Tuesday, February 26, 2013

BRT Semarang Koridor 2 Terboyo Sisemut

Busnya berukuran sedang, berwarna merah dan saat melihatnya mudah sekali membedakan (karena ada tulisannya), tempat duduknya tidak menghadap depan seperti umumnya, tapi menghadap ke tengah ala TJ, bagian tengah khusus tempat berdiri lengkap dengan pegangan tangan. Bus ini juga ber AC, rasanya nyaman sekali.
Mencari haltenya pun mudah, ditandai dengan dominasi warna merah, ada papan bertuliskan “BRT”, tak perlu bingung rutenya karena setiap halte ada petanya. Kalau yang saya naiki ini yang saya ingat dari Terboyo, dia lewat Kota Tua, Tugu Muda, Dr Karyadi, naik terus sampai Akpol, naik lagi sampai Jatingaleh lalu ke selatan sampai Sisemut, saya turun di Sukun, tarifnya Rp3500,00.

Saya naik dari Terboyo. Start dari sini isinya sopir, ditemani kernet yang membantu membuka pintu, di belakangnya ada mbak-mbak memakai tas ikat pinggang, bagian karcis, semua kru memakai batik kecuali pak sopir. Penumpangnya : saya sendiri, satu orang di kursi belakang, di depan saya ada dua orang, udah. Mungkin pas saya naik memang pas lagi sedikit ya,

Bus mulai berangkat mematuhi jamnya dari terminal, berjalan perlahan, menerjang genangan air yang entah tadinya setinggi apa kalau hujan, padahal daerah Terboyo hujan sudah reda, selain itu ternyata rutenya juga harus melewati genangan air yang tingginya bahkan sampai lutut.
Read More...

Monday, February 18, 2013

Tiga Detik Sebelum Nabrak


Kira-kira apa yang ada dipikiranmu saat motor yang kau tumpangi tidak mau berhenti segera padahal kamu tahu kalau beberapa detik kemudian kamu pasti mencium pantat sebuah mobil, padahal kamu sudah berusaha ngerem dan itupun tidak membuahkan hasil karena ban malah mengunci, sementara rem depan juga sudah berusaha kamu rem, kamu pun seperti melaju di atas es?
Malam itu pukul sembilan hujan turun rintik-rintik, walau hujan tidak deras tetap saja butiran-butiran air yang menempel di kaca mika helm memaksa saya harus mengelapnya sesekali agar pandangan jalan lebih jelas, walau sudah pukul sembilan malam, kondisi jalan dua arah tersebut ternyata masih ramai, mobil berjejeran berjalan pelan menunggu giliran menyalip truk yang paling depan. Karena dari arah berlawanan kosong saya pun bermaksud menyalip rentetan mobil tersebut dari kanan.

Gambar posisi motor tabrak samping mobil

Sampailah saya di belakang motor yang juga sedang menyalip duluan, sehingga posisi saya di belakang motor tersebut sama-sama sedang menyalip rentetan mobil tadi, namun tiba-tiba motor tersebut menyalakan sein kanan, dan langsung mengerem mendadak, saya pun yang dibelakang motor tersebut juga mengerem tapi lagi-lagi rem kurang pakem ditambah pas gigi tinggi engine brake terasa kurang, tak sempat juga saya menurunkan gigi untuk mendapatkan engine brake, saya pun melewati motor itu dengan menyalipnya dari kanan, namun ternyata oh ternyata maksud sein kanan motor tadi bukannya dia mau belok kanan, tapi gara-gara di depannya ada mobil mau belok kanan, saat itu pun saya tau bakalan nabrak mobil tadi.

Sesaat setelah melewati motor ban belakang mengunci di atas aspal yang basah, motor pun melaju seperti di atas es, daya rekat ban dengan aspal sudah tidak ada, sementara rem depan saat itu pun sudah berusaha ditekan tetapi tetap tidak membantu, satu detik dua detik mobil hitam tersebut semakin mendekat dan mendekat, tidak ada bunyi berdecit saat ban belakang mengunci aspal karena pengaruh air, daaaaaan brak!, motor pun mencium body mobil dari sebelah kanan, motor saya jatuh ke kanan, sementara badan saya condong ke kiri,

Alhamdulilah saya selamat, lecet pun tidak ada, kondisi motor retak pada lampu sein kiri, memang tidak terlalu kencang tapi pengaruh jalan licin walau pelan sekalipun, ban tetap bisa mengunci, begitu licinnya jalan malam itu.
Kami pun sama-sama minta maaf, si mobil sudah menyalakan sein kanan sewaktu belok tetapi dia tidak mendeteksi dua motor yang posisinya dari belakang sebenarnya sudah di kanan dan akan meng OT mobil tersebut, motor di depan maksudnya baik menyalakan sein kanan agar di belakangnya tidak mengovertake, dan saya pun yang daritadi di belakang motor tidak melihat sein mobil karena tertutup motor di depan saya tadi ditambah, jadi mungkin lho ini bisa mungkin, saya tidak ada komunikasi dengan sopir mobil tersebtu karena sama-sama tertutup motor tadi, saat sopir melihat spion yang dia antisipasi tentu motor tersebut yang sudah kelihatan mengerem, padahal di belakangnya masih ada saya.

