Kali ini akan saya share perjalanan darat menggunaan bus Gunung Harta jurusan Bali Semarang via Solo, DK 7169, dengan mesin Mercedez Benz OH 1626 Air Suspension, Manual Transmission.
Pesan tiket
Pesan tiket via online, dengan memilih kursi depan, H-7, terlihat beberapa kursi baru terisi sekitar 10 persen saja. Setelah saya mengisi data yang dibutuhkan, serta posisi kursi yang diinginkan, saya diarahkan pada halaman konfirmasi dimana harus membayarkan sesuai nominal unik kepada rekening penerima yang tertera di website tersebut, saya sendiri lupa melakukan pembayaran jenis apa, apakah memakai virtual account atau langsung transfer, yang jelas tinggal ikutin saja tulisan yang ada di halaman webseite tersebut, bisa memakai atm, atau internet banking. Setelah langkah pembayaran berhasil, dan pastikan saldo rekening sudah terpotong ya sebagai tanda berhasil transfer, langkah terakhir adalah konfirmasi.
Buka halaman websitenya, lalu pilih pada tulisan konfirmasi di halaman tersebut, disitu kita diminta memasukkan data yang dibutuhkan seperti kode booking, dilanjutkan dengan mengisi nama dan tanggal kita mentransfer, sebenarnya ada juga isian nomor rekening, namun saya sendiri malas mengisi nomor rekening, karena inti dari konfirmasi ini adalah kita sudah bayar ya pada tanggal sekian, si penerima konfirmasi harusnya fokus pada apakah uang sudah masuk atau belum, toh bisa dilihat langsung, kemudian saya langsung klik OK,
Tahap selanjutnya saya mendapatkan WA dari admin berupa tiket gambar yang berisi jam persiapan di agen, yang biasanya punya spare waktu setengah jam dari keberangkatan riil bus, yaitu siap di agen Kediri jam 12.30 WITA. Sedangkan untuk informasi kode bus atau nopol bus yang akan kita naiki masih belum tersedia.
Hari H
Waktu sholat Zuhur di bali adalah jam 12.20 an, jadi sebelum ke Agen, saya mampir dulu ke Masjid kiri jalan dari arah dari Denpasar, kalian cari tahu saja sendiri di google Map, Masjid terdekat dari Agen. Selesai sholat, langsung ke agen di Tabanan, Kediri jam 12.40 WITA. Sampai di Agen lalu melakukan cek in ke petugas tiket, biar terkonfirmasi kalau penumpang sudah tiba di agen, Agen Kediri ini juga terlihat kesibukan pengiriman paket, jadinya disamping ruang tunggu terlihat berbagai macam bungkusan paket, ada juga paket motor yang dibungkus kardus agar tidak lecet.
Di agennya sendiri ada tempat penitipan motor, toilet, dan ruang tunggu. di Agen ini pula merupakan sumbernya snack bus Gunung Harta, jadi setiap bus yang mampir agen sini, kru menaikkan snack,
Hal yang masih kurang disini adalah tidak adanya kode nomor bus yang berada di atas pintu masuk, jadi setiap ada bus datang, penumpang sibuk bertanya petugas tiket sampai petugas tiketnya bosen ditanya terus menerus, yang berefek malas menginfokan kepada penumpang, dii agen ini, penumpang dituntut aktif bertanya itu bus jurusan mana. Saya sendiri sempat terjadi mis komunikasi, ketika bus saya datang, tidak ada pengumuman dari agen, lalu ketika kernet terlihat bingung mencari penumpang, saya coba tanyakan, dan ternyata itu sedang mencari atas nama saya. Mengingat bus yang datang ternyata bukan bus yang biasanya jalan, yaitu tronton, sementara ini adalah avante, jadi saya mengira ini adalah bus Semarang yang via Purwodadi.
Seharusnya ada nomor bus yang berada di atas pintu masuk, yang ditempel besar untuk memudahkan penumpang, beberapa PO selain memakai nomor lambung, ada yang memakai julukan seperti di Sudiro Tungga Jaya dan Haryanto, ada juga yang memakai nomor lambung seperti Rosalia Indah, itu pun menurut saya masih kurang besar di Rosin nomor busnya, harusnya dibuat besar saja untuk memudahkan.
