Perjalanan ini akan saya bagi beberapa etape, Etape I dari Bali-Boyolali, Etape II Boyolali-Jakarta, Etape III Jakarta Boyolali, Etape IV Boyolali-Kediri, Etape V Kediri-Bali
Etape I Bali-Boyolali
06.40 WITA
Berangkat dari Kuta, menggunakan armada avanza tahun 2013 yang ternyata tidak ada indikator radiatornya, entah kenapa ya tidak dikasih, tapi setelah browsing-browsing indikatornya memang bukan menggunakan jarum seperti avanza terdahulu, tapi menggunakan tanda kecil berupa gambar icon termometer yang pada saat itu tidak terlihat jika tidak menyala.
Sampai di Denpasar mampir pom bensin isi angin ban keempat2nya butuh diisih sehingga biayanya 16.000
Perjalanan dari Denpasar menuju utara diawali dengan arus pekerja yang menuju kota Denpasar, yang ternyata pagi itu cukup padat, namun untuk araah keluar kota cukup lengang, ternyata banyak juga pekerja yang berangkat pagi itu menggunakan motor yang didominasi motor matic, entah sekarang mengapa jarang ditemui motor bebek.
Lepas Denpasar, arah menuju Gilimanuk terbilang lebih sepi daripada arah sebaliknya yang sering ketemu dengan antrian truk-truk ekspedisi yang berjalan santai diikuti beberapa mobil pribadi. Memang jalan yang sempit membuat kita tidak dapat langsung mendahului truk-truk yang berjalan santai, tapi harus bersabar menunggu arah sebaliknya kosong. Sempet dibloong Lorena di jalur lurus dan menurun, namun balik saya salip karena ternyata terlalu pelan jalannya.
Untuk kondisi jalan pun cukup halus, hanya ada beberapa lubang yang bisa dihindari mengingat cahaya masih terang, berbeda jika jalan malam, pastilah lubang2 tersebut cukup membuat kesulitan pengendara untuk menghindarinya. Sempat berpapasan dengan Bus Mansion bus jurusan Purwokerto Denpasar, serta Gunung Harta yang tidak sempat teridentifikasi jurusan mana, untuk arah gilimanuk sendiri sempat bertemu Lorena, dan Kramat Djati saat di dalam kapal penyeberangan.
10.00 WITA
Cuaca pagi cerah, dengan melaju santai tanpa harus mosak-masik sampailah saya di Pelabuhan Gilimanuk jam 10 tepat, saya pun menuju tempat cek pertama yang ternyata adalah tempat penjualan tiket offline, padahal saya sudah membelinya semalam, dan biasanya tempat cek pertama tadi ada pemeriksaan rapid antigen yang ternyata tidak ada pemeriksaan sama sekali, jadi sia-sia kemarin periksa rapid sebesar 175K, tapi demi keamanan kita dan orang sekitar, tidak masalah.
Lanjut melaju menuju Kapal dengan menunjukkan bukti pembelian di loket, lalu kita diberikan dua karcis masuk kapal, satu untuk discan saat masuk.
Kapal tidak terisi penuh karena masa pandemi, padahal jika tidak pandemi, kendaraan sampai antri di pintu masuk, para penumpang saat di dalam kapal wajib keluar dari mobil dan beristirahat di dek atas kapal. Tentunya hal ini karena alasan keamanan, saat ada situasi tidak diinginkan seperti goncangan feri yang keras, dapat menggeser kendaraan satu sama lain sampai menjebat pintu. Pada kesempatan ini saya gunakan untuk istirahat sambil makan siang yang tadi saya bawa. sebenernya bisa juga membeli makan pada pedagang asongan agar sekalian mengisi waktu makan siang.
