Kebingungan Seputar MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)
Seminggu terakhir sekilas intip beranda FB beberapa topik menarik terkait MP-ASI. Saya coba rangkum beberapa point yang dapat menimbulkan kebingungan dan salah persepsi.
1. Saat / Usia Bayi mulai menerima MPASI.
Sejak 2001 hingga Sekarang, Rekomendasi Pemberian #ASI eksklusif 6 bulan / waktu mulai MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) saat bayi berusia 6 bulan / 180 hari = Belum BERUBAH.
Rekomendasi ini dikeluarkan oleh : WHO, UNICEF, Organisasi tempat saya bekerja : LLL (La Leche League ) International, AAP (American Academy of Pediatrics), termasuk IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Silahkan baca tulisan lama saya terkait pernyataan organisasi2 di atas :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204368479397957&set=a.1070999501093.13218.1409280466&type=3&theater
Lalu ketika ada pernyataan : Berikan MP-ASI paling lambat usia 26 minggu dan tidak boleh diberikan lebih dini dari usia 17 minggu, muncul persepsi MP-ASI boleh saja diberikan –tanpa melihat indikasi medis pada bayi- pada rentang usia 17-26 minggu. Kutipan pernyataan dari European Society for Pediatric Gastrohepatology and Nutrition (ESPGHAN) yang merekomendasikan bahwa MPASI boleh diperkenalkan antara usia 17 minggu – 26 minggu, tetapi tidak lebih lambat dari 27 minggu, bisa diambil mentah-mentah oleh para Ibu.
Padahal mengacu pada alasan dikeluarkannya rekomendasi ASI ekslusif selama 6 bulan maka idealnya semua Ibu akan mengupayakan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Sayangnya, ada 1 hal yang sering terabaikan/terlewatkan selama perjalanan pemberian ASI eksklusif 6 bulan ini, yaitu Pemantauan Kurva Pertumbuhan (Growth Chart).
Tidak sedikit kasus bayi yang terdeteksi sudah gagal tumbuh (failure to thrive) saat periode ASI eksklusif. Padahal gagal tumbuh bukan proses yang instan (salah satu kriteria gagal tumbuh adalah pertumbuhan bayi yang menurun, memotong 2 garis persentil di bawahnya). Apabila tiap titik kritis usia bayi dilakukan penimbangan dan dimasukkan ke kurva pertumbuhan / growth chart, maka sedini mungkin segera dievaluasi dan diperbaiki manajemen laktasi Ibu bila terindikasi pertumbuhan bayi stagnant hingga menurun di kurva.
Titik kritis usia bayi yaitu : Usia 2 minggu di mana BB (berat badan) nya diharapkan dapat melewati BBL/Berat Badan Lahir. Kemudian setiap usia 1 bln, 2 bln, dst bayi ditimbang dan diukur dengan rutin.
Ayo jangan hanya menyalahkan dan mengandalkan tenaga kesehatan, seputar growth chart bisa baca tulisan saya dan download Software resmi GC WHO Anthro 2006 di :
http://theurbanmama.com/articles/growth-chart.html
Lalu kalau bayi yang masih usia <6 bulan gagal tumbuh , apa yang harus dilakukan? Yang pertama dan utama adalah Mencari & mengevaluasi manajemen laktasi Ibu selama ini. Banyak bayi yang turun drastis persentilnya semenjak Ibu mulai masuk bekerja di usia bayi 3 bulan. Makanya di setiap Seminar ASI yang saya bawakan saya selalu menekankan hal ini bahwa jangan sampai bayi tidak mendapat cukup ASI perah selama ditinggal. Untuk bayi yang berusia < 17 minggu (sekitar 4 bulan) dilakukan tindakan segera meliputi intervensi suplementasi. Suplementasi ini yang utama tentu dari ASI perah Ibu sendiri, bila tidak tersedia/tidak mencukupi , sesuai urut2an asupan bayi dari WHO yaitu pemberian ASI Donor yang memenuhi syarat & telah dipasteurisasi. Bila ASI donor tidak ada baru pemberian PASI (Pengganti ASI) berupa Sufor (Susu formula). Sementara untuk bayi yang berusia > 17 minggu, berdasarkan rekomendasi 2 IDAI :
Bila ASI eksklusif sudah diberikan dengan cara yang benar namun bayi menunjukkan at risk of failure to thrive, maka nilailah kesiapan bayi untuk menerima Makanan Pendamping ASI. Bila ASI eksklusif sudah diberikan dengan cara yang benar namun bayi menunjukkan at risk of failure to thrive dan belum memiliki kesiapan motoric untuk menerima Makanan Pendamping ASI, maka dapat dipertimbangkan pemberian ASI donor yang memenuhi persyaratan. Bila ASI donor tidak tersedia maka diberikan susu formula bayi.
