Thursday, September 19, 2019

Mudik Motor 2019

Postingan kali ini adalah catatan saya dalam mudik lebaran tahun 2019 naik motor dari Jakarta ke Boyolali
Mudik
Start dari Jakarta Timur jam 04.52 dengan posisi bensin masih full karena hari sebelumnya baru saja diisi
Langit masih gelap, motor kunyalakan, posisi standar tengah, gigi kumasukkan 1, rantai berjalan, lalu kuolesinya dengan oli rantai untuk menjaga pelumasan saat perjalanan nanti. hal ini penting karena bila tidak diberi pelumas, rantai menjadi rawan putus karena gesekan dengan gir. selesai kuoles dengan oli, kupasang sarung tangan, kuarahkan motor ke jalan, tidak lupa kupanjatkan doa sebelum perjalanan agar lancar.

perjalanan sampai di Bekasi, jalan sudah ramai, namun tidak macet seperti jam kerja, hanya saja lalu lalang kendaraan sudah ramai, terlihat juga beberapa pemudik motor yang membawa tas besar, dan tulisan uniknya. motor tidak bisa dipacu dengan kencang, hanya bisa berjalan dengan gas tipis tipis sambil menganalisa kondisi di depan untuk mencari jalur tercepat dan aman. Misalnya saat mobil di depan mulai melambat, kulakukan analisis samping kiri kanan depan belakang, untuk mengubah manuver tunggangan agar lepas dari kemacetan, hal ini dilakukan dengan cepat dan terus menerus menjadikan kita tidak ngantuk, berbeda sekali bila jalannya adalah jalan tol yang bagi sebagian orang malah bikin ngantuk, namun bikin sebagian orang lagi jadi kurang hati-hati.

Manuver ke kiri atau ke kanan tergantung situasi apa yang ada di depan mobil tadi, apakah mobil tadi melambat karena ada penyeberang jalan, ataukah ada lampu merah, ataukah ada jalan rusak, hal ini kita antisipasi semua dengan melihat dan memperhatikan dengan seksama. Dalam manuver ini terbesit keinginan melengkapi spion dengan spion cembung agar lebih leluasa melihat sekitar, sebab dengan spion bawaan pabrik, saya terkadang masih harus menoleh ke kiri/kanan dengan cepat untuk bisa manuver.

Seperti dalam permainan sepak bola, pandangan sekitar atau visi itu sangat penting sekali, apalagi dalam mengendarai kendaraan visi ke belakang paling tidak setiap tiga detik sekali, dalam sepak bola pun demikian, kita harus menoleh ke samping kiri dan kanan untuk mencari ruang dan waktu untuk menghasilkan peluang, selain itu ditutntut pula kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai kejadian mendadak, misalnya saat si motor ompong alias matic tiba-tiba memelan tanpa indikator remnya yang menyala, matic yang mendadak pelan ini sebagai jawaban penjual motor bahwa dulu pada awal awalnya matic dianggap tidak ada engine brake, saat ini pabrikan motor matic mendesain matic ada engine breaknya, alhasil, kalau kita bawa supra dan di depan ada matic kita harus berhati-hati sekali bila si matic tadi tiba-tiba melambat tanpa ada indikator rem yang menyala.

Perjalanan pagi sampai Cikampek tidak menemui kemacetan yang sampai harus turun pinggir jalan, berbeda sekali dengan perjalanan tahun lalu dimana saya menemukan kemacetan-kemacetan karena berbarengan dengan arus buruh pabrik.

Kejadian Horor di Cikampek
Sampai di Cikampek, indikator yang sok sok modern digital tapi fungsinya yang rusak menunjukkan nyala strip satu yang berkedip-kedip, masalah indikator ini sebenarnya sudah pernah saya tanyakan kepada dealer resmi Honda, dan dulu pernah dilakukan penggantian pada entak itu pada pelampung atau apalah, namun beberapa saat kemudian sudah rusak kembali, padalah ini motor tahun 2006, motor tahun 2000 yang memakai indikator jarum malah masih awet sampai saat ini, memang ini yang tidak saya sukai dari motor supra 125 yang menggunakan indikator digital, lebih sering erornya, kadang bensin masih banyak, tapi udah berkedip, kadang bensin udah habis eh masih nyala, alhasil pernah dorong motor 2 kiloan buat nyari penjual bensin eceran, pabrikan sekarang hendaknya mencontoh ZX 130 yang memiliki fitur lebih bagus daripada supra 125, namun sayang sekali zx 130 sudah tidak diproduksi lagi.

