Friday, June 8, 2018

Muslimah Mulia

Dulu, sebelum fajar islam terbit menerangi bumi Arab, wanita adalah kaum yang tertindas dan terbuang. Kelahiran mereka adalah musibah dan aib bagi keluarga. Setiap orangtua, khususnya bapaknya, sangat berharap jabang bayi yang tengah dikandung istri-istri mereka, adalah bukan bayi perempuan.

Pihak keluarga tidak ingin menerima malu, dicibir oleh masyarakat sekitar karena melahirkan kaum yang dipandang sebelah mata ini. Untuk menutupi aib tersebut, mereka rela mengubur bayi-bayi perempuan tak berdosa itu secara hidup-hidup.

Berbeda respon bila yang lahir dari Rahim istri-istri mereka adalah bayi laki-laki. Mereka akan bangga dengannya. Wajah sumringah senantiasa menghiasi raut muka mereka karena kehadiran laki-laki dalam keluarganya diyakini akan mencerahkan masa depan mereka.
Itulah gambaran kondisi kaum wanita, pada masa pra kedatangan Islam, khususnya di Jazirah Arab. Mereka dikucilkan, dihinakan, dan dianggap sebagai malapetaka. Barulah ketika cahaya Islam telah memancar, tradisi ini langsung dipangkas hingga ke akar-akarnya. Derajat kaum wanita diangkat, disamakan posisinya dengan kaum laki-laki dalam ketaatan mereka kepada Allah Ta'ala. Tidak ada diskriminasi terkait dengan gender.

Kemuliaan tidak lagi diidentikkan dengan jenis kelamin. Laki-laki, meski berposisi sebagai pemimpin (rumahtangga/kaum wanita), tidak lantas berkedudukan lebih mulia daripada kaum wanita. Bahkan, boleh jadi kaum wanita bisa menduduki posisi yang jauh lebih tinggi dari kaum laki-laki. Mengapa? Karena Islam tidak pernah menilai manusia dari sudut fisiknya. namun lebih kepada ketakwaannya.

Hadist popular berikut ini merupakan salah satu bukti betapa ajaran Islam sangat memuliakan wanita.

Pernah suatu hari, seorang sahabat bertanya tentang sosok yang harus ia utamakan dalam memberikan penghormatan. Rasullah Shollallahu 'alaihi wassalam menjawab, "Ibumu." Kembali sahabat itu mengejar Nabi dengan pertanyaan serupa. Kembali Nabi memberi jawaban yang sama, "Ibumu." Tiga kali sahabat tersebut mengulang pertanyaannya, tiga kali pula Nabi memberi jawaban serupa. Baru pada pertanyaan yang keempat, Rasulluah menjawab, "Ayahmu"

Ini syaratnya
Nyata sudah, bahwa Islam telah mengangkat derajat kaum wanita dari posisi yang direndahkan. Itu artinya, untuk terus berada di posisi yang mulia itu, kaum wanita tidak boleh menanggalkan Islam sebagai pedoman hidup mereka. Islam harus menjadi pijakan. Islam harus menjadi tuntunan hidup. Gerak-gerik mereka harus senantiasa bernafaskan Islam. Sejak hendak tidur, kkemudian beraktivitas, hingga hendak tidur kembali, Islam kudu menjadi "pakaian" kebesaran mereka.

Dalam hal busana misalnya, harus menyelaraskannya dengan ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Tidak boleh menyimpang. Perkembangan model pakaian, tidak boleh mengubah hukum baku yang telah ditetapkan Wanita wajib menutupi sekujur tubuh mereka, kecuali wajah dan telapak tangan. Pakaian yang dikenakan harus longgar dan menggunakan kain berbahan tebal.


Seorang muslimah tidak dibenarkan memilih pakaian yang ketat lagi tipis bahannya dengan alasan mengikuti trend mode busana masa kini.

Terkait hal ini, Allah Ta'ala telah berfirman, Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahzab [33]:59)

Imam Qurthubi, dalam tafsirnya menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan jilbab dalam ayat di atas adalah pakaian yang mampu menutup seluruh badan. Sedangkan menurut salah satu riwayat bahwa anggota tubuh wanita yang boleh terlihat hanyalah muka dan telapak tangan.

Tuntunan ini yang seharusnya dijadikan sandaran kaum wanita dalam bertindak-tanduk, khususnya ketika berbusana. Sosok-sosok macam inilah yang dikemudian hari akan mendapat kemuliaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, ketika mereka mencoba-coba berpaling dari tuntunan Islam, maka sungguh kehinaan bagi mereka telah berada di pelupuk mata.

Godaan itu!

Saat ini kaum wanita mendapat tantangan berat. Paham materialism yang menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan/kesuksesan telah mengubah cara pandang mereka terhadap konsep kehidupan. Kemuliaan tidak lagi diukur dari kepribadian, namun lebih kepada status social yang barometernya adalah materi.

Untuk mencapai itu semua, tidak sedikit dari mereka yang rela menggadaikan kehormatan. Ajaran-ajaran agama dinomorduakan. Petuah-petuah ulama tak lagi digubris. Akibatnya kita dapati banyak kaum wanita yang berpakaian tapi pada hakikatnya telanjang. Mereka tidak malu-malu menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya dan memamerkanknya di depan public. Ketika diingatkan, mereka menjawab, "Ini wilayah privasi, tidak selayaknya untuk dipersoalkan."


Sebagai wanita bahkan bersedia mempertontonkan tubuhnya untuk mempromosikan produk-produk para kapitalis. Seperti kerap kita dapati pada berbagai media sekuler, para wanita dimanfaatkan menjadi bintang-bintang iklan berbagai produk, bahkan pada produk yang tidak ada kaitannya dengan kaum wanita, seperti mobil sport, mobil truk, pompa air, oli, dan lain sebagainya.

Komersialisasi dan eksploitasi aurat wanita ini juga terjadi pada beragam event lainnya, seperti kontes ratu kecantikan, pertunjukan lagu dan tari, dunia olahraga, bahkan pada pameran computer dan elektronik yang sesungguhnya tidak ada relevansinya dengan aurat perempuan. Sayangnya hanya sedikit kaum wanita yang menyadarinya.

Dengan mengumbar aurat, para wanita yang tersesat itu mengira mereka akan dikagumi dan dimuliakan semua orang. Padahal sesungguhnya mereka sedang mencampakkan kehormatan, kewibawaan, dan harga dirinya.

Akhir kata, semoga peringatan Rasulluah berikut ini mampu memberikan sugesti bagi kita, khususnya kaum Hawa, untuk lebih mendkatkan diri lagi ke syariat Allah, sehingga tidak termasuk dalam golongan yang dicela oleh Rasulullah: "...dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya. Kepala mereka seakan-akan seperti punuk unta. Mereka tidak masuk surge dan tidak mendapatkan wanginya surge. Padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (HR. Muslim dan Ahmad)

Semoga bermanfaat. Amin. Wallahu 'Alamu Bish Shawab.(Khairul Hibri, Alumni STAIL, Surabaya)
Lembar Jumat Al Qalam 7/2014


No comments:

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]