Wednesday, September 7, 2022

Bagaimana Rem Blong pada Simpang Muara Rapak Terjadi?

Copast saja dari situs knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_road/Jalan%20Raya/2022/KNKT.22.01.01.01.pdf, ternyata di era yang serba cepat informasi yang mengalir namun ternyata hal itu tidak menjamin seseorang belajar. Sudah sejak jaman dahulu, jauh sebelum ada internet, bawa kendaraan di jalan menurun lebih baik menggunakan gigi rendah, apalagi ini adalah truk muatan. Mungkin karena bisa juga saking dimanjanya dengan tehnologi semacam pompa dengan hukum pascal yang membuat injakan rem terasa ringan di kaki namun di luar sana aslinya melakukan pekerjaan yang luar biasa, intinya bawa truk gigi 4 di turunan tidak direkomendasikan, simak penjelasan lengkapnya.


Seperti pada penjelasan tentang system rem di atas, untuk dapat bekerja dengan baik
system pneumatic membutuhkan tenaga dorong minimal sebesar 6 bar. Jika tekanan angin
kurang dari 6 bar, maka system rem tidak akan dapat bekerja dengan baik. Sumber udara
bertekanan pada tabung angin yang digunakan untuk mengerem adalah berasal dari
kompresor yang menyerap udara dari luar, mengkompresinya serta menyalurkan ke tabung
angin. Kompresor bekerja memanfaatkan tenaga mesin, dimana saat putaran mesin tinggi
(pedal gas ditekan) maka udara akan terserap, oleh sebab itu kompresor dilengkapi dengan
pressure regulator agar volume udara didalam kompresor tidak berlebihan. Sementara pada
tabung angin, udara bertekanan digunakan untuk kepentingan kopling dan rem, sehingga
semakin banyak mengerem dan menginjak kopling maka tekanan pada tabung angin akan
menurun. Nah, pada saat kendaraan melalui jalan menurun, pengemudi hamper tidak
pernah menginjak gas dan justru sering menginjak rem, sehingga disini proses pengisian
udara pada kompresor minimal, sementara proses penggunaan angin bertekanan pada
tabung angin maksimal. Itu sebabnya, prosedur mengemudi yang benar dilarang
melakukan pengereman berulangkali di jalan menurun, karena dapat menyebabkan
menurunnya tekanan angin secara drastis pada tabung angin sementara supply udara dari
kompresor rendah. Jika tekanan angin pada tabung angin mencapai 5 bar, maka system
pada kendaraan akan memberikan sinyal bisa berupa suara (buzzer) ataupun lampu yang
berkedap kedip (alert), sebagai pertanda bahwa system rem tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya. Itu sebabnya KNKT melarang penggunaan klakson tambahan yang
mengambil sumber udara bertekanan dari tabung angin yang sama dengan yang digunakan
untuk mengerem dan kopling, karena hal ini akan dapat mempercepat turunnya tekanan
angin pada tabung angin. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya kebocoran pada
selang angin (airhose) yang seringkali diikat dengan karet ataupun kawat, atau adanya
celah antara kampas rem dengan tromol jauh di atas ambang batasnya. Ambang batas
celah kampas rem dengan tromol tiap merk dan tipe kendaraan berbeda beda namun
semuanya dibawah 1 mm, khusus untuk kendaraan truk di simpang Muara Rapak ambang
batasnya adalah 0,6 mm, dimana pada celah standar tersebut saat pengemudi menginjak
pedal rem maka angin yang terbuang hanya sebesar 0,33 bar. Namun saat celah tersebut
mencapai lebih dari 2 mm, maka sekali injakan pedal rem, angin yang terbuang bisa
mencapai 1 bar bahkan lebih sehingga hal ini akan mempercepat penurunan tekanan angin
pada tabung angin. Pada kasus kecelakaan truk rem blong di simpang Rapak Balikpapan,
KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI
Kecelakaan Tabrakan Beruntun Truk Tronton Kt 8534 Aj Di Simpang Rapak, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur 21 Januari 2022
32
ditemukan fakta celah antara kampas dan tromol lebih dari 2 mm, hal ini menjelaskan saat
pengemudi menggunakan gigi 4 di turunan dan sering mengerem, tekanan angin turun
dengan cepat sampai mencapai 5 bar dan pada saat itu pengemudi sudah tidak mampu lagi
menginjak pedal rem sehingga kecelakaan itu terjadi.

Sekuensi kejadian rem blong pada Simpang Muara Rapak adalah sebagai berikut:
a. Pertama, pengemudi tidak memahami fenomena di jalan menurun, sehingga saat
memasuki jalan menurun menggunakan gigi 4 dan 5;

b. Karena posisi gigi tinggi, maka kemampuan mesin untuk menahan gaya dorong
gravitasi juga kecil, sehingga kecepatan kendaraan tinggi dan hal ini memaksa
pengemudi sering menggunakan rem pedal untuk mengurangi laju kendaraan.;

c. Penggunaan rem pedal pada jalan menurun pasti akan dilakukan dengan pengereman
panjang dan berkali kali, hal ini sesuai dengan penjelasan pengemudi. Kondisi ini ber
resiko menyebabkan penurunan tekanan angin;
d. Saat tekanan angin mencapai 5 bar maka pengemudi kesulitan menginjak pedal rem
karena terasa keras sehingga pengemudi tidak dapat melakukan pengereman lagi;

e. Pada saat menghadapi system rem tidak berfungsi, pengemudi berusaha memindahkan
gigi ke gigi rendah. Hal ini sangat tidak mungkin terjadi karena pada saat itu gaya
dorong ke bawah sangat besar, dan kondisi gigi eksisting dalam posisi bekerja
maksimal menahan putaran roda. Saat pengemudi akan memindahkan ke gigi rendah,
otomatis akan masuk ke gigi netral terlebih dahulu sebelum masuk ke gigi rendah, dan
hal ini justru meningkatkan putaran roda menjadi lebih tinggi lagi, sehingga
syncromesh tidak mampu merespon yang pada akhirnya gigi tetap berada di posisi
netral;

f. Ketika gigi dalam posisi netral itulah, maka gaya dorong gravitasi bumi maksimal
karena tidak ada lagi yang menahannya, sehingga laju truk saat mengalami tubrukan
dalam kecepatan tinggi. Kecepatan itu bukan merupakan kecepatan mesin atau
dilakukan oleh pengemudi, melainkan kecepatan akibat energy kinetic yang dipicu
dari energy potensial yang sangat besar.

Pada beberapa kasus, pengemudi melakukan upaya akhir dengan menarik hand brake,
namun hal ini sia sia karena baik pada system rem full hydrolik brake maupun kombinasi,
hand brake nya hanya berfungsi sebagai parking brake, dan tidak akan mampu menahan
kendaraan pada posisi menurun atau menanjak apalagi sedang dalam kecepatan tinggi.
Hand brake pada system remnya terhubung ke sebuah brake shoe yang akan menjepit
propeller shaft sehingga tidak berputar. Dalam kondisi statis, pada kondisi jalan menurun
ataupun menanjak, system rem ini tidak akan mampu menahan energy potensial yang
dihasilkan, sehingga harus dibantu dengan ganjal roda, apalagi saat kendaraan tersebut
sedang meluncur.

No comments:

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]