Sekedar analisis dari sudut pandang pengendara motor yang mengalami suatu kejadian.
Read More...

Tuesday, February 12, 2013

Pergi Ke Purwokerto

Pagi hari tepatnya pukul 07.29 WIB semua sudah siap, pagi itu cuaca begitu cerah, sinar matahari saat itu terlihat jelas sekali menembus rindangnya pohon di sekitar rumah, terlihat lurus membentuk garis-garis yang menghujam tanah, hal ini karena sisa kabut di pagi hari, kabut yang makin memperjelas lolosnya sinar tersebut dari tangkapan daun dan ranting. Pagi ini memang waktu yang tepat untuk berangkat, tapi ternyata ada yang belum beres : baut spion kendor, terpaksa saya kencangkan dulu sebelum berangkat, hal ini pun tak menyurutkan semangat saya untuk menempuh perjalanan sejauh kurang lebih200 kilometer nanti.
Jarum bensin kelihatan tinggal seperempat bagian, tak perlu lah mengisinya sekarang, nanti saja diisi kalau sudah benar-benar hampir habis.
Pertama dari selatan masuk Salatiga, melalui ringroad yang baru saja jadi, disini sempat terjadi pengereman mendadak sebelum masuk ring road, sampai sampai ban belakang terkunci,sebelum berhenti, kombinasi kecilnya engine break dan pemakaian cakram pada roda belakang, kronologisnya mobil pertama mau belok kanan sehingga dia memelankan lajunya, mobil kedua bermaksud ingin mendahului dari kiri, kendaraan ketiga yaitu bus juga mendahului dari kiri tapi emang bus dari tadi emang lebih duluan berada di sebelah kiri dan posisinya saat itu juga akan menyalip mobil kedua, sehingga mobil kedua tidak jadi menyalip kiri dan dia rem, saya di belakang bus dari kiri akan berpindah ke kanan, selesai melewati badan bus itu, di kanan ternyata ada mobil kedua tadi yang ngerem, terlalu banyak blind spot. dari sini saya ubah gaya berkendara untuk mendapat penglihatan kondisi yang lebih jelas.
Masuk ringroad Salatiga, pertama masuk memang masih banyak jalan berlubang terkalahkan oleh air hujan, namun kira-kira 100 meter berikutnya adalah jalur yang mulus, empat jalur, yah memang jalur ini adalah jalur yang baru dibuka untuik mengurangi kemacetan kendaraan yang lewat kota. Namun kalau malam masih harus hati-hati beberapa titik masih tidak dilengkapi penerangan jalan.
Perjalanan dilanjutkan melalui jalan tembus Banyubiru ke barat sampai di tanjakan jalur Ambarawa Temanggung, jalur yang melewati tanjakan dan turunan dan berkelok-kelok, sampai di persimpangan hampir saja kelewatan, akhirnya saya putar balik dan masuk ke arah Temanggung, yang tembus daerah Ngranggan. Disini jalan sedikit lurus, tetapi lebih sempit, di jalur ini pula saya mulai isi bensin, kilometer tidak lupa saya catat, waktu sudah pukul 08.35 pagi. tanpa istirahat perjalanan langsung dilanjutkan sampai ketemu lampu merah Ngranggan, terus ke barat ke arah Wonosobo.

Jalur ini adalah jalur menuju Banjarnegara yang diapit dua gunung Sindoro dan Sumbing, jalurnya berkelok-kelok, dan hati-hati saat mendahului karena jalurnya yang berbelok-belok menjadikan area blind spot menjadi besar. Di jalur antara dua gunung ini pun saya terkena Jack pot gara-gara perawatan jalan yang kurang menyisakan lubang menganga di tengah jalan, tidak ada cat putih yang melingkarinya, serta tidak terlihat tanda-tanda alam kalau di titik itu ada Jackpot alias lubang jalan, kalau di pantura lubang sebesar itu dilingkari dengan cat putih agar kelihatan dari jauh, ini mending dilingkari kalau kita berkendara minimal dari kejauhan kelihatan lah, lah ini sama-sekali gak di apa-apain, dikasih tiang juga enggak, dikasih cat juga engga, memang perbaikan disini sangat perlu karena jalur padat, karena kejadian ini saya ubah lagi tehnik berkendara selain harus mengantisipasi tingkah laku pengemudi ternyata saya di daerah sini juga harus mengantisipasi lubang jalan yang biasanya lebih banyak terletak dipinggiran.

