Monday, February 21, 2011

Pergi ke Manokwari

Pesawat baling-baling ATR 72-500 perlahan turun dengan sedikit berbelok mengarahkan monconnya ke landasan Bandar Udara Rendani, Manokwari. Bandar udara ini terletak di pinggir pantai, sebelah atas kepala burung pulau Papua. Begitu mendarat, pemandangan lebih didominasi oleh pohon-pohon di sebelah kiri pesawat dan lautan di sebelah kanan pesawat. Tampak bandar udara hanya diisi beberapa pesawat perintis. Di Bandara sepanjang 2 kilometer tersebut ternyata ada anak anak yang bermain bola, hehe di Bandara ada juga warga duduk duduk di pinggir landasan pacu. ini jalan raya apa bandara, sepertinya memang warga bisa masuk bebas ke landasan ini.
Manokwari ibukota Papua Barat yang nantinya tumbuh menjadi kota besar dilihat dari pembangunannya. karena saat saya melihat di google maps kotanya foto tahun 2005 jalan raya ada yang belum di aspal, namun setelah saya melihat sendiri ternyata sudah di aspal, meskipun sekarang mulai membutuhkan perawatan karena mulai terlihat kerusakan.

Saat malam hari saya melintas di jalan raya saya jadi inget jalur pantura yang terdiri 4 lajur. Namun melihat arus lalu lintasnya relatif lebih sepi daripada ibukota lainnya misalnya Semarang. tidak ada kemacetan disini, namun demikian lampu merah masih ada angka tunggu di atas 50 detik, huft lama, tapi nikmati saja.

Pemerintah mumpung masih belum terjadi kepadatan kendaraan memang sebaiknya menyiapkan tata kota yang bebas kemacetan dan menjaga kecantikannya. Selain itu memang menjadi tugas berat untuk memikirkannya. Semoga Manokwari menjadi kota yang maju.

Menginjakkan kaki dan menjelajahi jalan di salah satu kota di papua mendorong naluri petualangan saya. hehe, memang sukanya jalan jalan, gimana kalau nanti jalan ke kota lain sudah jadi, namun yang terpenting itu perawatannya dan teknologi jalan yang tahan lama, jangan seperti jalan pantura yang tiap tahun mengalami kerusakan dan perlu perbaikan yang merugikan karena sering membuat macet.
Read More...

Friday, February 18, 2011

Pergi ke Ternate

Ternate, kesan pertama setelah mendarat di Bandara Sultan Babullah Ternate, seperti mendarat di sebuah bandara di tengah tengah pedesaan, karena suasana sepi yang mendukung seperti itu. Bandara Sultan Babullah hanya ramai saat ada penerbangan. sebagian penerbangan menggunakan pesawat kecil seperti pesawat berjenis Dornier 782 100.

Entah karena pesawatnya yang kecil atau bandaranya yang tidak rata, pendaratan pesawat saya sempat terjadi goncangan. terasa sekali saat rem pesawat berusaha menghentikan laju mesin jet berkecepatan 620 kmh. Cuaca cukup cerah, namun pendaratan masih lebih kasar dari biasanya.

Bila anda berkunjung ke Ternate jangan lupa berkunjung ke Benteng Tolukko, Mal Jatiland, dan lihat gunung Maitara dan Tidore terkenal lewat mata uang seribu rupiah. Juga sewa mobil sehari 300 ribu belum termasuk bensin untuk memutari gunung Gamalama sejauh 40 kilometer, kalian akan disuguhi pemandangan hutan, pemandangan kampungnya serta jalan sempit yang berkelok.

Juga jangan lupa sempatkan pergi ke Danau Tolire, yang dipercaya oleh warga disana memiliki gaya gravitasi yang kuat. karena jika kita melempar batu ke arah danau seolah-olah batu tersebut tidak sampai ke titik yang kita kira tuju, la wong tingginya tebingnya lebih dari seratus meter ke bawah, kita tidak bisa melihat dimana batu itu jatuh, karena batu itu hilang ke bawah, seolah-olah terhisap ke arah kita.
Read More...