Catatan tambahan: Ada dsa yang mencoba pemberian sufor dan melihat hasilnya sebelum masuk ke opsi pemberian MPASI yang adekuat.
2. Makanan apa yang diberikan sejak mulai MPASI
Masalah pemberian MPASI di negara berkembang adalah kualitas makanan yang kurang dan higiene yang buruk sehingga menyebabkan gagal tumbuh/ failure to thrive pada periode pemberian MP-ASI.
Segeralah memberikan bahan makanan yang tinggi zat gizi yang dibutuhkan bayi sejak bayi mulai MPASI. Sebagai contoh adalah upaya pemenuhan kebutuhan zat besi, yang sekitar 97% harus dipenuhi oleh MPASI.
Jadi “teori lama” pengenalan protein hewani baru boleh dimulai usia 8 bulan adalah hal yang tidak tepat. Dari sisi alergi, terdapat kekhawatiran bahwa bayi yang diberi berbagai macam bahan makanan saat usia <1 thn beresiko menderita alergi. Ternyata di beberapa referensi kebalikannya, bahwa bila bayi diberi berbagai macam jenis bahan makanan (dalam porsi kecil ) secara rutin sejak usia 6 bulan dapat bermanfaat mengurangi resiko alergi. Jadi tidak usah khawatir mulai memberi olahan daging sapi, ayam dll sejak bayi mulai makan MPASI. Untuk bahan makanan apa yang benar2 pertama kali diberikan, ada 2 “aliran”. Ada yang menganjurkan memberikan bahan beras2an yang minim resiko alergi, ada juga yang menganjurkan memberikan buah2an tinggi kalori seperti pisang, alpukat. 3. Menu tunggal 14 hari Mungkin Ibu2 pernah mendengar/membaca anjuran pemberian menu tunggal selama 14 hari. Juga mengenai 4 days rule, alias pemberian bahan makanan yang sama selama 4 hari untuk melihat reaksi pada bayi. Kedua hal ini tujuannya baik yaitu salah satunya untuk mendeteksi dini apakah bayi ada alergi akan bahan makanan tersebut. Tetapi bisa menjadi kontraproduktif karena bayi kurang mendapat nutrisi yang dibutuhkan dari berbagai jenis makanan yang berbeda. Untuk awal pengenalan menu tunggal , bila tidak terdapat reaksi negatif maka segera berikan bahan makanan baru. Opsinya bisa dicampur dengan menu tunggal pertama yang tidak menimbulkan reaksi negatif pada bayi tersebut. Jadi setiap harinya terus bertambah variasi bahan makanan yang diterima bayi. 4. Tekstur MP ASI Menurut IDAI : “ Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk mengenalkan makanan padat secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan oromotor. Jika pada usia di atas 9 bulan belum pernah dikenalkan makanan padat, maka kemungkinan untuk mengalami masalah makan di usia batita meningkat.” Jadi bila saat bayi sudah menginjak usia 1 tahun masih makan makanan yang diblender, Ibu perlu segera melakukan remidial, meningkatkan tekstur makanan bayi bertahap. Pemberian MPASI tidak boleh menggunakan botol dot. MPASI yang diberikan via botol dot tentu teksturnya cair , lebih minim gizi dan mengenyangkan dengan cepat plus dapat efek samping pemakaian dot. 5. BLW (Baby Led Weaning ) vs Responsive feeding Responsive feeding menurut WHO mencakup: - Pemberian makan langsung kepada bayi oleh pengasuh dan pendampingan untuk anak yang lebih tua yang makan sendiri - Peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan bayi / batita - Berikan makanan secara perlahan dan sabar - Dorong anak untuk makan tanpa adanya paksaan. - Mencoba berbagai kombinasi makanan, rasa, tekstur serta cara agar anak mau bila anak menolak banyak macam makanan. - Sesedikit mungkin distraktor selama makan bila anak mudah kehillangan perhatian sewaktu makan. - Waktu makan merupakan periode pembelajaran, pemberian kasih sayang termasuk berbicara kepada anak disertai kontak mata. Sementara BLW kenapa tidak direkomendasikan silahkan baca : http://www.health.govt.nz/…/food-and-physical-activity/heal… Responsive feeding pada prinsipnya tidak melarang bayi untuk memegang, mencoba tekstur makanannya. Yg utama adalah kontrol berapa banyak yang bayi makan ada di tangan Ibu / pengasuh. 