Menyampaikan apa yang perlu disampaikan, dan kali ini saya akan mengulang semacam keluh kesah, ataus semacam tulisan berisi garis-garis besar, poin tertentu saja yang diambil,
lupakan intro gak jelas di atas, kali ini saya cuman bercerita sedikit, mengapa saya bisa sampai semalam ini tidak tidur, waktu sudah pukul setengah dua pagi, mata sulit terpejam, merasa apa yang telah dilihat terlalu sia-sia untuk dilupakan, padahal sebenarnya bisa jadi tidur lebih baik. Tapi kan itu sudah berulang dimana saat saya bangun, saya kembali melakukan kesalahan itu lagi.
Kali ini saya tidak ingin melalui langkah itu lagi, kembali tidur, kemudian bangun, kemudain melakukan kesalahan lagi, kali ini saya ingin melalui cara yang lain, hingga pada saatnya secara alami saya pasti mengalaminya sendiri.
Kembali pada kecenderungan manusia untuk menghindari langkah mengecewakan dengan mengambil langkah yang berbeda dengan langkah awal. gampangnya saja, saat pergi ke sawah, pertama kali lewat jalan setapak di samping kiri sungai, pada saat itu kaki kita tersandung akar tanaman, kita jatuh, pada saat lewat kedua kalinya pasti kita menandai kan? pasti telah berpikir untuk tidak membuat kaki kita tersandung lagi, dengan mengambil langkah yang tidak sama dengan yang pertama.
Berlebihan jika sebuah langkah yang diawali dengan tidur, kemudian dia tidak mau tidur demi menghindari salah langkah setelah bangun tidur lagi. Dalam hal ini bolehkan saya menyerah dan pasrah semua kesalahan saya serahkan pada Tuhan? boleh saja, namun tentunya itu juga langkah yang traumatis, pernah dilakukan dan kembali melakukan kesalahan lagi.
Atau mungkin ini hanyalah masalah persepsi saja, bukan, toh kenyataannya memang lebih buruk yang kita duga, seperti peribahasa terjebak dalam kalimat gajah di pelupuk mata tak terlihat tapi semut di seberang lautan tak tampak. Sukar menjelaskannya, karena semuanya telah merasuki di setiap sisi, sekitar, hingga orang jadi bingung, mana sih yang benar, mana yang salah.
Sampai sekarang ini, 02 Agustus 2011 pukul setengah dua pagi, Puasa hari kedua, menunggu waktu sahur pukul setengah lima pagi nanti, saya masih disibukkan dengan langkah lain apa yang bisa saya tempuh. dan saya masih melek, mencoba mengetik hal yang wajar, meskipun diluar sana bisa jadi tidak, bisa jadi malah tidak tahu. Maukah memaafkan saya?
wajar mas.. hehehe
ReplyDeleteada yang bilang bahwa "kesempatanmu adalah saat ini, bukan kemaren ataupun esok hari", yang telah lalu tidaklah akan terulang dan yang akan datang tidaklah kita ketahui. Jadi buat apa mikirin yang kemaren-kemaren sampe berlarut-larut.. dan kenapa menjadi pusing akan esok hari.. bukankah yang sebenarnya, "saat inilah hariku, kesempatanku dan waktuku".
do the best! right now.. what are u waiting for..?
ReplyDelete