11.00 WIB
sampai di dermaga Ketapang, Mobil langsung berangkat kembali melewati jalur yang berkelok-kelok yang sangat nyaman, karena jarang sekali ketemu truk maupun antrian kendaraan. Perjalanan kemudian dilanjutkan melalui jalur pantura, melewati alas baluran terlihat kera yang berada di samping kiri-kanan, untuk jalur yang berbahaya menurut saya adalah saat keluar alas baluran dimana jalurnya menurun dan lurus, yang ternyata di ujung jalur berupa belokan tajam, jika kalian terlena tidak mengurangi kecepatan akan sangat bahaya. Selain jalur itu, jalur yang berbahaya adalah jalur irung petruk yang saya lupa dimana.
13.00 WIB
Isi bensin di pom bensin Situbondo sebesar 255.000 rupiah pertalite sampai full, setelah itu langsung berangkat
13.10 Melewati pembangkit listrik paiton yang ternyata dicat biru yang kalau malam hanya terlihat kelap-kelip lampunya.
15.30 WIB
masuk pintu tol Probolinggo Barat
di Tol mobil dipacu maksimal 100kmh menggunakan gigi 5 yang ternyata menggunakan rpm 3500, posisi kakipun harus tetap mempertahankan gas selama kurang lebih beberapa jam, saya gunakan trik dengan memakasi sepatu dan menyender di kanan agar tidak cape.
17.30 WIB
Istirahat di Rest area magetan selama setengah jam untuk Sholat jamak Zuhur dan Ashar, setelah itu melanjutkan perjalanan ke barat, di rest area ini, ketemu Bus Haryanto arah barat yang kalau lewat suara knalpotnya lebih mirip suara pesawat. Selain itu di Tol ini ketemu juga bus Pahala Kencana.
19.45 WIB
Keluar Pintu Tol Kartasura, lalu menuju arah barat
19.00
Masuk Kota Boyolali, disini mau mampir soto seger Fatimah, yang ternyata malah sudah habis dan sebentar lagi akan tutup, akhirnya melipir ke sebelahnya di Rumah Makan Joyo Roso yang masih buka, disitu ada menu gule kambing dan bakso. Ternyata sebenarnya Rumah Makan ini juga akan tutup karena adanya aturan harus tutup malam hari saat pandemi.
Berangkat dari Kuta, menggunakan armada avanza tahun 2013 yang ternyata tidak ada indikator radiatornya, entah kenapa ya tidak dikasih, tapi setelah browsing-browsing indikatornya memang bukan menggunakan jarum seperti avanza terdahulu, tapi menggunakan tanda kecil berupa gambar icon termometer yang pada saat itu tidak terlihat jika tidak menyala.
Sampai di Denpasar mampir pom bensin isi angin ban keempat2nya butuh diisih sehingga biayanya 16.000
Perjalanan dari Denpasar menuju utara diawali dengan arus pekerja yang menuju kota Denpasar, yang ternyata pagi itu cukup padat, namun untuk araah keluar kota cukup lengang, ternyata banyak juga pekerja yang berangkat pagi itu menggunakan motor yang didominasi motor matic, entah sekarang mengapa jarang ditemui motor bebek.
Lepas Denpasar, arah menuju Gilimanuk terbilang lebih sepi daripada arah sebaliknya yang sering ketemu dengan antrian truk-truk ekspedisi yang berjalan santai diikuti beberapa mobil pribadi. Memang jalan yang sempit membuat kita tidak dapat langsung mendahului truk-truk yang berjalan santai, tapi harus bersabar menunggu arah sebaliknya kosong. Sempet dibloong Lorena di jalur lurus dan menurun, namun balik saya salip karena ternyata terlalu pelan jalannya.
Untuk kondisi jalan pun cukup halus, hanya ada beberapa lubang yang bisa dihindari mengingat cahaya masih terang, berbeda jika jalan malam, pastilah lubang2 tersebut cukup membuat kesulitan pengendara untuk menghindarinya. Sempat berpapasan dengan Bus Mansion bus jurusan Purwokerto Denpasar, serta Gunung Harta yang tidak sempat teridentifikasi jurusan mana, untuk arah gilimanuk sendiri sempat bertemu Lorena, dan Kramat Djati saat di dalam kapal penyeberangan.
