Halo, selamat malam semuanya, kali ini kita akan membahas lagi review perjalanan naik angkutan umum bus. Kali ini saya naik Bus Sinar Jaya jurusan Jakarta Wonogiri. Kira-kira seperti apa perjalanannya? silakan simak terus tulisan di bawah ini.
Pemesanan tiket
Berbeda dengan Po Bus lainnya, pemesanan tiket Sinar Jaya sudah full online yaitu memakai Traveloka, Redbus atau yang lainnya, agen hanya melayani pemesanan tiket go show/dadakan saja. Pembelian tiketnya pun juga tidak mengharuskan menginstal aplikasinya, yang terpenting menyiapkan email aktif, data diri seperti nama, dan ID Identitas, kuota internet, dan tentu saja uang. .
Harga tiket
harga tiket Rp.210.000,-. sesuai yang tertera di aplikasi dan tidak ada biaya tambahan lain. Pembayaran terpantau sudah bisa melalui qris, transfer, atau virtual account.
Hari H Keberangkatan
Perjalanan menuju Terminal Pulo Gebang.
Jika Naik Trans Jakarta
dari Kemayoran menuju Pulo Gebang diperkirakan memakan waktu 2 jam naik trans jakarta, namun kemungkinan besar tidak akan mendapat tempat duduk, karena biasanya sudah penuh, bersamaan dengan jam pulang kantor.
Naik gojek sambung KRL
pilihan ini bisa menjadi pilihan paling cepat, asalkan menyesuaikan dengan jadwal KRL, namun bedanya lebih mahal di gojek, karena sekali perjalanan gojek menghabiskan ongkos minimal Rp.15.000,-/trip, walaupun jaraknya hanya 1 km.
Namun saya tetap memilih ini, karena di aplikasi saat itu ada acara bakar-bakar uang alias lagi diskon multitrip gojek+KRL, gojek yang tadinya Rp.15.000,-/trip didiskon menjadi Rp.5.000,-/trip saja, dan Kebetulan jam keberangkatan KRL saya cek di website1 sudah pas, jadinya saya perkirakan sampai stasiun Kemayoran tinggal menunggu KRL 5 menitan saja.
Menunggu di Stasiun Kemayoran,
Ternyata sampai di Stasiun, tidak ada antrian di loket, barcode dari aplikasi gojek, discan di gerbang masuk, langsung menuju ruang tunggu, sore itu ternyata ramai juga yang sudah menunggu. Kondisi ruang tunggu KRL berada di luar, dan tanpa AC, sehingga cukup membakar kalori melalui keringat.
Dari sini didpat informasi KRL tujuan Bekasi bisa dua arah sekaligus, ada yang ke arah utara memutar melewati Angke lalu Manggarai, yang kedua ada yang langsung ke arah selatan melalui Pasar Senen, Pondok Jati dst.
Kereta datang juga
Akhirnya KRL datang sesuai jadwal, namun begitu masuk, ternyata tempat duduk di dalam sudah habis, jadi harus berdiri selama perjalanan. Pintu KRL hanya dibuka beberapa detik saja, beberapa penumpang ada yang sampai berlarian, namun ketinggalan karena pintu KRL keburu ditutup.
Di dalam KRL, jam 16:00 WIB, ternyata belum terlalu sesak, jadinya masih bisa bebas bergeser, beda jika waktu lebih sore, penumpang akan berjubel, sampai kesulitan bergerak, saya pernah naik sekali, dan perjuangannya luar biasa juga, karena harus berdesakan seperti itu.
Perjalanan KRL kali ini, memakan waktu kurang lebih 20 menitan saja sampai di Stasiun Cakung, jauh lebih cepat daripada busway yang bisa sejaman.
