Wednesday, August 17, 2016

Butuhnya Manusia akan Ilmu

Sebagaimana halnya makanan, yang dipergunakan manusia untuk kelangsungan hidup. Karena seandainya kemimana tidak dipupuk dengan ilmu, maa ibarat tanaman menjadi layu bahkan hancur. Sehingga tidaklah terwujud keberadaan iman seorang kecuali dengan ilmu. Al Imam Ahmad menyatakan: “Manusia sangat membutuhkan ilmu dari sekedar menyantap makanan dan minuman, karena makanan dan minuman dibutuhkan oleh manusia sekali atau dua kali dalam sehari. Sedangkan ilmu ilmu dibutuhkan setiap saat.


Bahkan seluruh makhluk Allah sangat butuh kepada ilmu. Karena tidak akan tega urusan makhluk kecuali dengan ilmu. Langit-langit dan bumi bisa berdiri kokoh adalah dengan ilmu, begitu pula diturunkannya para rasul dan kitab-kitab-Nya juga dengan ilmu. Serta tidak akan diketahui perkara halal-haram kecuali dengan ilmu. Oleh karena itu, kewajiban seseorang dalam menuntuk ilmu syar’I berlangsung hingga menjelang wafat.
Diriwayatkan oleh Al Hakim, Rasulluah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah merasa puas darinya: keinginan terhadap ilmu dan tidak pernah merasa puas darinya, dan keinginan terhadap dunia, dan tidak pernah merasa puas darinya.

Oleh karena itu para imam kaum muslimin apabila dikatakan kepada mereka: “Sampai kapan engkau menuntut ilmu?” maka dia mengatakan “sampai wafat!” Nu’aim bin Hammad berkata: “Aku mendengar Abdullah Ibdul Mubarak radiyallahu’anhu berkata: sekelompok kaum mencelanya karena beliau sering menuntuk ilmu hadist. Maka mereka mengatakan: “sampai kapan engkau mendengarkan (hadits)? Beliau menjawab: “sampai mati!” Al Hasan bin Manshur Al Jashshosh berkata: “Aku mengatakan kepada Ahmad binHambal radiyallahu’anhu:”Sampai kapan engkau akan menulis hadits?” maka beliau menjawab : “Hingga wafat!” Abdullah bin Muhammad Al Baghawai berkata: “Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata: “Sesungguhnya aku menuntut ilmu sampai masuk ke liang kubur.” Muhammad bin Isma’il As Shooigh berkata: “aku tinggal bersama ayahku di Baghdad, kemudian lewat di hadapan kami Ahmad bin Hambal dalam keadaan memegang sandal. Lantas ayahku menarik bajunya, dan berata: “wahai Abu Abdillah (panggilan Ahmad bin Hambal), apakah engkau tidak malu! Sampai kapan engkau menuntut ilmu? Beliau menjawab: “sampai mati!”.

Demikianlah beberapa perkataan para ulama yang menerangkan begitu semangatnya mereka dalam menuntut ilmu. Sehingga mereka mencurahkan waktu dan tenaga untuk meraih lezatnya ilmu. Sesungguhnya bagi siapa saja yang memahami hikmah dibalik perintah menuntut ilmu tersebut niscaya dia tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya sedikitpun dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dia akan merasa rugi tatkala luput dari manisnya ilmu. Dia akan memanfaatkan masa sehatnya untuk banyak menimba ilmu sebelum tiba masa sakit. Serta dia akan mengisi waktu hidupnya dengan hal-hal yang mengundang keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum ajal tiba.

Begitulah seharusnya cerminan seseorang mukmin yang mengharapkan perjumpaan Rabbnya. Seiring dengan itu, syetan juga tak pernah menyerah untuk menjerumuskan manusia ke lembah kebodohan. Sehingga dengan kebodohan seseorang terhadap ilmu mengakibatkan lemahnya keimanan dan minimnya ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sesungguhnya orang yang bodoh tidak mengetahui hakekat iman taqwa. Dan tidak mengetahui pula jalan untuk menuju keselamatan berdasarkan ilmu dan keyakinan yang mantap. Tentu saja hal ini semakin membuka peluang bagi syetan untuk menggiring orang tersebut kepada kemaksiatan dan kesesatan.

Tatkala kebodohan telah merajalela, maka akan meningkat pula kemaksiatan, kriminalitas, cinta kepada dunia yang berlebihan dan takut apabila kematian menjemputnya, dan sebagaimana. Semua ini merupakan diantara sebab lemahnya kaum muslimin, sehingga Allah menimpakan kehinaan kepada mereka.
Rasa gentar yang menghunjam pada jiwa-jiwa musuh-musuh Islam hilang seiring dengan dicabutnya kewibawaan kaum muslimin. Sehingga musuh-musuh kaum Muslimin tidak segan-segan untuk mengintimidasi dan memberangus persatuan kaum muslimin. Sementara mayoritas manusia terlena dengan kehidupan dunia yang fana ini dan melupakan akherat yang kekal abadi.

Oleh karena itu diantara sifat-sifat penuntut ilmu yang diajarkan oleh Rasulluah Shallallahu’alai wasallam adalah ikhlas dalam menuntut ilmu. Sebab dengan keikhlasan ini akan menghantarkan seseorang kepada tingkatan hamba yang sangat butuh kepada ilmu dan membentenginya dari riya’(ingin dipuji oleh orang lain) dan sebagainya.

Rasulluah Shallallahu’alai wasallam bersabda:”Barangsiapa yang mempelajari ilmu dari apa-apa yang dia cari dengannya wajah Allah Azza wa Jalla. Tidaklah dia belajar kecuali untuk memperoleh bagian dari dunia, maka dia tidak akan mencium wangi syurga pada hari kiamat.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Dalam berhias dengan keikhlasan ini juga harus dibimbing dengan ilmu dan tidak cukup dengan modal semangat semata. Sebab berapa banyak orang yang pada awalnya ikhlas dalam melaksanakan amalan, namun tatkala berada di tengah perjalanan mengalami penurunan secara drastis. Ini semua tidak lepas daripada peran syetan dalam menggoda bani Adam.
Syetan berupaya untuk memberikan ras was-was di dalam diri manusia sehingga mempengaruhi keikhlasan. Oleh karena itu peran ilmu sangat besar terhadap kehikhlasan seseorang. Cukuplah bagi seorang muslim akan berita Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ilmu merupakan sebaik-baik ganjaran dalam berbuat kebaikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan orang yang membawa kebenaran(Muhammad) dan membenarkankannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan ganjaran yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (Az Zumar:35). Demikianlah sifat dan kedudukan ilmu yang sangat mulia sebagai ganjaran yang paling berharga bagi seorang muslim yang ingin menggapainya. Oleh karena itu kebutuhan manusia terhadap ilmu merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jikalau ingin mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat maka tempuhlah jalan ilmu syari’at. Sehingga dengan demikian Allah akan mempermudah baginya untuk menuju surga yang diidam-idamkan. Kita memohon kepada Allah agar dibukakan pintu hati kita dengan taufik dan hidayah-Nya. Sehinga kita senantiasa butuh kepada ilmu yang bermanfaat. Wallohu’alam bish showab.

Sumber : buletin Jumat “Mimbar Jum’at Dewan Mubaligh Indonesia Edisi 674/Th. 2015-2016”

Related Posts by Categories



0 comments :

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]