Kilometer 80
Sesampainya di Cikampek, indikator bensin berkedip-kedip satu strip, lalu kucari pom bensin pinggir jalan, setelah ketemu, ternyata bensin masih banyak, hal ini tidak sesuai sekali dengan apa yang dikatakan dari indikator yang sok digital itu, kuisi dengan bensin seharga RP.15.000,-, dari kapasitas fullnya yang sampai 23 K, Masalah indikator digital ini saya duga karena kegagalan pada saat tampilan menampilkan hasil sensor pada pelampung, entah apa yang salah, rasanya indikator jarum ini posisinya lebih akurat daripada digital, hal ini kasusnya sama dengan pesawat Max, dimana apa yang terdengar keren, belum tentu aman dan bermanfaat bagi kita, dimana dengan sistem komputer membaca suatu sensor, padahal masih ada faktor lain, yang mempengaruhi sensor tersebut yang bisa membedakan dengan posisi kemiringan pesawat sebenarnya yaitu faktor x, paling gampang, saat anda membuka kompas, apakah jarum anda tepat menunjukkan arah kutub selatan dan kutub utara, padahal kita tahu posisi jarum tersebut selalu bergoyang kesana kemari karena ada faktor posisi saat memegang, medan magnet di sekitar kompas, dan lain sebagainya.

Selesai isi bensin, kucoba menstarter, namun mesin tidak mau hidup, ternyata walau posisi kunci sudah on, indikator pada motor masih off, entah ini karena apa, kalau kondisi saat itu memang aki dalam keadaan lemah, hal ini karena adanya konslet pada tombol power di stang, dimana dulu pernah dibawa teman, pas jalan tiba-tiba starter hidup terus dan dia bingung bagaimana cara mematikannya, alhasil starter kepanjer sampai 20 menitan yang membuat aki menjadi drop, kejadian sekitar bulan januari lalu yang menghasilkan efek sampai saat ini.

Akhirnya saya berhenti sejenak, berdiam diri dengan berharap motor bisa posisi on saat kunci di on kan, terbesit segala macam pikiran bagaimana bila nanti belum juga bisa hidup, dimana bengkel terdekat, apakah saat ini masih ada yang buka mengingat mau hari raya. terbesit juga langkah antisipasi darurat bila ini sampai benar-benar butuh perbaikan. Setelah saya diampakan beberapa menit kucoba meng on kan posisi kunci, ternyata motor juga bisa on ditandai dengan lampu hijau menyala, tidak berani menghidupkan via pencetan, khawatir drop akinya, langsung kuselah motor, dan Alhamdulilah bisa hidup kembali,

Dengan mencucap doa dan bismillah, saya langsung lanjutkan perjalanan mengejar untuk sampai menuju cirebon dengan irama yang lebih cepat daripada dari Jakarta Cikampek. Perjalanan dilanjutkan, dan kali ini motor bisa digeber dengan speed 100 kmh on spedo tanpa hambatan yang berarti, jalur Subang ternyata sudah diaspal dengan halus, yang memanjakan para pengguna jalan, di Subang ketemu lagi sama orang-orang yang mengharapkan sumbangan seiklasnya dari para pengendara yang lewat, kendaraan harus mengurangi kecepatan karena bisa saja orang-orang tersebut melompat ke tengah jalan mengambil uang yang dilempar tadi.

Masuk Indramayu jalur begitu mulus, saya lewat jalur lama bus malam yang dua lajur itu, disitu sempet ketemu pengendara dari arah berlawanan yang perlu diklakson panjang, karena dari arah berlawanan/selatan dia ke arah utara dimana jalur dari selatan menikung ke kiri, saya dari arah utara berjalan memasuki tikungan juga. nah si orang tersebut akan minggir ke sisi kanan pas di tikungan tersebut, dari kejauhan posisi itu sudah saya baca, namun orang tersebut tidak membaca pergerakan saya, alhasil orang tersebut dengan santainya motong jalur saya, saya pun mengantisipasinya dengan melakukan manuver pencegahan ke kanan agar dia bisa langsung membaca pergerakan saya, bila saya ragu-ragu ke kiri atau kanan akan sangat berbahaya, lebih baik melakukan manuver yang jelas dan paling aman, dimana yang paling aman adalah manuver ke kanan tadi, sesaat sebelum manuver tentu harus cek kondisi spion, apakah ada yang akan menyalip dari kanan, semua itu dilakukan dengan analisis yang cepat dan memikirkan segala kemungkinan, sampai kondisi kiri kanan dan kondisi jalan juga diperkirakan, tidak sembarangan manuver ala motovlog yang direkam itu.

Kilometer 229
Masuk Cirebon sekitar jam 9 pagi, jadi perjalanan sudah 4 jam dari jakarta yang berangkan jam 5, sungguh perjalanan yang menyenangkan bila tidak menemui macet. di Plered istirahat 20 menit sambil isi bensin Rp.28.000,-, istirahat di tenda penjual di dalam kompleks pom bensin, terima kasih kepada ibu-ibu penjual menyediakan tikarnya,

Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalur perkotaan Cirebon, Brebes, Sampai Pemalang, di Pemalang ini isi bensin lagi

Kilometer 337 Pukul 11.27 sampai di pemalang, disini saya isi bensin 23ribu

Kilometer 456 jam 13.24 atau 119 kilometer berikutnya dari Pemalang tadi, saya sampai di Mangkang Semarang, saya isi lagi 26 Ribu

Kilometer 531 atau 75 km perjalanan sampai di Tujuan

Arus Balik 2019
next aja ya





No comments:

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]