Sampai Stasiun Cakung
Keluar peron stasiun harus naik turun tangga dulu, di luar sudah menunggu ojek offline maupun ojek online, lokasi keduanya hanya sekitar 20 an meter, selain itu berjejer angkot warna merah entah jurusan mana. Jika dicek di google map pun, tidak ada angkutan yang mengarah langsung ke Pulo Gebang, google map malah menyarankan jalan kaki saja sejauh kurang lebih 600 an meter ke gerbang Terminal Pulo Gebang, terkadang kita tidak perlu mengikuti saran google map, karena saya pernah mengikuti saran google map, saya kira jalan 1 kilometer itu dekat, ternyata terasa jauh juga ya.
Saya melanjutkan naik gojek dengan memanfaatkan diskon multitrip tadi, dengan tinggal menunjukkan kode angka di aplikasi kepada driver gojeknya.
Sampai di Terminal Pulo Gebang
Akhirnya sampai juga di Terminal Pulo Gebang. Jadi total waktu perjalanan saya tadi hanya menghabiskan kurang lebih 40 an menit saja, jauh lebih cepat dibandingkan naik TransJakarta yang bisa memakan waktu 2 jam, dan belum tentu bisa mendapat kursi. Ya seperti kata pepatah, ada harga ada rupa.
Tidak dikerumuni calo lagi
Ternyata ada perbedaan saat memasuki area agen lantai 2, saya sudah tidak dikerumuni dan dikejar pertanyaan calo-calo lagi, ya mungkin menjelang hari raya, calo lebih ditertibkan, atau mungkin karena memang waktunya masih siang, calonya belum seganas di malam hari, biasanya saya sampai sini setelah Mahrib, dan sudah pasti langsung ditanya pergi kemana, naik apa oleh calo, namun sore ini terasa berbeda, tidak ada satupun calo yang mendekat.
Jumlah calo lebih banyak daripada jumlah penumpang.
Kalah dengan kendaraan pribadi
Saat ini dunia transportasi bisa dibilang kalah dengan kendaraan pribadi, karena memang kendaraan pribadi dicap lebih padat karya, mulai dari pabriknya, perakitan, penjualan, bengkel, dan lain sebagainya, kondisi ini bukan isapan jempol saja, buktinya di Terminal Pulo Gebang ini, secara kasat mata, jumlah calo dan agen bus malah lebih banyak daripada jumlah penumpangnya, bila anda memandang lantai dua, banyak sekali orang lalu lalang di sana, namun bukan lalu lalang pengunjung, namun lalu lalang para calo dan agen.
Kalah dengan teknologi
Selain itu juga karena perkembangan teknologi digital, calo dan agen menjadi pekerjaan yang tersingkirkan, hanya PO PO yang berinovasi yang sanggup bertahan, mereka yang hanya bekerja biasa dan standard saja, tanpa belajar hal yang baru, lama-lama bakal tersingkirkan. OK Back to the laptop.
Sampai di agen, langsung mengambil tiket, dengan menyerahkan identitas KTP, selanjutnya mendapatkan selembar kertas dan satu botol akua.
Memang sekarang harus dicocokkan dengan KTP, karena viral kasus pencurian laptop di dalam bus, pelaku sudah terekam CCTV pun ternyata sulit diidentifikasi siapa, akhirnya ada kebijakan nama tiket harus sesuai KTP agar mudah menangkap pencuri tersebut.
Sholat di Masjid
Selesai ambil tiket, pergi ke Masjid Sholat Ashar, disini tas wajib dititipkan. Kondisi masjid di Terminal ini bersih.
Beli oleh-oleh
Disini ternyata ada penjual oleh-oleh kue brownies cokelat di lantai satu, saya pun tertarik mencobanya dengan membeli sekotak sebagai tester, saat itu harganya Rp.36.000,- sudah termasuk PPN, (harga yang dipajang Rp.25.000,- ternyata masih belum diperbaharui). Belakangan setelah saya coba rasakan, rasanya pas sesuai namanya, "kue brownies", tidak kering, manisnya juga tidak berlebihan, pantas dibawa sebagai oleh-oleh. Memang terus terang sulit mencari oleh-oleh jika dari Jakarta, Mungkin pembaca punya referensi oleh-oleh apa?