13.55 WITA
Bus datang terlambat 1 jam dari jadwalnya jam 1 (yang jam 12.30 itu tadi adalah jadwal penumpang sampai di agen sebagai konsekuensi spare waktu), padahal jarak dari pool pemberangkatan Cokro hanya setengah jam dengan 1 kali pemberhentian di Terminal Mengwi. jadi secara logika, keterlambatan karena lalu lintas 10 menit sebelum atau sesudah jam 13.00 WIB, berarti kemungkinan besar sudah telat dari Poolnya.
Bus yang datang ternyata bukan bus tronton seperti biasanya, jadi mungkin ini yang menjadi penyebab terlambat, karena ada pertukaran bus, karena saat berangkat dari Denpasar, sempat melewati pool Cokro dan melihat Tronton Mer c 2542 baru masuk pool. jadi tadinya sempet yakin kalau yang jalan adalah tronton 7189, namun sesuai info karena terjadi trouble, akhirnya yang datang adalah bus ini, bus berbody Avante dari karoseri tentrem ungaran semarang. dengan mesin seperti keterangan di atas.
Kondisi interior tidak ada pandangan ke depan karena kaca atas malah ditempel stiker hitam. Jadi hanya bisa menikmati perjalanan jika beruntung mendengar komentar dan percakapan driver dengan kernetnya saja. Kondisi penumpang saat itu kurang lebih 90 % full, infonya nanti akan ada tambahan penumpang di Gilimanuk saat ngepom.
Bus kemudian berangkat puter balik di jalan yang sempit untuk ukuran Bus, namun dengan bantuan satpam bus tetap berhasil puter balik, meskipun spionnya sering mepet dengan pohon di seberang jalan. di atas bus kernet langsung membagikan snack berupa roti, lemper, dan kacang, kali ini tidak ada kue seperti bolu yang lezat, yang saya lupa apa namanya. Saat itu kondisi masih hujan, ditambah hawa dalam bus yang dingin ber AC, langsung saja saya memakai kaos kaki, jaket, dan penutup kepala.
Perjalanan sore, menuju Gilimanuk, laju bus kadang santai kadang cepat tergantung lalu lintasnya. Sampai di Gilimanuk bus menaikkan penumpang sambil mengisi bensin di Pom Bensin, sempat antri 1 bus Barito pariwisata yang entah ini bus dari mana.
16.55 WITA
Bus Memasuki Pelabuhan Gilimanuk dengan membayar karcis, penumpang sudah tidak diperiksa sama sekali vaksinnya seperti sebelumnya semasa pandemi, hanya saja sempet terjadi penghadangan orang meminta uang pada kernet, yang harusnya itu diberantas. Kondisi penyeberangan saat itu kami mendapatkan kapal feri dengan sistem LIFO, alias masuk terakhir, keluar pertama, masuk kapal truk dan bus besar harus mundur dengan bantuan tukang parkir yang banyak.
Untuk level antrian Kapal feri ini tergolong lama, pertama ketika kapal sudah penuh, kapal tidak segera berangkat, entah menunggu apa, kemudian saat sampai di Ketapang, kapal juga tidak langsung menuju Pelabuhan, infonya karena memang untuk kapal sebesar itu harus berlabuh di dermaga khusus, dan masalahnya 1 dermaga belum siap digunakan alias rusak, jadi hanya ada 2 dermaga yang diaktifkan, Kapal Feri pun harus antri, jadi total penyeberangan ini menghabiskan waktu sampai 3 jam, malah hitungan lama antrinya lebih lama daripada perjalanan ferinya itu sendiri yang hanya memakan waktu setengah jam.
Penumpang diminta turun dari bus, istirahat di kursi kapal di bagian atas, disitu memang sudah tersedia banyak kursi untuk penumpang, saya sendiri memilih melihat pemandangan di dek depan, suasana penyeberangan sore itu cukup sibuk, terlihat ada bus Gunung Harta Lumajang yang akan menyeberang namun memilih ngetem sebentar, terlihat pula bus bus parwisata yang berwarna warni berjejer di pelabuhan untuk menyeberang, entah menunggu apa.
