Hasanudin Abdurakhman
Follow
22 December at 10:31 ·
Sebenarnya sih saya rada malas meladeni manusia pelik yang satu ini. Tapi mungkin akan ada yang galau dengan tweet beginian. Jadi saya kasih obat saja, biar nggak galau.
Mari tanya balik sama si Pelik: Kalau seorang ayah menghabiskan 3 jam di rumah, sedangkan ia habiskan 8-10 jam sehari di kantor, ia seorang ayah atau karyawan?
Mengapa seorang ibu saja yang direcokin? Karena Pelik beranggapan tugas mengasuh anak itu tugas seorang ibu? Pelik pakai dalil apa?
Tugas mengasuh dan mendidik anak itu ada pada ayah dan ibu. Bahkan, firman-firman Allah soal mendidik anak, ditujukan kepada pria. Perhatikan contoh-contohnya di surat Luqman.
Dengan pola pikir yang dipakai Pelik, bagaimana seorang ayah bisa mendidik anak-anaknya kalau ia lebih sering di luar? Pelik akan bingung menjawabnya.
Lebih lucu lagi, kenapa si Pelik ribut benar dengan perempuan kantoran? Apakah Pelik tidak sadar, ada jutaan perempuan bekerja, di sawah, ladang, pasar, bahkan di tengah hutan dan tengah laut. Emak saya dulu bekerja. Ia bekerja bersama ayah di ladang dan kebun kami. Ia juga berdagang. Apakah Pelik juga akan mengejek perempuan-perempuan mulia seperti ini sebagai bukan seorang ibu? Tidak, Pelik. Emakku adalah ibu sejati, karena dari tangan dan tetesan keringatnya ia bisa memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.
Lalu bagaimana kita mendidik anak-anak, sementara kita harus bekerja? Itu biarlah dijawab oleh setiap pasangan ayah ibu, tak perlu kita lapor kepada si Pelik. Kita toh juga tidak pernah rewel mengurusi urusan anak bini si Pelik. Tidak mempertanyakan bagaimana bininya mengurus anak lakinya, sementara dia sibuk berjualan jilbab. Iya toh?
Sekalian aja kita suruh Pelik tanya sama bininya, itu jilbab yang dijual ama bini Pelik, dijahit oleh laki-laki atau perempuan? Itu perempuan ibu atau karyawan?
Pelik ini seorang dai bukan? Seorang dai sejatinya memberi solusi. Atau setidaknya memberi semangat. Tapi tweet ini tak lebih dari sebuah tweet nyinyir tanpa solusi. Jadi, ini tweet keluar dari seorang dai atau seekor monyet?
(Keterangan tambahan saja. Istri saya tidak menekuni profesi di luar rumah. Ini pilihan yang kami buat. Tapi dengan pilihan itu kami tetap menghormati pilihan setiap keluarga untuk bekerja di luar rumah atau tidak, sesuai kebutuhan mereka. Tentu saja dengan harapan agar mereka tidak mengabaikan pengasuhan dan pendidikan untuk anak-anak mereka.)
Thursday, December 24, 2015
Ustad Felix Siaw Bila Ibu Habiskan 8 jam di kantor, 3 jam bersama anak, lebih layak disebut ibu apa karyawan?
ada yang nanggepin serius, la jelas2 pernyataan ini sebenarnya candaan saja, tidak bermaksud memojokkan ya hehe, tapi bagi yang serius ni ada tanggapannya juga, copas lagi copas lagi.
No comments:
Post a Comment
mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]