Sebuah pandangan lain dari Rio Haryanto, tentu menarik disaat bagi sebagian besar orang tentu pengen lagu Indonesia Raya berkumandang di podium. Tak masalah ada keinginan seperti itu, di tengah kesulitan yang menghadang, mengingat bagi Rio ini yang pertama dan bisa dikatakan masih level rookie dibandingkan yang lain. dan juga karena memang sudah terlanjur, ane dukung aja untuk menjadi yang terbaik. Berikut ini artikel yang saya copast dari status Foto fb Made Supriatma.
Made Supriatma Follow
17 hrs · Cedar Grove, NJ, United States ·
Pembalap Indonesia Juara F1: Sulit untuk saya membayangkan bahwa ada dana sebesar US $12.4 juta atau Rp 221 milyar diberikan kepada seorang sopir F1. Dua ratus dua puluh satu milyar, Sodara-sodara! Hanya untuk mengupah seorang anak yang kebetulan berwarganegara Indonesia nyupirin F1.
Saya nggak akan mempersoalkan kalau duit yang dipakai adalah duit swasta atau duit pribadi. Tapi duit yang disetor ke klub F1 itu berasal dari Pertamina (perusahan negara) dan KONI (yang dananya dari APBN). Jadi ini dana publik.
Setahu saya, orang Indonesia itu selalu merasa dirampok dan dikadalin oleh bangsa-bangsa Barat. Sumberdaya alamnya dikeruk. lingkungannya dicemarkan, kekayaan lautannya dikuras. Itu keluhan sehari-hari yang kita dengar.
Nah, kalo Sodara mau cari contoh nyata pengkadalan itu, coba perhatikan baik-baik 'deal' antara Manor Racing dan Rio Heryanto ini. Pertama, prestasinya Rio. Dia nomor empat di F2. Kedua, Manor Racing tahun lalu hanya duduk di ranking nomor 10. Ketiga, untuk bisa masuk ke F1 dia butuh klub. Manor Racing mensyaratkan dia membawa sponsor sebesar US$ 16.35. Tapi rupanya US$12.4 juta saja sudah cukup. Ya itu tadi, duit dari Pertamina dan KONI (Kemenpora sebenarnya).
Yang menarik untuk saya adalah pernyataan si pemilik Manor Racing, Stephen Fitzpatrick, di CNN. Dia mengatakan, "Penggemar Rio yang sangat besar di Indonesia itu baik untuk tim ini dan untuk F1. Orang Indonesia sangat ingin melihat dia di arena balapan dan kami yakin kita akan melihat dia menikmati beberapa pertarungan yang menggairahkan di tahun-tahun mendatang."
Jadi Manor Racing tentu sudah melihat potensi ini. Sponsor yang mudah didapat, yakni dari negara, dan pasar penonton yang melimpah ruah, yang pada gilirannya akan meningkatkan rating TV. Itu artinya, ya duit lagi. Bisa dibayangkan keuntungan Manor Racing dan F1. Perlu Anda ingat F1 itu adalah badan swasta alias perusahan juga. Dia beroperasi sepenuhnya sebagai perusahan swasta.
Tidak terlalu mengherankan jika Alexander Rossi, pembalap yang ditendang Manor, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mungkin untuk mengalahkan Rio. Rossi mengaku bahwa tidak mungkin untuk mengalahkan negara. Dia sendiri juga sudah membawa sponsor swasta untuk Manor Racing. Namun tawaran sponsornya kalah dari Rio yang didukung oleh pemerintah RI dan perusahan negara.
Jadi ini semua adalah urusan dagang. Siapa yang menawar lebih banyak dia yang dapat.
Nah, sekarang, untuk Sodara-sodara para rakyat yang dianggap tidak berguna ini, mungkin pertanyaan bego ini bisa mempertajam masalah: Lalu bangsa Indonesia dapat apa dari duaratusduapuluhsatumilyarrupiah yang dipersembahkan kepada Manor Racing ini? Dapat apa?
Mungkin Sodara akan jawab: bangga dong! Paling tidak kita bangga sebagai bangsa. Ada putera Indonesia membawa nama bangsa di tingkat internasional. Baik. Itu sah-sah saja. Memang bangsa ini kurang kebanggaannya, ya? Ada teman saya yang menunjuk, "Itu Joey Alexander mendapat pujian setinggi langit dan tampil di Grammy tanpa sepeser pun meminta dana publik."
Saya sendiri punya pikiran nyleneh. Sebenarnya bangga-bangga itu untuk apa? Kok kayaknya rendah diri banget.
Sodara pernah ke Malaysia atau Thailand? Lihat kota-kota kecil disana dan bandingkan dengan kota Anda. Mungkin Sodara tidak perhatikan betapa bersihnya kota-kota itu dibandingkan dengan kota-kota yang ada di negeri kita ini.
Saya masih ingat persis seorang teman dari Burma pergi menghadiri konferensi di Yogyakarta. Sekembali dari konferensi, dengan antusias saya tanya dia, "Bagaimana? Apa yang bagi kamu paling menarik dari Jogja?" Jawabnya membikin saya mules. "Kok kotanya kotor banget ya? Kami di Rangoon itu jauh lebih miskin. Tapi jauh lebih bersih." Saya belum pernah ke Rangoon jadi tidak bisa membuktikan. Tapi pernyataan ini meruntuhkan semua kebanggaan saya.
Karena ini urusan dagang, sekali lagi pertanyaannya: Apa yang didapat bangsa Indonesia dari 'investasi' duaratusduapuluhsatumilyarrupiah?
