Saturday, May 26, 2012

Wayame


Malam ini, suasana lebih sepi hujan telah reda tapi masih menyisakan rintik-rintiknya, kabar buruknya listrik Poka dipadamkan demi perbaikan di gardu pln yang entah kapan selesainya. Hujan di Ambon tergolong unik, karena terjadi sampai berhari-hari, hampir tidak pernah berhenti air jatuh dari langit. Mulai pagi sampai pagi lagi rintik-rintik hujan terdengar membuat sebuah suara berisik karena menabrak atap seng rumah, yap memang atap rumah rumah disini tidak ada yang memakai genteng, jadi kalau hujan suaranya lebih bising daripada atap genteng,

Tadi pergi ke Wayame, naik kijang kotak yang sudah tua umurnya, benar-benar harus lebih hati-hati, jarak pandang yang terbatas, ditambah embun yang menempel di kaca memaksa saya melaju dengan kecepatan rendah(sekali). Walau jalan di ke Wayame tidak terlalu ramai seperti di Jawa, jalan harus tetap hati-hati karena gelapnya jalan yang termakan guyuran hujan. Sampai di Wayame, biasanya kami makan di warung yang menjajakan di pinggir jalan, warungnya pun bermacam-macam, berjejer mulai dari samping minimarket "J medi" sampai Pom Bensin. mulai dari mi rebus, mi goreng, nasi goreng, soto Wayame, sampai coto Makassar pun ada, sedangkan saya sendiri biasanya mampir ke Warung bertuliskan "Sri Solo" atau warung "Lamongan" kalau pengen makan mi saya ke Warung lamongan, kalau pengen ayam, atau tempe penyet saya ke Sri Solo. Harganya untuk seporsi mi rebus/goreng 10 ribu, tempe penyet 10 ribu, ayam 15 ribu, lebih mahal di Jawa, karena pengaruh transportasi. Wayame adalah Desa di seberangnya kota Ambon, Pulau Ambon berbentuk u, nah Kota terletak di satu ujung, wayame ini di ujung satunya, jika malam hari di Wayame ini kita bisa melihat pemandangan gemerlap lampu Kota Ambon, pemandangan ini biasanya didapatkan dengan berhenti di pinggir jalan, kemudian duduk di pinggir pantai sampai mendengarkan deburan ombak yang samar, melihat Kota Ambon yang berada di seberang lautan. Pasti yang baru lihat tentu bisa memberi kesan tersendiri, namun bagi saya yang sudah 2 tahun disini ini terasa biasa saja. Soal listrik memang di Poka sering mati lampu, dari malam sekitar jam 9 sampai pagi. Entah sampai kapan penduduk sini mengalami hal seperti ini. jadi lilin, senter amat dibutuhkan disini.

Related Posts by Categories



0 comments :

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]