Friday, March 28, 2014

Suatu Malam di Perempatan Jalan

Jam 19.40 gerimis masih turun, tidak deras, namun kalau keluar tanpa mantol, badanmu pasti basah. Di sebuah perempatan jalan raya, tampak kendaraan sedang antri di menunggu lampu menjadi hijau, tidak saling berebut, dan saling bergantian. Saya lihat lebih banyak kendaraan dari arah timur. Sedangkan dari arah barat terlihat lebih sedikit, lebih sedikit lagi adalah kendaraan dari arah utara, dan yang paling sedikit adalah kendaraan dari arah selatan.
Perbedaan yang bisa saya identifikasikan dari keempat arah perempatan tersebut ialah, jika dari timur lebih sering melihat bus, dari barah lebih sering melihat truk yang mengangkut tanah dalam keadaan penuh, dari utara lebih sering melihat truk pengangkut tanah yang kosongan, dan terakhir dari selatan, lebih sering melihat mobil dan motor.

Jalan basah, menciptakan suara gemericik menciprat ke kiri dan kanan ketika roda melintas, kaca mobil basah disapu wiper tak henti-hentinya. Kadang kala kaca kendaraan berembun, menciptakan penglihatan yang kabur bagi pengendara di dalamnya. Embun ini bisa diatasi dengan menghidupkan Air Conditioner di dalam kendaraan.

Kadang juga beberapa kendaraan tidak menunggu hijau, tapi menunggu kosongnya kendaraan dari arah lain. Ya memang karena kondisinya memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Blind spot tidak ada.

Bus bus yang dari timur ini kebanyakan menuju Jakarta, mengantarkan penumpang yang mungkin memang sedang pulang kampung ke Jakarta, atau bisa saja orang yang mengurus kepentingan disana. Sedangkan dari arah barat terlihat pula motor-motor yang memakai mantol, para pekerja pulang malam, yang tak menyerah begitu walau terkena hujan

2 comments:

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]