6. Pemberian Gula Garam Di dalam buku KIA baik itu tahun 2015 dan 2016, terdapat kriteria MPASI yang baik yaitu : - Padat energi, protein dan zat gizi mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat). - Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna dan pengawet. - Mudah ditelan dan disukai anak. - Tersedia lokal dan harga terjangkau. “ Sementara mengutip dari Rekomendasi IDAI : National Health Service merekomendasikan asupan maksimal garam pada bayi (0-12 bulan) adalah < 1gr per hari (setara dengan < 0,4 g natrium) sedangkan pada batita 1-3 tahun max 2 gr per hari / 0,8 gr natrium. Penelitian pada bayi usia 6-12 bulan menunjukkan bahwa asupan garam yang berlebihan bersumber dari makanan olahan kemasan (processed food), misalnya daging olahan, pasta, dan roti yang tidak dibuat khusus untuk bayi. Oleh karena itu, pendekatan yang bijak adalah memberikan garam secukupnya pada MPASI yang dimasak sendiri (home made) Penambahan gula untuk MPASI yang diolah di rumah dengan tujuan memperkaya rasa dapat dilakukan bila dibutuhkan. Penambahan gula mengacu pada Codex Stan 064-1981, Codex Standard for Processed Cereal-Based Foods for Infants and Young Children, yaitu sereal berprotein tinggi yang harus disiapkan dengan air atau cairan tanpa protein, maka penambahan sukrosa atau glukosa tidak boleh melebihi 5 g/100 kkal, sedangkan penambahan fruktosa tidak boleh melebihi 2,5 g/100 kkal.” Anjuran pemberian “sedikit” garam beryodium pada MPASI juga untuk mencegah kekurangan yodium pada balita. Indonesia termasuk top 5 negara dengan prevalensi defisiensi yodium tertinggi di dunia. Sayangnya, banyak Ibu/pengasuh yang menyiapkan MP-ASI sering kebablasan dalam memberikan tambahan gula dan garam. Berapa banyak yang mengukur berapa gr asupan gula garam per hari? Apakah sadar bahwa di banyak bahan makanan & minuman pun sudah mengandung gula & garam? Jangan lupa bahwa ASI dan Sufor pun mengandung natrium (sodium). 7. Makanan yang tidak boleh diberikan ? Secara umum sesuai bahasan di atas bayi dapat dikenalkan berbagai jenis bahan makanan sejak usia 6 bulan. Terdapat kekhawatiran apakah boleh memberikan sayuran dengan kadar nitrat tinggi seperti bayam, karoten tinggi seperti wortel. Sistem pencernaan bayi < 3 bulan yang belum dapat mencerna jenis bahan makanan tersebut, jadi bayi usia 6 bulan ke atas sudah siap mencernanya. Apakah bayi yang mulai MP-ASI boleh diberikan makanan tinggi serat? Terdapat penjelasan bahwa makanan yang tinggi serat sebaiknya tidak diberikan dalam jumlah besar karena dapat memenuhi lambung bayi yang masih kecil dan tidak memberikan ruang untuk makanan lain. Artinya bayi lebih cepat kenyang duluan sebelum makan sesuai kalori yang dibutuhkannya termasuk protein dan lemak. Tapi hal ini bukan berarti bayi tidak boleh diberikan makanan tinggi serat, hanya saja perhatikan komposisinya. 9. ASI dibatasi sejak bayi menerima MP-ASI Kesalahan lain saat mulai pemberian MP-ASI adalah Ibu membatasi hingga mengurangi drastis frekuensi menyusui / pemberian ASI. Padahal MP – ASI adalah Makanan Pendamping ASI, bukan Pengganti ASI. Jadi ASI tetap yang utama sebagai asupan bayi hingga bayi memasuki usia 12 bulan. Teruskanlah menyusui sesuai permintaan bayi (On demand). Jadi saat baru mulai MP-ASI ya % ASI turun bertahap di rentang usia 6-8 bulan : ASI 67% MP-ASI 33 %. Usia 9-11 bulan ASI 55% MP-ASI 45%. Usia 1-2 thn ASI 38 % Makanan keluarga 62 % Ada lagi hal yang membingungkan? Silahkan post di kolom komentar untuk didiskusikan bersama + Mohon koreksi bila saya keliru :) http://www.who.int/…/guiding_principles_compfeeding_breastf…
http://www.unicef.org/…/…/Key_Message_Booklet_2012_small.pdf
http://www.nhs.uk/chq/Pages/824.aspx?CategoryID=51
http://www.independent.co.uk/…/parents-are-feeding-babies-t…
F.B. Monika
Konselor Menyusui
La Leche League (LLL) Leader
Penulis “Buku Pintar ASI & Menyusui”
Sumber https://www.facebook.com/fbmonika/posts/10210614913634909
No comments:
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]