Senna Aditiya
January 8 at 5:55am
Adalah ketika aku naik bis kekinian Sudiro Tungga Jaya yang lagi hits dan jadi perbincangan dimana-mana, bigtop milik Gajah Mungkur dengan sombongnya melenggang, mempertontonkan elok tubuhnya yang baru saja berganti klambi.
Apakah ini saatnya? Setelah kodian alasan kuberi pada memoriku kala ia menagih janji untuk kembali. Maklum, tumbuh besar dan menjalani banyak ritual mudik bersama laskar pohon kelapa tentu menciptakan ruang-ruang kenangan tersendiri dalam kepala ini.
Macam disulut api, kerinduan ini jadi makin nyata nyalanya.
Sesampainya di rumah, via whatsapp, kuajukan maksud diri untuk jadi penumpang bigtop pada Mbak Desy agen Terminal Kartosuro.
Bangku satu, keberangkatan 7 Januari 2018 resmi, sah jadi punyaku selama kurang lebih 12 jam perjalanan.
2 jam setelah azan dhuhur berkumandang, kaki mantap menjejak Kartosuro yang diguyur hujan dengan intensitas yang ogah-ogahan. Kuambil tiket pesananku, selembar kertas berwarna identik dengan janda sudah dalam genggamanku.
Jam 3 sudah berlalu 30 menit yang lalu, tapi yang dinanti belum mewujud. Masih ramai dengan bis-bis dua lantai milik Indomaret dan Alfamart, cuma perumpamaan jika kalian paham maksudku.
Detik demi detik terus bergulir tanpa peduli, tanpa lihat kanan-kiri. Diri ini semakin dirundung kerinduan yang mendalam kepada gajah-gajah Ngadirojo yang jadi andalan mudik keluarga sejak dahulu kala, sebelum ada istilah spok-spok, sebelum banyak anak-anak tanggung dengan kamera dslr foto-foto bis kekinian, bis banter, bis idola mereka.
Sembari menunggu, sembari mengingat-ingat kapan terakhir aku naik Gajah Mungkur? Jawabnya bukan ada di ujung langit yang harus kita kesana dengan seorang anak. Jawabnya, terakhir aku jadi penumpangnya ada dalam hitungan tahun sebanyak jari pada dua tangan. 10 tahun yang lalu. Bukan waktu yang sebentar, bukan waktu yang singkat, yang ku lalui dengan bermacam bis dari mana-mana, tanpa terselip nama Gajah Mungkur di dalamnya.
10 menit sebelum genap setengah lima, bis dengan warna dan livery yang tidak asing dalam memori ini, berjalan santai memasuki Kartosuro dengan hujan yang masih betah hadir sore itu.
Gagah, berkelas, rapi, mbois, menyenangkan, suka! Adalah kesan-kesan yang tertangkap kala diri ini benar-benar dihadapkan dengannya secara langsung.
Menyusuri sore dibawah hujan, di dalam kabih Gajah Mungkur mungkin jadi salah satu sore yang indah buatku. Perlahan tapi pasti, gak ngoyo, halus, santun di jalan. Ingin sekali tidur, tapi kerinduan menikmati perjalanan bersamanya berhasil mengeleminasi rasa kantuk ini.
Sore berganti petang, gajahku tak berjalan mosak-masik malah bisa dibilang santai tapi bukan di pantai.
19.04 Krapyak, masih dalam suasana hujan. Kenyamanan ini dikalahkan kerinduan yang makin menjadi-jadi. Menikmati malam bersama bis ini tentulah harus aku syukuri juga aku seriusi.
Tidak ada rasa dongkol juga keki kala lusinan bis dari berbagai merk mendahului kami dengan meninggalkan bunyi spok-spok. Harusnya memang seperti inilah, pelan tapi party. Eh, pasti.
Namun, jelang tempat isi perut, bis jadi banyak polah. 3 Garuda Mas, 1 Gunung Mulia didahuli dari kiri tanpa mampu membalas aksi gajah Ngadirojo ini.
Setengah jam lebih waktu yang diberikan bagi penumpang untuk menyantap makanan prasmana dimana untuk kelas bigtop dan super eksekutif jadi satu dibedakan dengan kelas vip dan eksekutif.
Seandainya saja esok aku tidak perlu menempelkan jempolku di mesin absensi pagi hari, pasti mata ini akan lebih kupaksa untuk menikmati detik demi detik bersama bis ini.
Gajah Mungkur (Fajar Big Top)
Kartosuro 16.20
RM Sendang Wungu 20.07
Cibitung 03.47
Disaat makin panjangnya koloni semut merah di bumi gaplek, santri-santri ngembal yang juga menjadikan Wonogiri sebagai pesantrennya, juga tamu-tamu baru ataupun yang akan masuk. Selalu ada tempat untuk pribumi, di tanahnya sendiri. Wonogiri Sukses bukan milik bis tinggi dua lantai, tapi milik pribumi yang berjalan santai tapi pasti.
Untuk sebuah nama, rindu tidak pernah padam.
