar dan halus adalah lewat Purwakarta, karena lewat pantura, Waktu tercepat adalah lewat Purwakarta 4,5 jam sampai, beda dengan lewat yang lain, 4,5 jam baru sampai Cianjur.

Sekian catatan dari saya, semoga bisa memberikan informasi bagi nyasar ke blog saya.
Read More...

Saturday, December 19, 2015

Disk Brake motor macet part 2


Kenapa saya namakan part 2? Karena ini adalah pengalaman kedua ban motor seret kaitannya sama disk cakram rem motor. Kasus pertama saya alami disini, sedangkan kasus kedua beda cara menanganinya dengan yang pertama.

Disk brake belakang ini mulai bermasalah setelah saya bawa ke bengkel stel pelk, untuk memperbaiki ruji yang rusak, habis selesai ganti ruji dan stel pelk, semuanya dipasang-pasang sama tukangnya, saat itu memang tidak begitu saya perhatikan putaran bannya, apakah lancar ataukah tidak, karena saat dinaiki juga tidak berasa berat.

Pada hari berikutnya, saya coba coba membandingkan putaran roda belakang dengan motor lain, ternyat kok motor ane lebih seret ya putarannya, tidak selancar motor motor yang lain. Saya bawa ke bengkel pinggir jalan, saya ceritakan bahwa ban habis dibongkar tukang pelk, oleh bengkel pinggir jalan tersebut juga tidak bisa langsung memperbaiki, malah mengatakan kalau ada ring yang kurang saat memasang ban di tukang pelek tadi, karena saya awam masalah ini, saya langsung saja meluncur ke tukang pelk, ternyata bapak tukagn pelknya merasa sudah memasang ring semua, tidak ada yang ketinggalan.
ternyata untuk mendiagnosa penyakit bisa berbeda antara bengkel satu dengan yang lain, saya pun mencari opini ketiga, dengan membawa ke bengkel yang lain lagi.

Kali ini saya bawa ke bengkel resmi, saya ceritakan keadaan motor saya, oleh mekaniknya berkesimpulan hal itu disebabkan karena kampas rem tidak asli sehingga, ausnya tidak rata, saya mengiyakan saja, namun dalam hati masih ragu, soalnya peristiwanya kan habis dibongkar pasang sama tukang pelek ya. Dan sebelum dibongkar masih lancar jaya. Akhirnya Daripada saya biarkan, mending dicoba dulu, dan saya pun menunggu di ruang tunggu yang khusus disediakan bengkel tersebut.

Setelah selesai, saya dipanggil karena motor sudah selesai, saya bayar kurang lebih 60 ribu, setelah saya coba-coba putar bannya, udah lancar, tidak seret, hmm jadi kali ini memang masalah pada kampas rem yang palsu y. Mungkin anda yang nyasar ke blog saya punya pengalaman lain.
Read More...

Hati-hati berkendaraan di Jakarta


Padatnya lalu lintas Jakarta membuat kita sewaktu-waktu menemukan pengendara yang unik, seolah bermain sirkus, yang tidak kita temui di lalu-lintas di Kota lain. Misalnya seperti yang pernah saya liat.

Saya mau puter balik di Jalan Ahmad Yani dari selatan dari Cawang mau puter, di puteran sebelum jalan Pemuda Rawamangun. Kendaraan dari arah utara saat itu lagi ramai-ramainya karena pas jam pulang kerja. Di depan saya juga ada satu mobil penumpang yang akan puter balik. Untuk puter balik ini harus nunggu jeda sebentar saking ramainya lalu lintas, begitu ada celah, mobil di depan mulan mengarahkan moncongnya memasuki jalur mencoba bermanuver memutar dibantu pak ogah. Saya pun di belakangnya mengikuti pergerakannya. tapi ya karena motor itu manuver putarnya lebih kecil, jadilah posisi saya sudah menghadap ke selatan disaat mobil di depan masih menghadap ke timur dan masih berjalan pelan.
Saat saya akan berencana pindah jalur ke kiri dengan melihat spion, dari belakang kiri wusss ada mobil sejenis innova nyalip dari kiri saya dan sesaat setelah dia nyalip, dia langsung pindah ke kanan karena bermaksud memasuki jalur busway. Jadi yang saya tangkap dari kejadian tersebut mobil Innova tersebut awalnya tidak melihat saya karena tertutup mobil yang akan putar arah tadi. Sedangkan dia berencana masuk jalur busway.
Read More...

