Tuesday, July 11, 2017

Mewaspadai Istihza

Ane ketik artikel dari koran ya gan, semoga bermanfaat, yaitu isinya kita ga boleh bercanda tentang agama, ngetawain orang ini itu dan sebagainya, intinya kalau bercanda hati-hati ya sis dan gan. Subahanallah dalam Islam kayak gini aja diatur.
Rasulullah Shallaallahu alaihi wasallam sesekali bercanda dengan para sahabatnya. Canda beliau bersih dari dusta, tidak menyinggung perasaan orang lain, dan beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Bahkan, dalam canda beliau terkandung faedah.

Canda dapat melebur kejenuhan dan menghangatkan susana. Namun, canda dapat berujung petaka bagi seorang Muslim ketika agama dijadikan sebagai bahan candaan atau olok-olok (istihza).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menuturkan bahwa pernah suatu ketika segolongan kaum Muslim dalam rombongan Perang Tabuk sedang berkumpul. Kemudian salah seorang dari mereka berkelakar, "Aku tidak pernah melihat orang yang perutnya lebih besar (rakus), lebih suka berdusta, sedang pengecut ketika bertemu musuh dalam perang selain ahli qiro'ah kami (yang dimaksud adalah Nabi dan para sahabatnya).

Salah seorang sahabat, Auf bin Malik, yang mendengar ucapan itu langsung bergegas melapor kepada Nabi. Namun, sebelum Auf bin Malik datang ke hadapan Nabi, Allah telah menurunkan wahyu kepada Rasulullah: "Apakah dengan Allah dan ayat-ayatnya dan Rasul-Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf karena kalian kafir setelah beriman." (QS at-Taubah:65-66)

Orang itu kemudian menghampiri Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya hal itu kami lakukan hanya untuk berbincang-bincang (dan) sekadar bergurau di perjalanan, dan kami tidak bermaksud mengejek atau mengolok-olok." Namun, Rasulluah bergeming dan terus mengulang wahyu yang baru saja diturunkan. Orang itu terus bergelantungan di pelana unta Nabi dan terseret-seret di atas kerikil yang terlempar oleh derap unta demi mendapat maaf dari Nabi.

Meski hanya diucapkan oleh satu orang, Allah menunjukkan ayat tersebut kepada mereka semua yang ada di majelis itu, "Kuntum tastahzi-uun, kalian selalu berolok-olok". Sehingga wajib bagi seorang Muslim untuk beranjak pergi tatkala ia berada dalam majelis yang mengolok-olok syiar Allah. "Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkankalh mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain." (QS al-An'an:68)

Istihza mencakup memperolok Allah, kitabullah para malaikat-Nya, para nabi dan rasul, para sahabat Nabi, wali-wali Allah, hadis Nabi dan segala sesuatu yang termasuk dalam syiar agama, baik itu berupa meme atau konten pesan berantai yang disebar melalui medsos, karikatur, iklan, tayangan film, atau panggun-panggung komedi.

Mengolok-olok agama dapat membuat seseorang jatuh pada konsekuensi syariat yang teramat fatal, yakni batalnya keislaman seseorang (Nawaqidh AL iSLAM). Namun, apabila ia bertobat, sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba s3ebelum napas di kerongkongan.

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadapt diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." (QS az-Zumar:53)

Sebaliknya, di antara tanda ketakwaan seseorang adalah pengagungannya terhadap syiar-syiar Allah. "Dan barang siapa yang menggunakan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." QS al-Hajj:32. Wallahu a'lam
wisnu t prabowo
myspacenote.blogspot 2017

No comments:

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]