Thursday, January 5, 2017

~ NOBEL EKONOMI, KELICIKAN EKSEKUTIF DAN KEBODOHAN HRD ~

Kabul Indrawan added 4 new photos — with Dyah Margani.
11 October 2016 ·
~ NOBEL EKONOMI, KELICIKAN EKSEKUTIF DAN KEBODOHAN HRD ~
Baru kali ini, Nobel Ekonomi diberikan kepada ekonom yang mendalami ilmu manajemen. Padahal selama ini diberikan kepada ekonom non-manajemen yang lebih suka dengan asumsi-asumsi dan persamaan yang njelimetnya minta ampun.

Oliver Hart dan Bengt Holmstrom, meraih penghargaan prestisius atas karyanya dalam bidang "Contract Theory" atau teori kontrak dengan pendalaman pada kontrak tidak lengkap (incomplete contract).

Menurut saya; temuan Hart & Holmstrom sebetulnya menjelaskan kebodohan HRD, Human Capital Resources atau apapun nama keren kepegawaian dalam proses perjanjian kerja dengan eksekutif yang tidak mempertimbangkan keberlangsungan dan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
Incomplete contract menjelaskan adanya moral hazard pada eksekutif yang mendapat gaji pokok cukup besar, bonus berlipat-lipat, fasiltas dan berbagai kemewahan serta berbagai previlege lainnya.

Namun disisi lain, tidak ada sanksi yang jelas dan tegas saat yang bersangkutan wanprestasi, produktivitas rendah karena tidak memiliki KPI yang ajek

Tidak heran keberadaan eksekutif seperti ini sangat rawan melakukan penyalahgunaan jabatan, korupsi dan penggelapan yang berujung pada kerugian besar bahkan kebangkrutan perusahaan.

Hart-Holmstorm memberikan banyak kajian empiris salah satunya kebangkrutan ENRON yang merupakan raksasa energi beberapa tahun lalu. Karena para eksekutifnya mendapat gaji dan bonus dengan uang tunai langsung bukannya insentif berbasis kinerja dan saham. Akibatnya para eksekutif berusaha mengutamakan perolehan kas (revenue) semaksimal mungkin tanpa mengindahkan resiko kebangkrutan ENRON.

Kelakuan seperti ini sebetulnya dipraktekkan oleh segelintir eksekutif licik yang membodohi pemilik dan atasannya dengan menyampaikan capaian REVENUE yang fantastis dan terus meningkat. Namun mereka menyembunyikan berapa COST yang dikeluarkan. Sehingga pemilik tidak tahu apakah perusahaan mereka UNTUNG atau RUGI (Profit or Loss).

Gampangnya begini, kalau sebuah pertunjukkan menghasilkan Revenue Rp 2,5 miliar tetapi Cost Rp 3,1 miliar - pastinya kita rugi Rp 600 juta doooong, meskipun revenue tinggi.

Nah masalahnya, hal seperti ini tidak diatur dalam perjanjian kerja yang dilakukan saat rekrutmen, naasnya pejabat HRD yang bersangkutan amatiran juga termasuk eksekutif gajian yang tidak peduli dengan kelangsungan perusahaan. Tragisnya lagi kalau HRD tidak tahu hal elementer seperti KPI, Employee Mapping atau Balance scorecard.

Tak heran, kerap kali HRD semacam ini tidak mampu mengeksekusi seorang eksekutif yang sarat masalah. Malah kerap kali bingung mengambil keputusan "cut or run", maklum saja ia juga menjadi bagian dari masalah.

Kembali ke nobel ekonomi tahun ini. Lalu apa manfaatnya bagi pengusaha di Indonesia utamanya pengusaha UMKM?
Idenya adalah kompensasi, insentif, kesejahteraan karyawan dan profit agar perusahaan mampu berumur panjang, sehat dan membesar.

Pesannya adalah, gajilah eksekutif atau pegawai anda sepantasnya dan sesuai ukuran. Tetapi berikan mereka bonus berdasarkan keuntungan perusahaan dan libatkan dalam kepemilikan dengan saham agar eksekutif tidak serampangan mengambil keputusan hanya karena menggenjot revenue atau penerimaan tanpa mempertimbangkan resiko dan kerugian.

Dan pastinya kalau ada eksekutif yang berengsek, jangan ragu anda pecat tanpa pesangon atau tendang sekarang juga.
#sekedar_imho
#kangen_kuliah_lagi
https://www.facebook.com/kabul.indrawan/posts/10210706381199915

No comments:

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]