Ga penting motormu apa

Ga penting motormu apa cepat tidaknya mengendarai motor di Jakarta tergantung tingkat kemacetan, bukan tergantung cc.
Sebagai pengguna motor yang pernah merasakan cc yang berbeda ketika menuju suatu tempat, saya jadi merasakan perbedaa rasanya saat menggunakan cc 100 semacam supra x 100 dengan cc 125 semacam supra x 125. Perbedaan yang mencolok tentu soal cruising speed atau saya bisa menyebutnya kecepatan tetap. Untuk 100 cc kecepatan 100kmh mesin seperti mau jebol, meraung raung tinggi, tapi untuk cc 125 kecepatan 100 kmh mesin masih adem adem saja. Perbedaan lain tentu sensasi yang dihasilkan untuk menempuh jarak 70 km saja pake motor 100 sensasinya lebih berat daripada yang 125 cc.

Namun hal itu ternyata tidak berlaku sepenuhnya bila kita mengendarai motor di Jakarta, karena sekarang bukan mesin cc yang menentukan cepat tidaknya sampai di tujuan, tapi macet ganya.


Read More...

Entah ini Judulnya apa


Saya jadi inget apa yang saya pikirkan tadi malam yaitu masa dimana saya masih kecil entah itu beneran atau tidak. Waktu itu saya akan pulang menuju rumah dari sawah, dari sawah ke rumah perjalanan melewati rerimbunan pohon bambu yang lebat, di tengah perjalanan melewati rerimbunan pohon tersebut ketemulah saya dengan seseorang yang senyum dengan saya, pakaiannya tidak menunjukkan kalau dia sedang pergi ke sawah, berpakaian necis malahan, masalahnya untuk apa di kebon seperti ini dia berpakaian necis. Dia kemudian menyapa saya, tapi saya lupa apa yang dikatakannya, yang saya ingat waktu itu dia menanyakan saya kemana, oiya waktu itu umur saya masih kurang dari 10 tahun, saya lupa tepatnya umur berapa. Tidak jauh dari orang berdiri tersebut ada makam desa. Itu siapa?


Kejadian lain entah ini fakta atau hanyalah khayalan saat tidur atau hanyalah pas pasan saja adalah saat saya kecil saya percaya bahwa orang mati saat meninggal dunia saat dibawa jenasahnya di depan rumah bakal dipripeni, mungkin saat itu saya yakin sekali akan hal itu. Tibalah di suatu malam saya tidur sendiri. Lampu dipadamkan, sayup sayup terdengar dari depan rumah seperti orang tertawa ala hantu. Ya mungkin saja ada rumah lain yang sedang menonton serial hantu dan suara hantunya terdengar sampai telinga saya, cuman malam itu waktu pukul 12 sampai jam 2 an, saya tidak ingat tepatnya. Ataukah saya hanya mimpi yang mana sebenarnya suara tersebut adalah suara lain yang menjadi lain maknanya ketika memasuki telinga saya. Terlebih lagi saya waktu itu yakin bahwa bisa saja itu terjadi. Tapi saya pengen denger lagi eh sampai sekarang malah ga muncul muncul lagi. Malah makin penasaran.
Read More...

Ngebis dilanjut Nyepur dilanjut mencoba ojek online


Pertama naik bus tujuan Semarang Terboyo karena akan turun di stasiun tawang melanjutkan perjalanan dengan kereta api yang dijadwalkan pukul 02.50 pag. Rencananya paling tidak saya dari Ampel berangkat pukul 10 malam, eh bukan jam 9 saja, tapi kenyataanya saya tetep berangkat jam 10 karena ketiduran hhe.