Gajah Mungkur Mania
January 8 at 5:55am
Adalah ketika aku naik bis kekinian Sudiro Tungga Jaya yang lagi hits dan jadi perbincangan dimana-mana, bigtop milik Gajah Mungkur dengan sombongnya melenggang, mempertontonkan elok tubuhnya yang baru saja berganti klambi.
Apakah ini saatnya? Setelah kodian alasan kuberi pada memoriku kala ia menagih janji untuk kembali. Maklum, tumbuh besar dan menjalani banyak ritual mudik bersama laskar pohon kelapa tentu menciptakan ruang-ruang kenangan tersendiri dalam kepala ini.
Macam disulut api, kerinduan ini jadi makin nyata nyalanya.
Sesampainya di rumah, via whatsapp, kuajukan maksud diri untuk jadi penumpang bigtop pada Mbak Desy agen Terminal Kartosuro.
Bangku satu, keberangkatan 7 Januari 2018 resmi, sah jadi punyaku selama kurang lebih 12 jam perjalanan.
2 jam setelah azan dhuhur berkumandang, kaki mantap menjejak Kartosuro yang diguyur hujan dengan intensitas yang ogah-ogahan. Kuambil tiket pesananku, selembar kertas berwarna identik dengan janda sudah dalam genggamanku.
Jam 3 sudah berlalu 30 menit yang lalu, tapi yang dinanti belum mewujud. Masih ramai dengan bis-bis dua lantai milik Indomaret dan Alfamart, cuma perumpamaan jika kalian paham maksudku.
Detik demi detik terus bergulir tanpa peduli, tanpa lihat kanan-kiri. Diri ini semakin dirundung kerinduan yang mendalam kepada gajah-gajah Ngadirojo yang jadi andalan mudik keluarga sejak dahulu kala, sebelum ada istilah spok-spok, sebelum banyak anak-anak tanggung dengan kamera dslr foto-foto bis kekinian, bis banter, bis idola mereka.
Sembari menunggu, sembari mengingat-ingat kapan terakhir aku naik Gajah Mungkur? Jawabnya bukan ada di ujung langit yang harus kita kesana dengan seorang anak. Jawabnya, terakhir aku jadi penumpangnya ada dalam hitungan tahun sebanyak jari pada dua tangan. 10 tahun yang lalu. Bukan waktu yang sebentar, bukan waktu yang singkat, yang ku lalui dengan bermacam bis dari mana-mana, tanpa terselip nama Gajah Mungkur di dalamnya.
10 menit sebelum genap setengah lima, bis dengan warna dan livery yang tidak asing dalam memori ini, berjalan santai memasuki Kartosuro dengan hujan yang masih betah hadir sore itu.
Gagah, berkelas, rapi, mbois, menyenangkan, suka! Adalah kesan-kesan yang tertangkap kala diri ini benar-benar dihadapkan dengannya secara langsung.
Menyusuri sore dibawah hujan, di dalam kabih Gajah Mungkur mungkin jadi salah satu sore yang indah buatku. Perlahan tapi pasti, gak ngoyo, halus, santun di jalan. Ingin sekali tidur, tapi kerinduan menikmati perjalanan bersamanya berhasil mengeleminasi rasa kantuk ini.
Sore berganti petang, gajahku tak berjalan mosak-masik malah bisa dibilang santai tapi bukan di pantai.
19.04 Krapyak, masih dalam suasana hujan. Kenyamanan ini dikalahkan kerinduan yang makin menjadi-jadi. Menikmati malam bersama bis ini tentulah harus aku syukuri juga aku seriusi.
Tidak ada rasa dongkol juga keki kala lusinan bis dari berbagai merk mendahului kami dengan meninggalkan bunyi spok-spok. Harusnya memang seperti inilah, pelan tapi party. Eh, pasti.
Namun, jelang tempat isi perut, bis jadi banyak polah. 3 Garuda Mas, 1 Gunung Mulia didahuli dari kiri tanpa mampu membalas aksi gajah Ngadirojo ini.
Setengah jam lebih waktu yang diberikan bagi penumpang untuk menyantap makanan prasmana dimana untuk kelas bigtop dan super eksekutif jadi satu dibedakan dengan kelas vip dan eksekutif.
Seandainya saja esok aku tidak perlu menempelkan jempolku di mesin absensi pagi hari, pasti mata ini akan lebih kupaksa untuk menikmati detik demi detik bersama bis ini.
Gajah Mungkur (Fajar Big Top)
Kartosuro 16.20
RM Sendang Wungu 20.07
Cibitung 03.47
Disaat makin panjangnya koloni semut merah di bumi gaplek, santri-santri ngembal yang juga menjadikan Wonogiri sebagai pesantrennya, juga tamu-tamu baru ataupun yang akan masuk. Selalu ada tempat untuk pribumi, di tanahnya sendiri. Wonogiri Sukses bukan milik bis tinggi dua lantai, tapi milik pribumi yang berjalan santai tapi pasti.
Untuk sebuah nama, rindu tidak pernah padam.
Gajah Mungkur Mania
No comments:
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]