Segera saja dua lembar uang dua ribuan itu saya bayarkan ke petugas, tapi kemudian petugasnya menolak “tiga menit aja dulu”, brarti saya mesti bayar 1000 dulu deh, biar bisa gantian, okelah. Teropong pun saya pegang, lalu saya mulai mengamati pemandangan dari teropong tersebut, ada rumah orang, jalan, pohon, kebun, gang, semuanya jelas sekali tapi kalau saya lihat dengan mata telanjang sedikit susah untuk menentukan sebelah mana tempat yang saya teropong tadi, ditambah mata saya sebenarnya sudah minus sih, jadi inget kalo liat teropong dari menara MAJT ini seperti melihat mikroskop, dimana apa yang kita lihat dengan mata telanjang yang seperti tidak ada makhluk hidup (lebai :D) tapi setelah dilihat pake mikroskop ternyata ada kehidupan yang kompleks disana hehe, liat mobil, bus di jalan pun seperti liat mainan RC.
di lantai 2 sama 3 menara ada museum, isinya ya foto-foto mulai dari yang mulanya sawah doank sampai terbentuk Masjid Agung yang megah ini
Pemancangan tiang pancang MAJT dilakukan oleh Menteri Agama RI Said Agil Husin Al Munawar, Ketua MUI Pusat KHA Sahal Machfudh dan Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto pada tanggal 06 September 2002, upaca ini dihadiri juga oleh tamu-tamu dari negara Islam,
Pada tengah jalan masuk utama terdapat taman dengan hiasan air mancur yang dapat dimaknai sebagai sengkalan memet (lambang tanda tahun dalam horoskop Jawa Sucining Guna Gapuraning Gusti=1934 Jawa atau 2001 Masehi).
Disamping selatan taman berdiri Menara Al-Husna(Al Husna Tower) setinggi 99 meter yang didalamnya terdapat studio Radio Dais(Da'wah Islam), Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, teropong pandang, perangkat teknologi modern rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan qomariyah dan restoran berputar.
Ruang sholat utama dapat menampung 4000 orang jamaah, di atasnya terdapat balkon tempat sholat bagi wanita yang berkapasitas 1000 orang. Perluasan sayap kanan / kiri bangunan utama mampu menampung masing-masing 1000 jamaah.
Bangunan utama masjid berdenah bujur sangkar, terletak pada permukaan tanah yang ditinggikan, ini adalah ciri utama masjid menurut tradisi masjid-masjid di Nusantara. Di depan masjid terdapat plaza (maidan, tempat terbuka) untuk menampung jamaah pada sholat Ied atau kegiatan lainnya, dinaungi dengan enam buah payung elektrik raksasa yang dapat dilipat atau dikembangkan sesuai kebutuhan.
Di kedua sisi bangunan utama terdapat dua bangunan sayap, sebelah selatan untuk sarana kemasyarakatan (hall serbaguna), di sebelah utara untuk sarana pendidikan, Di depan plaza terdapat qanatier (lengkungan) yang berfungsi sebagai gerbang pembatas (kelir) bagi para pengunjung, memuat tulisa (khat) kalimah syahadat, Asmaul Husna, Surat Al Ikhlas, Al Fatihah, Al Mukminun dan Al Andbiya, sementara tiang lengkungan (qanatier) berjumlah 25 buah mengingatkan 25 nama rasul.
Bila ke Semarang
ReplyDeleteinsya Allah ini satu tempat
yang sudah kurancang untuk dikunjungi...
keren emang pemandangan dari menara MAJT, cuman anginnya kenceng banget bikin bibir kering hehehe...
ReplyDelete