Bisa jadi pas jaya jayanya atau pas masih muda dulu, si bumel ini berkasta tinggi, tapi karena suatu hal dijadikan kelas bumel ekonomi non AC oleh pemiliknya. Karena kalau dilihat kasta atau kelas tinggi Perusahaan Otobus (PO) sebagian besar menggunakan mesin belakang, jarang denger bis kelas tinggi semacam Eksekutif, Super Eksekutif, Big Top atau apalah namanya yang mesinnya depan,
Bus yang saya naiki ini dari PO Sedya Utama Yogya-Solo, konfigurasi seatnya 2-3, kalau lihat ke atas, atap bus ini terkesna polos saja, tidak ada tempat tas/atau lampu Light Emiting Diode (LED) yang berwarna-warni, hanya ada beberapa lampu neon putih berbentuk kotak di tengah, dan dua pintu darurat, pikir saya kalau mungkin ini bekas kasta tinggi, pasti ada bekas-bekas tempat televisi atau tempat tas, tapi ini malah tidak ada ya.
Soal suara pastinya senyap dan nyaman duduk di depan, walau tidak sesenyap yang AC, kalau ini kan pintunya dibuka, jadi deru mesin belakang masih lebih terdengar, selebihnya suara rem angin ces ces, kalau dah dengar rem angin gini serasa naik Patas Eksekutif hehe.
Lalu soal Stop and Go, menurut saya terbilang halus, walau busnya berhenti-berhenti tetap nyaman-nyaman aja, ga ngerasa pusing, atau mual. Tapi ini mungkin soal kebiasaan ya, atau bisa aja soal bawaan pak sopirnya.
Ventilasi letaknya di jendela bagian atas, jadi ga langsung kena badan penumpang, jadi silir, tapi ya itu tadi asap polusi tetap bebas keluar masuk kabin, mungkin ini kekurangannya hehe. Secara keseluruhan kalau bis ini saya kasih nilai dapat nilai B,nilai A buat bis mesin belakang ber AC, nilai B buat mesin belakang non AC, nilai C buat mesin depan ber AC, nilai D buat mesin depan non AC. Tapi kalau macet itu yang non AC nilainya jadi jelek semua.
Bus yang saya naiki ini dari PO Sedya Utama Yogya-Solo, konfigurasi seatnya 2-3, kalau lihat ke atas, atap bus ini terkesna polos saja, tidak ada tempat tas/atau lampu Light Emiting Diode (LED) yang berwarna-warni, hanya ada beberapa lampu neon putih berbentuk kotak di tengah, dan dua pintu darurat, pikir saya kalau mungkin ini bekas kasta tinggi, pasti ada bekas-bekas tempat televisi atau tempat tas, tapi ini malah tidak ada ya.
Soal suara pastinya senyap dan nyaman duduk di depan, walau tidak sesenyap yang AC, kalau ini kan pintunya dibuka, jadi deru mesin belakang masih lebih terdengar, selebihnya suara rem angin ces ces, kalau dah dengar rem angin gini serasa naik Patas Eksekutif hehe.
Lalu soal Stop and Go, menurut saya terbilang halus, walau busnya berhenti-berhenti tetap nyaman-nyaman aja, ga ngerasa pusing, atau mual. Tapi ini mungkin soal kebiasaan ya, atau bisa aja soal bawaan pak sopirnya.
Ventilasi letaknya di jendela bagian atas, jadi ga langsung kena badan penumpang, jadi silir, tapi ya itu tadi asap polusi tetap bebas keluar masuk kabin, mungkin ini kekurangannya hehe. Secara keseluruhan kalau bis ini saya kasih nilai dapat nilai B,nilai A buat bis mesin belakang ber AC, nilai B buat mesin belakang non AC, nilai C buat mesin depan ber AC, nilai D buat mesin depan non AC. Tapi kalau macet itu yang non AC nilainya jadi jelek semua.
Jogja-Solo ATB sama bumel tarifnya sama atau ngga mas?
ReplyDeleteterakhir saya 10 ribu naik sumber malam hari, kalo bumel saya lupa
Delete