10.00 WITA
Cuaca pagi cerah, dengan melaju santai tanpa harus mosak-masik sampailah saya di Pelabuhan Gilimanuk jam 10 tepat, saya pun menuju tempat cek pertama yang ternyata adalah tempat penjualan tiket offline, padahal saya sudah membelinya semalam, dan biasanya tempat cek pertama tadi ada pemeriksaan rapid antigen yang ternyata tidak ada pemeriksaan sama sekali, jadi sia-sia kemarin periksa rapid sebesar 175K, tapi demi keamanan kita dan orang sekitar, tidak masalah.
Lanjut melaju menuju Kapal dengan menunjukkan bukti pembelian di loket, lalu kita diberikan dua karcis masuk kapal, satu untuk discan saat masuk.
Kapal tidak terisi penuh karena masa pandemi, padahal jika tidak pandemi, kendaraan sampai antri di pintu masuk, para penumpang saat di dalam kapal wajib keluar dari mobil dan beristirahat di dek atas kapal. Tentunya hal ini karena alasan keamanan, saat ada situasi tidak diinginkan seperti goncangan feri yang keras, dapat menggeser kendaraan satu sama lain sampai menjebat pintu. Pada kesempatan ini saya gunakan untuk istirahat sambil makan siang yang tadi saya bawa. sebenernya bisa juga membeli makan pada pedagang asongan agar sekalian mengisi waktu makan siang.
11.00 WIB
sampai di dermaga Ketapang, Mobil langsung berangkat kembali melewati jalur yang berkelok-kelok yang sangat nyaman, karena jarang sekali ketemu truk maupun antrian kendaraan. Perjalanan kemudian dilanjutkan melalui jalur pantura, melewati alas baluran terlihat kera yang berada di samping kiri-kanan, untuk jalur yang berbahaya menurut saya adalah saat keluar alas baluran dimana jalurnya menurun dan lurus, yang ternyata di ujung jalur berupa belokan tajam, jika kalian terlena tidak mengurangi kecepatan akan sangat bahaya. Selain jalur itu, jalur yang berbahaya adalah jalur irung petruk yang saya lupa dimana.
13.00 WIB
Isi bensin di pom bensin Situbondo sebesar 255.000 rupiah pertalite sampai full, setelah itu langsung berangkat
13.10 Melewati pembangkit listrik paiton yang ternyata dicat biru yang kalau malam hanya terlihat kelap-kelip lampunya.
15.30 WIB
masuk pintu tol Probolinggo Barat
di Tol mobil dipacu maksimal 100kmh menggunakan gigi 5 yang ternyata menggunakan rpm 3500, posisi kakipun harus tetap mempertahankan gas selama kurang lebih beberapa jam, saya gunakan trik dengan memakasi sepatu dan menyender di kanan agar tidak cape.
17.30 WIB
Istirahat di Rest area magetan selama setengah jam untuk Sholat jamak Zuhur dan Ashar, setelah itu melanjutkan perjalanan ke barat, di rest area ini, ketemu Bus Haryanto arah barat yang kalau lewat suara knalpotnya lebih mirip suara pesawat. Selain itu di Tol ini ketemu juga bus Pahala Kencana.
19.45 WIB
Keluar Pintu Tol Kartasura, lalu menuju arah barat
19.00
Masuk Kota Boyolali, disini mau mampir soto seger Fatimah, yang ternyata malah sudah habis dan sebentar lagi akan tutup, akhirnya melipir ke sebelahnya di Rumah Makan Joyo Roso yang masih buka, disitu ada menu gule kambing dan bakso. Ternyata sebenarnya Rumah Makan ini juga akan tutup karena adanya aturan harus tutup malam hari saat pandemi.
0 comments :
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]