Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata si B ini lebih lihai dalam membuat tempat tinggal, dengan keahliannya tersebut si B ini memiliki tempat tinggal/gubug rumah yang lebih bagus daripada yang dimiliki si A. Hal ini karena saat hujan deras gubug yang dibuat si A tidak sebaik dengan gubug yang dibuat si B, merekapun sepakat.
Kesepakatan itu menghasilkan apa yang dinamakan barter, si A memberikan dua buah kepada si B, sebagai gantinya si B memberikan tumpangan gubung untuk setiap hari untuk 2 buah yang didapat, karena gubug si A rusak karena hujan, dari sini tercipta manusia tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan. Waktu terus berjalan, lalu diciptakanlah lagi satu manusia si C yang juga tentu butuh makan dan tempat tinggal, si C kemudian dipanggil oleh si A dan B, agar tidak mencari makan dekat dengan mereka karena nanti dikhawatirkan akan berebut makanan, si A, B, dan C akhirnya sepakat untuk membuat wilayah sendiri dengan batas tertentu.
Setelah gubug si A sudah selesai diperbaiki, si A pun meninggalkan gubug si B, si A yang pandai mencari buah ini lama kelamaan terlalu banyak stok buah yang dia punya, dan juga si A ini rumahnya sudah jadi, jadi si A tidak membutuhkan/menyewa rumah si B, namun si B tidak segera belajar dari si A untuk pandai mencari buah, dalam sehari dia masih hanya dapat mendapatkan 4 buah, padahal kebutuhan sehari normal harusnya 5 buah, si B ini bingung bagaimana harus memnuhi kebutuhannya.
akhirnya si A ini membuat kertas bertuliskan tanda tangan si A yang diberikan kepada siapapun yang nanti membeli buah si A, satu kertas ini dihargai dengan dua buah, jadi setiap kali si B ini butuh buah dia akan mendatangi si A, meminta dua buah dari A dan menerima kertas bertanda tangan si A untuk dibawa si B, Si A berkata "kertas ini kamu bawa, suatu saat kalau aku butuh sesuatu, kamu bisa menyerahkan kertas ini kembali kepadaku." "baiklah!" jawab si B.
semakin lama kertas bertanda tangan dari si A mulai banyak disimpan oleh si B, akhirnya si B berpikir bagaimana jika nanti si A butuh nginap di tempat si B, kertas si A ini saya kembalikan saja kepada si B, cuman masalahnya ternyata si A ternyata diam-diam mempelajari tehnik membuat gubug dari si A.
waktu pun berjalan terus berlalu, jumlah manusia dari jenis si A ini bertambah banyak, dan si B ini juga bertambah banyak namun sifat keduanya masih sama saja, si A lalu menamakan dirinya dan wilayahnya negara A, dan si B menamakan dirinya negara B.
Makin lama jumlah kertas kertas bertanda tangan A yang ada di negara B ini terus bertambah seiring dengan sifat bebal mereka yang tidak mau belajar bagaimana mencari buah agar hasilnya baik, akhirnya nilai kertas bertanda tangan A di negara B berubah, yang tadinya negara B memberi nilai kertas bertanda tangan A tadi dengan satu hari sewa gubug, kini menjadi dua hari sewa gubug, dengan kata lain kondisi ini terus berlanjut.
Kemudian mulailah dikenal yang namanya hutang, ada juga yang melakukan piutang, ada yang dipercaya mengelola pelayanan umum, keamanan, dan ketentraman, masing masing individu di masing-masing negara melakukan jual beli.
Obligasi, pembiayaan, dan pengelolaan risiko menjadi konsentrasi pihak yang berhutang, hutang ke dalam negeri menurut masing-masing warga lebih menguntungkan untuk suatu negara, mengingat imbalan hasil yang didapat dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan investasi di dalam negeri itu sendiri, berbeda dengan berhutang dari luar negeri, imbalan bagi hasil justruk dinikmati oleh luar negeri. Gagasan inti dari cerita tadi tentu sangat sederhana, yaitu untuk terus belajar, awal mula permasalahan hanya bagaimana =sifat si B tadi yang tidak mau meniru sikap si A yang cepat belajar. myspacenote.blogspot 2019