Menurut saya bila memang bener-bener menerapkan onlie tiket pada bus, memang ada beberapa hal yang menjadi konsekuensinya.
Pertama, Agen bus perlu pulsa setiap saat saat ngecek ketersediaan kursi yang kosong, namun sepertinya untuk saat ini kebutuhan koneksi yang kuat menjadi kendala bagi agen-agen bus, sehingga mereka masih lebih nyaman dengan cara manual, ditambah lagi bila sedang ada kondisi yang mendesak yang membutuhkan informasi ketersedian kursi dengan segera, misalnya saat ada penumpang yang go show langsung menuju agen untuk naik bis tanpa pesan terlebih dahulu. Hal yang yang dikhawatirkan agen bus tentunya adalah beralihnya penumpang ke agen sebelah hanya karena loading lemot menanti informasi ketersediaan kursi. Berbeda dengan cara manual yang hanya dengan menelpon sebentar langsung terlihat mana kursi yang masih kosong, untuk mengatasi hal seperti ini, sistem online ditutup menjelang keberangkatan dan dilanjutkan dengan sistem manual, rekapan hasil online dibagikan kepada para agen untuk dilanjutkan penjualan secara manual.
dugaan saya pada kasus di atas, bus yang akan jalan dengan sistem online belum terisi full penumpang, sehingga si PO Bus mengalihkan penumpang pada bus berikutnya yang dikatakan agen sebagai bus "pengganti", di dalam manifest agen, bus "pengganti" ini ternyata sudah ada pemesan kursi nomor tiga, dan saya pun juga pesan nomor 3 terpaksa harus dipindah ke kursi nomor 4 yang masih kosong. Dugaan semakin bertambah kuat dengan jadwal bus "pengganti" yang berangkat dengan selisih satu setengah jam dari bus asli, kemungkinan ini adalah bus reguler dengan selisih jadwal satu setengah jam lebih akhir.
No comments:
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]