Menunggu di atas
selanjutnya saya menuju ruang tunggu di atas sekedar melihat-lihat bus-bus,
Tampak bus bus malang seperti M Trans 27 Trans bersiap berangkat, selain itu ada juga Rosalia Indah lupa jurusan mana yang sudah siap. M Trans saya cek jadwal keberangkatan di website sudah sesuai jamnya pukul 18:30 WIB, aneh sekali bus tersebut tidak ikut telat.
Pesan penyet
Waktu berbuka sekitar pukul 18:10 WIB, menjelang berbuka puasa, saya menuju lantai dasar lagi, mencari makanan. Akhirnya ketemu dengan warung penyet di lantai 1. Akhirnya saat berbuka sudah tiba, saya berbuka dengan nasi penyet tersebut, namun ternyata entah kenapa rasa tahu dan ayamnya kecut, alhasil hanya nasi yang berhasil saya habiskan. Harga sepiring nasi, ayem penyet, plus tahu tempe saat itu dihargai Rp.20.000,-
Sholat di Lantai 2
selesai berbuka, langsung menuju lagi ke atas, harus melewati lagi cek in tadi, namun saya melewati jalur petugas, karcis cek in ternyata hanya bisa dipakai sekali saja. Mampir Mushola di lantai 2, selanjutnya kembali ke lantai 3 keberangkatan.
Informasi telat
sampai di atas, sekitar pukul 18:20 WIB, ternyata ada pengumuman dari petugas Dishub, bahwa bus A, B, C termasuk bus saya telat, namun tidak disebutkan alasannya. Hanya diminta bersabar. Pengumuman yang cukup menjustifikasi seolah-olah penumpang itu tidak memiliki kesabaran ya he he. Tidak disebutkan alasan dan estimasi berapa lama telatnya, seharusnya minimal disebutkan posisi busnya di mana, agar penumpang juga bisa mengestimasi kapan datangnya.
Berdasarkan analisis pantauan google map, cuaca dan berita viral di tik tok, kemungkinan telat karena beberapa ruas jalan terhalang banjir, dapat dilihat di gambar di bawah, macetnya bersumber di daerah jalur arteri pantura Pulo Gadung, antriannya memanjang ke selatan sampai Cikunir, jadi bus-bus yang dari arah Kampung Rambutan sudah pasti telat. Awal tahun ini memang hujan deras kembali mengguyur setelah beberapa tahun kemarau. Sayangnya karena tahun politik, semuanya dikait-kaitkan dengan unsur politis, gubernur ini tidak mendukung itu, padahal hanya berdasar pada informasi yang dipotong-potong saja.
Begini suasana penumpang yang sedang menunggu, ada yang menunggu di luar sambil merokok, ada juga yang menunggu di dalam yang nyaman, karena ada fasilitas AC, di dalam juga ada fasilitas ibu menyusui, dan playing ground.
20:50 WIB
Bus akhirnya datang juga, telat 2,5 jam dari jadwal seharusnya, busnya tetap sama sesuai tiketnya, 30RE, tidak ada pergantian unit bus.
Reviu Bus
Walau harga tiketnya murah Rp.210.000, namun sasis yang datang adalah sasis premium, Hino RN 285, air suspension, dengan model Jetbus HD 3, Plat nomor B 7361 TGD
Fasilitas lainnya
kursi 32 seat,
ada selimut,
Arm Rest,
ada reclining seat dan
leg rest, dan yang menambah nyaman adalah
jok beludrunya yang hangat dan menahan melorot.
toilet,
AC,
Colokan di kompartemen atas.
Busnya juga bersih dari stiker-stiker
mendapat air mineral medium
harga bersaing
Penumpang aneh
ternyata ada juga penumpang aneh di bus ini, anehnya karena menempati kursi sesukanya tak sesuai tiket, akhirnya karena penumpang asli datang, penumpang aneh tersebut pindah ke kursi asli, namun lagi-lagi beliau tidak mau duduk sesuai tiket, tidak mau duduk di kursi sisi jendela, dengan alasan karena biasa duduk di sisi gang. penumpang ibu-ibu disampingnya akhirnya mengalah.