Nunggu bus di pasar Ampel di samping toko kelontong yang masih buka dari jam 10 sampai jam 12, lama ya? Ya karena memang demikianlah kenyataannya. Sebenarnya ada sih yang lewat, satu, bus EKA Patas Surabaya Semarang, tapi saya liat udah penuh, jadi nanti nanti saja pikir saya.

Pas Saya nunggu dari jam 10 sampai jam 12 malam itu, terpantau bus yang arah solo ada dua, Sugeng rahayu dulu sumber kencono, dan EKA Patas arah timur, buset kok malah banyak yang bus surabayaan ya kalo malem, yang bus solo semarang kemana?

Akhirnya datang juga bus yang ditunggu-tunggu yaitu datang jam 12 malam, artinya saya nunggu dua jam, ya maklum, walau Solo Semarang bus beroperasi 24 jam, kalo malam rentang waktunya lebih lama, beda dengan siang, jarak antar bus satu dengan depan bisa sampai beberapa tikungan saja.

Nyampe stasiun tawang jam setengah dua, ternyata beda dari perkiraan saya yang nyampe setengah tiga, emang cepet ya kalo malam, pernah naik motor dari tirtonadi solo jam setengah tiga, nyampai karangayu Semarang, jam empat, buset solo semarang satu setengah jam, soalnya pantengin gasnya di angka seratus terus ya wajar y.

Keretanya yang saya naiki ini adalah sebenarnya kereta Jurusan Surabaya Jakarta yang transit di Semarang, jadwal di tiket KA emang bener2 tepat waktu ya, Jadwal jam 03.50 kereta datangnya jam 03 48, buset, pas banget.
Akhirnya nyampe di Jakarta jam 10 pagi, molor dari jadwal jam 09.30 karena berhenti lama di cikampek, entah nungguin apa.

Naik Ojek Online

Nyampe jatinegara, sebelumnya ane pencet2 dulu aplikasi ojek online biar pas saat nyampe di stasiun langsung dijemput, ternyata tarifnya flat, 15000, klo dipikir2 rugi sih, wong jaraknya cuman 3 kilo bayarnya segitu, tapi gapapa sebagai pengalaman, pesen di g***k emang susah, tapi ane pernah pesen pake g**b bike ternyata lebih lama loading mapnya, kalo g***k loading mapnya lebih cpet, bukan bermaksud promosi ya, tapi pengalamannya gitu sih. Klik pesen, akhirnya ditelpon ada dimana saya.
Read More...

Velg racing casting wheel


Akhirnya setelah direncanakan selama beberapa bulan yang lalu untuk membeli velg racing buat motor supra x 125 dd saya terlaksana juga, beli di Semarang tidak ada yang jual, harus pesen dulu, akhirnya di jakarta ketemulah sama penjualnya, letaknya di Jalan Oto IskandarDinata, Jakarta timur kiri jalan arah Cawang, sebelum STIS.


Ternyata yang jual aksesori motor berkumpul disitu semua, persaingan yang cukup ketat, atau bisa jadi harganya dibuat kesepakatan, saya kurang tau juga.

Saya beli velg supra x 125 merk sp***t satu paket buat ban depan belakang seharga 540 ribu, sama ban tubeless belakang 170 ribu, saya ga tau ini merk asli apa engga, bagus apa engga, kalau baca2 artikel internet sih bagus, karena yang dicritain ga bagus juga ada, ada yang pengalaman pake motor laki dipasangin velg vr***i malah jebol, parahnya patahnya pas nikung di kecepatan 80 kmh. Dari pengalaman dia, saya sempat ragu akan ganti ke cw.

Tapi menurut gw ya dicoba dulu sesuai pemakaian seperti biasa. Pas saya coba ketuk-ketuk antara velg supra x ori dengan velg variasi saya ga merasakan bedanya, atau mungkin tingkat sensitifitas ya, kurang tau.
Read More...