19.15 WITA atau jam 18.15 WIB
Keluar pelabuhan Ketapang, melanjutkan perjalanan menuju rumah makan di Asem Bagus di Situbondo
19.40 WIB Nyampe rumah makan
disini istirahat sholat dan makan selama setengah jam dengan dibagikannya karcis saat turun dari bus, lalu karcis itu diserahkan kepada petugas rumah makan agar tidak ada orang selain penumpang bus menyelinap makan. Selesai makan bus melanjutkan perjalanan melewati pantura Kraksaan Paiton, Probolinggo, dan masuk tol, saya pun tertidul pulas. Disini driver berganti, jadi kalau jadi driver memang enak driver pinggir menurut saya, karena jam 9 sampai jam 3 pagi ini adalah memang jam biologis tidur untuk manusia.
02.40 WIB Madiun
Bus sampai di Terminal Madiun yang kondisi jalannya bergelombang sekali karena sedang mengalami renovasi, entah ini nanti akan dibuat seperti apa,
03.05 WIB maospati ganti driver, jadi driver tengah tadi sudah nyopir sekitar 6 jam, berbeda dengan dulu, dimana sekaran tidak ngetem sebentar di sini, bus langsung melanjutkan perjalanan menuju Terminal Ngawi.
Di terminal Ngawi ini juga beberapa kali melewati jalan yang bergelombang, hal ini tentu kurang bagus bagi bus bersuspensi udara, harusnya jalur kendaraan langsung di cor dan di atasnya di aspal, atau entah bagaimana caranya, karena kalau hanya dipaving seperti saat ini, maka akan sering bergelombang tanahnya. Seperti biasa di jalur ini ketemu dengan bus balap Sugeng Rahayu ATB. Bus yang saya naiki kembali melanjutkan perjalanan melalui tol. dan saya pun melanjutkan istirahat.
05.00 WIB Sampai di Solo Square
dari sini Bus ngecer penumpang sampai Salatiga karena memang banyak yang turun di sepanjang jalur Solo Boyolali Salatiga ini, jadi penumpang dengan tujuan Semarang harus lebih sabar lagi, hal ini sebenarnya tidak harus dipermasalahkan karena jam 5 sampai Solo ini sudah termasuk sangat cepat dengan bantual tol Trans Jawa, kalau dulu sebelum ada tol, nyampe Solo baru jam 8 jam 9 an.
poin plus disini adalah kernet selalu aktif mengingatkan penumpang yang akan turun dengan membangunkannya satu persatu, apalagi dengan tertutupnya pandangan di depan membuat penumpang seakan buta sampai mana, mungkin berkaca pada kejadian sebelumnya dimana banyak penumpang terlewat turun dari mana gara gara terhalang topi, sehingga SOP kernet ditambah, cukup menambah kerjaan kru dan kernet sebenarnya, namun jika memang mau yang simpel bisa dengan bantuan speaker dan pintu elektrik, sehingga tidak butuh bantuan kernet, hanya perlu bantuan saat akan menurunkan bagasi saja menurut saya, dan tentunya juga memakai single glas.
Bus menurunkan penumpang di Teras kemudian melanjutkan perjalanan menuju Ampel melalui jalur bawah, yaitu istilah perbisan dimana bus tidak melalui tol atau biasa disebut jalur atas.
Di jalur bawah ini tidak ditemui kemacetan yang berarti, hanya saja harus sabar melewati lampu merah yang cukup banyak. Ujian kesabaran lagi saat bus melintasi jalur Sunggingan Boyolali ke Salatiga dimana merupakan jam-jamnya truk pasir lewat, jadi harus lebih hati-hati menyalipnya, truk pasir ini memang memilih jalur tengah untuk menghindari tergulingnya di jalur pinggir yang lebih miring.
Terlihat mesin Mercedez cenderung lebih susah payah di jalur tanjakan ini dibandingkan Hino Rk8 dalam segi angkatan, namun dengan sedikit manajemen kaki sopir, kekuatan 1626 tetap dapat dapat dimuntahkan, apalagi saat mengovertake truk.
Jam 06.00 sampai di Sruwen
Bus Masuk tol lagi di Salatiga keluar lagi di Ungaran menurunkan penumpang di Banyumanik.
Infonya bus ini terakhir istirahat di Mangkang Semarang.