Masuk daerah Banjarnegara yang dilalui bus-bus AKAP, ada jurusan Semarang-Purwokerto, Purwokerto Jogja dan lain-lain, kendaraan sudah didominasi dengan plat R yang merupakan kode wilayah eks karesidenan Banyumas disini memang jalur yang sempit, lebih sempit daripada jalur Solo Surabaya, pengemudi dituntut ekstra hati-hati.
Sampai di daerah sebelum Purwokerto melewati jalur yang lurus, di kecepatan 100kmh suara angin begitu kencang, sampai mengalahkan suara mesin, menurut penelitian suara angin di helm memungkinkan berakibat pada pendengaran, padahal sebagian besar kendaraan jenis ini suara angin masih kalah sama suara motor, itu pun dalam kondisi standar, belum lagi yang di modifikasi dengan knalpot racing, saya dukung sekali pemusnahan knalpot brisik pada motor-motor. Selebihnya semoga ada yang mendesain helm yang tidak menimbulkan suara angin terlalu tinggi. Di sini walau jalurnya terlihat lurus dan sepi harus hati-hati karena yang di jalan bukan hanya kita saja, tapi di sana ada yang mau menyeberang, dsb.

Akhirnya pukul 11.00 mampir di pom bensin untuk mengisi bensin kedua kalinya, saya catat lagi angka di odometernya, selisih dari mengisi bensin sebelumnya sekitar 138,4 kilo meter waktu menunjukkanpukul 11.40 siang, total jarak 187,9 km kurang lebih waktunya 4 jam 10 menit. Cuaca Purwokerto siang itu cerah, udara terasa panas, sayapun istirahat dan sekalian Sholat dzuhur. Melelahkan? Ya, istirahat ini pun saya manfaatkan sebaik-baiknya.
Read More...

Thursday, February 7, 2013

Pilih pake hitung mundur atau pake lampu kuning

sebagai pengguna jalan raya pasti gak bakalan lepas dari yang namanya lampu merah. belakangan saya lihat lampu merah yang dilengkapi dengan alat penghitung mundur diubah lagi dengan menggunakan lampu kuning, dan lampu penghitung mundurnya dihilangkan, entah pertimbangan apa penghitung mundur tersebut dihilangkan, yang jelas secara pribadi menurut pendapat saya sih lebih enak pake penghitung mundur.
Kalau ada penghitung mundur dari jauh kita bisa memperkirakan kapan berubah menjadi lampu merah, misalnya angka masih menunjukkan angka enam maka kita akan memelankan kendaraan, berbeda dengan lampu kuning yang menimbulkan persepsi berbeda setiap orang, karena ada lampu kuning kemudian dianggap orang tancap gas, parahnya sampai di tengah lampu berubah jadi merah dan ini malah dianggap pelanggaran oleh pak polisi. Ada lagi yang lihat lampu kuning langsung cepat-cepat mengerem, sehingga mengagetkan kendaraan yang ada di belakang.
Keuntungan yang lain menurut saya jika ada hitungan mundur yang agak lama bisa menghemat bensin, karena hitungan yang lama misalnya 50 detik banyak pengguna kendaraan akan mematikan mesinnya sambila menunggu angka habis, baru mulai hitungan belasan atau satuan kendaraan mulai dihidupkan, untuk kendaraan yang mudah dihidupin saya biasanya mulai menghidupkan pada 5 detik terakhir, tapi kalau kendaraanya agak sulit dihidupin mending antisipasi mulai detik 20 ya,.
Beda dengan kalau tanpa penghitung mundur, kalau kita kira lama, trus mesin dimatikan, tapi tiba-tiba lampu berubah jadi hijau, pastinya kita butuh waktu untuk menghidupkan motor kita, meskipun pasti ada lampu kuning terlebih dahulu, tetapi itupun hanya beberapa detik saja tidak cukup memberikan waktu. Karena pada saat lampu kuning biasanya klakson sudah pada bersahutan, bukan malah hemat bensin tapi malah menimbulka macet kendaraan yang dibelakang kita.
Keuntungan lain kalau dapat memperkirakan kapan saat berubah jadi hijau kapan berubah jadi merah, mungkin ini sedikit tehkik aja ya, kalau lampu merahnya masih lebih dari 30 detik bisa dimanfaatkan tuh belok kiri boleh jalan, lalu putar balik lalu memanfaatkan belok kiri boleh jalan lagi, tapi dengan catatan harus lihat situasi dan kondisi, jangan sampai saat balik kanan malah memotong kendaran yang lain, atau saat belok kiri memotong orang yang lagi menyeberang jalan, selain tidak menimbulkan penumpukan kendaraa, kita juga bisa lebih efisien di jalan. Istilahnya cepat dan aman, kalau bahasa jawanya kan alon alon asal kelakon, tapi kalau ada pilihan cepat dan aman, ngapain pilih yang pelan?, tapi ini semua tergantung masing masing ya mungkin ada yanbg berpendapat ah cuman beda lima menit doang, buat apa, tapi yang namanya keselamatan tak pernah mengenal beda lima atau beda sepuluh, mau cepat atau lambat yang penting hati-hati di jalan raya.
Read More...