21:00 WIB
Bus pun diberangkatkan dari Terminal Pulo Gebang, dengan okupansi penumpang saat itu 23 penumpang dari 32 kursi atau sekitar 66%
00:00 WIB
Perjalanan termasuk lancar jaya, 3 jam akhirnya tiba di Rumah Makan Taman Selera Cikamurang
01:00 WIB
Diberangkatkan lagi, namun sopir masih menyalakan musik, walaupun lirih, tetap saja mengganggu istirahat.
Hal yang menambah kenyamanan bus ini, yaitu kru yang tidak merokok, cocok bagi yang tidak suka dengan asap rokok.
Ganti sopir di Pekalongan
Sampai di Pekalongan entah jam berapa, disini terjadi pergantian sopir.
06:00 WIB
Sampai di Bawen, disini karena sopir belum hapal jalan, exit tol Bawen, bus malah berbelok ke kiri, akhirnya harus puter balik lagi ke Terminal Bawen.
06:30 WIB
Bus sampai di Terminal Tingkir Salatiga, kemudian balik lagi menuju tol, catatan khusus PO ini, jika kalian adalah penumpang Boyolali, dan Ampel, akan tetap diturunkan di exit tol. Tidak diturunkan sesuai tiket. Mengingat tujuan bus ini adalah Wonogiri, jadinya mengejar waktu. Saya yang tadinya pesan Terminal Boyolai akhirnya turun di Terminal Tingkir, sambung dengan bus Solo Semarang saja.
Sambung dengan bus Royal Safari
Sampai di Terminal Tingkir, bergegas menuju arah jalan raya, ternyata di depan sudah terparkir bus Royal Safari yang ngetem. Langsung saja saya naik ke atas, dan ternyata...
belum ada satu pun penumpang kecuali saya. Tidak seperti masa kejayaan dulu penuh dengan penumpang, karena kalah dengan kendaraan pribadi dan teknologi seperti yang saya jelaskan di atas.
Saat naik ini juga, ternyata melintas Bus Sugeng Rahayu, dalam hati, seharusnya naik itu saja, namun terlanjur berada di atas Royal Safari.
Ngetem setengah jam
bus ngetem selama kurang lebih setengah jaman.
07:00 WIB berangkat
Akhirnya bus diberangkatkan, goncangan jalan terasa sekali di bus ini, mengingat tadinya naik yang suspensi udara, begitu naik yang suspensi daun, terasa sekali bedanya.
Sopir terlihat sudah berumur sekitar 60 an tahun, sudah beruban, menjalankan bus dengan santai, entah sudah berapa tahun beliau menjadi sopir ya, sepanjang Salatiga sampai Ampel yang berjarak 10 kilometer, hanya mendapat 2 penumpang saja. Meskipun begitu, jalur Solo Semarang, bus tetap melayani 24 jam.
Reviu Sinar Jaya Jakarta Wonogiri Eksekutif
Kelebihan
++Air Suspension
+Jok beludru
+Jalan santai, tidak ngebut
+Rasa makanan di RM Taman Selera Cikamurang enak
+Sopir tidak merokok
Kekurangan
-Belum ada footrest adjustable3
-Sopir menyetel musik saat jam istirahat
-Waktu makan malam terlalu lama, sampai 1 jam
-Air toilet terbatas
-Titik turun di Redbus terkadang tidak akurat, misalnya turun di Terminal Boyolali, padahal aslinya turun di Exit Tol Boyolali
-Belum menerapkan GPS
Akhir kata terima kasih kepada segenap kru yang bertugas.
1https://commuterline.id/perjalanan-krl/jadwal-kereta
2https://myspacenote.blogspot.com/2023/12/mengulas-perjalanan-po-baru-po-sembodo.html
3https://myspacenote.blogspot.com/2024/01/perjalanan-blue-line-bl09-salatiga.html