Untuk saya, Sodara-sodara, kegunaannya F1 itu cuman satu: Anda mentheleng depan TV sambil kukur-kukur peli dan lupa ndak punya beras! Ha, itu dia!
Credit foto: CNN.
sumber https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153608307908533&set=a.397689983532.175889.784153532&type=3
17 hrs · Cedar Grove, NJ, United States ·
Pembalap Indonesia Juara F1: Sulit untuk saya membayangkan bahwa ada dana sebesar US $12.4 juta atau Rp 221 milyar diberikan kepada seorang sopir F1. Dua ratus dua puluh satu milyar, Sodara-sodara! Hanya untuk mengupah seorang anak yang kebetulan berwarganegara Indonesia nyupirin F1.
Saya nggak akan mempersoalkan kalau duit yang dipakai adalah duit swasta atau duit pribadi. Tapi duit yang disetor ke klub F1 itu berasal dari Pertamina (perusahan negara) dan KONI (yang dananya dari APBN). Jadi ini dana publik.
Setahu saya, orang Indonesia itu selalu merasa dirampok dan dikadalin oleh bangsa-bangsa Barat. Sumberdaya alamnya dikeruk. lingkungannya dicemarkan, kekayaan lautannya dikuras. Itu keluhan sehari-hari yang kita dengar.
Nah, kalo Sodara mau cari contoh nyata pengkadalan itu, coba perhatikan baik-baik 'deal' antara Manor Racing dan Rio Heryanto ini. Pertama, prestasinya Rio. Dia nomor empat di F2. Kedua, Manor Racing tahun lalu hanya duduk di ranking nomor 10. Ketiga, untuk bisa masuk ke F1 dia butuh klub. Manor Racing mensyaratkan dia membawa sponsor sebesar US$ 16.35. Tapi rupanya US$12.4 juta saja sudah cukup. Ya itu tadi, duit dari Pertamina dan KONI (Kemenpora sebenarnya).
Yang menarik untuk saya adalah pernyataan si pemilik Manor Racing, Stephen Fitzpatrick, di CNN. Dia mengatakan, "Penggemar Rio yang sangat besar di Indonesia itu baik untuk tim ini dan untuk F1. Orang Indonesia sangat ingin melihat dia di arena balapan dan kami yakin kita akan melihat dia menikmati beberapa pertarungan yang menggairahkan di tahun-tahun mendatang."
Jadi Manor Racing tentu sudah melihat potensi ini. Sponsor yang mudah didapat, yakni dari negara, dan pasar penonton yang melimpah ruah, yang pada gilirannya akan meningkatkan rating TV. Itu artinya, ya duit lagi. Bisa dibayangkan keuntungan Manor Racing dan F1. Perlu Anda ingat F1 itu adalah badan swasta alias perusahan juga. Dia beroperasi sepenuhnya sebagai perusahan swasta.
Tidak terlalu mengherankan jika Alexander Rossi, pembalap yang ditendang Manor, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mungkin untuk mengalahkan Rio. Rossi mengaku bahwa tidak mungkin untuk mengalahkan negara. Dia sendiri juga sudah membawa sponsor swasta untuk Manor Racing. Namun tawaran sponsornya kalah dari Rio yang didukung oleh pemerintah RI dan perusahan negara.
Jadi ini semua adalah urusan dagang. Siapa yang menawar lebih banyak dia yang dapat.
Nah, sekarang, untuk Sodara-sodara para rakyat yang dianggap tidak berguna ini, mungkin pertanyaan bego ini bisa mempertajam masalah: Lalu bangsa Indonesia dapat apa dari duaratusduapuluhsatumilyarrupiah yang dipersembahkan kepada Manor Racing ini? Dapat apa?
Mungkin Sodara akan jawab: bangga dong! Paling tidak kita bangga sebagai bangsa. Ada putera Indonesia membawa nama bangsa di tingkat internasional. Baik. Itu sah-sah saja. Memang bangsa ini kurang kebanggaannya, ya? Ada teman saya yang menunjuk, "Itu Joey Alexander mendapat pujian setinggi langit dan tampil di Grammy tanpa sepeser pun meminta dana publik."
Saya sendiri punya pikiran nyleneh. Sebenarnya bangga-bangga itu untuk apa? Kok kayaknya rendah diri banget.
Sodara pernah ke Malaysia atau Thailand? Lihat kota-kota kecil disana dan bandingkan dengan kota Anda. Mungkin Sodara tidak perhatikan betapa bersihnya kota-kota itu dibandingkan dengan kota-kota yang ada di negeri kita ini.
Saya masih ingat persis seorang teman dari Burma pergi menghadiri konferensi di Yogyakarta. Sekembali dari konferensi, dengan antusias saya tanya dia, "Bagaimana? Apa yang bagi kamu paling menarik dari Jogja?" Jawabnya membikin saya mules. "Kok kotanya kotor banget ya? Kami di Rangoon itu jauh lebih miskin. Tapi jauh lebih bersih." Saya belum pernah ke Rangoon jadi tidak bisa membuktikan. Tapi pernyataan ini meruntuhkan semua kebanggaan saya.
Karena ini urusan dagang, sekali lagi pertanyaannya: Apa yang didapat bangsa Indonesia dari 'investasi' duaratusduapuluhsatumilyarrupiah?
Untuk saya, Sodara-sodara, kegunaannya F1 itu cuman satu: Anda mentheleng depan TV sambil kukur-kukur peli dan lupa ndak punya beras! Ha, itu dia!
Credit foto: CNN.
sumber https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153608307908533&set=a.397689983532.175889.784153532&type=3
0 comments :
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]